Tenggorokanku kering, aku haus.
Para manusia kloning terus berjalan mengitari kami, sembari terus memantau dengan tatapan kosongnya. Sosok Christy dalam pasukan itu, yang betul-betul sama denganku, terus berdiri di dekatku. Hal ini membuatku tidak nyaman.
Aku bukan dia, dia bukan aku.. Namun, kami serupa.
Pak Handoko, Felice, Ryan, dan Velia terdiam, ditengah bunyi jam yang terus terdengar berjalan. Pandanganku mendapati Felice yang menatap tajam pasukan di depannya, seolah menantang. Menusuk dalam jiwa dengan penuh kebencian. Ryan hanya dapat membuang muka ke sudut ruangan, dengan pikiran yang tengah melayang entah kemana. Velia hanya tertunduk lesu, dengan beberapa helai rambut yang menutupi wajahnya. Sementara, Pak Handoko melihat sekeliling, mungkin otaknya juga tengah berputar menemukan suatu titik terang ditengah keburaman ini.
Christy berseragam kuning pun membawakan kami nampan yang berisikan air mineral dalam kemasan gelas. Ia menusukan sedotan pada salah satu gelas, kemudian mendekatkannya ke bibirku. Ia pun mengangguk, seolah mempersilahkan aku untuk minum lagi. Mata bulatnya yang menatapku, betul-betul tidak berbeda dari mata yang kulihat setiap aku berkaca. Lentiknya bulu mata, lebarnya pupil.. Kenyataan yang seringkali sungguh sulit untuk dipercayai.
Tanpa menunggu komando, bibirku pun terbuka dan menerima gelas air mineral yang disodorkannya. Ia pun terus memandangku dengan tatapan datar, tanpa senyum sedikitpun. Ia melakukan suatu perbuatan baik, tanpa dilandasi perasaan. Rasa kehampaan itu bagaikan kanebo kering yang sudah bertahun-tahun tidak terpakai.
Beberapa manusia kloning yang lain pun juga melakukan hal yang sama pada teman-temanku. Pak Handoko, Ryan, dan Velia pun pada akhirnya juga menerima; mungkin karena mereka sudah lelah. Felice sama sekali tidak sudi, ia membuang muka dan bahkan melempar gelas tersebut ke lantai dengan pipinya. Ia menggeram kesal, "Lebih baik aku mati!"
Pasukan tersebut tidak merespon, sekalipun merubah air muka. Mereka bagaikan tanpa jiwa, seperti robot yang hanya menuruti instruksi dari tuannya. Felice nampaknya menjadi tambah kesal, dan keringat pun terus membasahi wajah.
Kami bagaikan domba-domba yang siap digiring pada eksekusi mati, namun sebelumnya dipermainkan terlebih dahulu dan disayang dengan baik. Sial, apakah memang harus berakhir semiris ini.. Dimanakah takdir yang seharusnya berada di pihak hati-hati yang tulus dan benar?
Christy kloning dihadapakanku ini adalah manusia asli, dengan sedikit modifikasi. Namun, mengapakah dia yang merupakan manusia asli, anugerah dari Sang Pencipta, kini tak punya perasaan dan bagai mayat hidup? Sementara aku, yang digariskan untuk menjadi manusia kloning, malah bisa merasakan begitu banyak hal. Aku merasakan rasa terbang saat dirangkul Ryan.. Aku merasakan panas saat Ryan tersenyum pada Felice, dan hatiku berdesir saat melihat Ryan yang begitu menyayangi dan memperhatikan Velia.. Mengapa aku, sang manusia kloning ini?
Pak Handoko, Felice, Ryan, dan Velia.. mereka mempunyai tujuan hidup dan menjalani posisinya sebagai manusia. Manusia yang mempunyai hak menikmati nyawa yang telah diberikan secara cuma-cuma dari Atas. Sementara, aku hanyalah sebuah benda yang dirangkai dengan formulasi-formulasi kimia yang digagaskan dari manusia. Mau bagaimanapun juga, aku berbeda. Aku pun mengepalkan tanganku, menggigit bibir erat-erat dan kemudian menatap Pak Handoko. Tenggorokanku berusaha mengambil nafas sebanyak-banyaknya. "Selagi aku masih berdaya, aku harus tetap berjuang."
"Apa maksudmu?" Pak Handoko berbisik lirih dengan mengangkat sebelah alisnya.
Kubulatkan tekadku dan berusaha bergoyang-goyang ke kiri dan kanan, melepaskan diri dari cengkraman tali tambang yang seolah tak terkoyakkan. Aku berusaha fokus dan mengeraskan goyanganku. Pasukan kloning yang berdiri di depan mulai berdiri dengan posisi siaga, sembari terus memantauku. Kulitku bergidik merasakan tatapan-tatapan mereka semua, dan dalam hati aku mulai berhitung.
KAMU SEDANG MEMBACA
2.0
AdventureKetika membuka kedua mata, aku tidak sadar kalau hari itu adalah hari pertama dari hidupku yang baru. Aku yang lama memang sudah mati. Aku ditugaskan untuk melanjutkan jejak hidupnya di dunia. Inilah kisah dan takdirku sebagai seorang manusia kloni...