Empat tahun kemudian ...
"Mama udah berkali - kali bilang kan, kalau adek harus ramah sama teman - teman di TK. Terus tadi Bu guru laporan ke Mama kalau adek bikin nangis teman satu kelas, perempuan lagi, maksudnya apa? Bisa jelasin ke Mama?" tanya Ran tegas.
Kali ini, Leon sedang di sidang oleh Ran dan Shion di ruang keluarga. Ran dan Shion duduk di sofa, sementara Leon tetap berdiri dengan menundukkan wajahnya. Leon benar - benar takut. Sedangkan Shion? Heleh, dia malah dengan tenangnya minum teh sambil memerhatikan interaksi antara ibu dan anak di depannya.
"Itu salah dia sendiri, Ma. Dia aja yang cengeng," jawab Leon. Dia sudah mulai mengangkat wajahnya.
"Kenapa Leon bisa bilang gitu, hm?" tanya Ran lagi sambil menatap anak lelakinya tersebut.
"Tch," Leon mendecih kemudian memalingkan wajahnya. Ran dibuat pusing dengan kelakuan anaknya yang sangat sangat mirip dengan Shion.
Baru TK loh, bayangkan baru TK..!!
Leon baru berusia empat tahun. Dan dia sudah menunjukkan ke semua orang akan sikapnya yang seperti Shion. Dingin, cuek, irit senyum, punya tatapan mengintimidasi, ditambah lagi omongannya pedas. Ya ampun, Leon masih anak - anak..!!!
Ran membuang napasnya pelan, "Leon, masih ingat kata mama bahwa dilarang mendecih seperti itu."
"Ck, Maaaa..." Leon itu keras kepala. Persis seperti papanya.
Melihat Leon yang sudah berkaca - kaca, Shion meletakkan cangkir tehnya. Ia kemudian membawa Leon ke pangkuannya.
"Hei, Nak, Papa tahu kalau kamu nggak salah. Sekarang, coba cerita baik - baik ke Papa dan Mama apa yang terjadi, oke?" Leon diam sebentar. Ia kemudian menganggukkan kepalanya.
"Mama sama Papa bilang kalau Leon harus jadi anak yang jujur, kan?" Ran dan Shion mengangguk.
"Yasudah, Leon udah jujur ..."
Flashback
"Leon, lihat deh kotak pensilku yang baru. Bagus, kan?" kata teman sekelas Leon, dia perempuan. Dia menunjukkan kotak pensil bergambar princess, berwarna pink, dan ada gambar bunga - bunga kecilnya.
Leon menatap kotak pensil itu datar, "Biasa aja. Lagian aku nggak suka princess, aku lebih suka Attack on Titan. Aku juga nggak suka warna pink, aku kan laki - laki. Harusnya kamu tau itu," Leon pun pergi menghampiri teman laki - lakinya dan ikut bermain bola.
Tanpa Leon sadari, temannya yang perempuan tadi menangis.
Hari berikutnya, saat pelajaran menggambar ...
"Wah, gambar kamu bagus banget, Leon. Pinjam, dong," kata teman perempuannya.
Yaelah cewek lagi_-
"Nggak! Aku belum selesai," jawab Leon datar.
"Huft.. Eh, lihat deh gambarku, menurutmu gimana?" tanya temannya. Leon pun melirik.
"Kurang bagus, mana ada gajah warnanya ungu. Lain kali kalau mau gambar kamu bagus, sesuaikan dengan keadaan yang sebenarnya," Leon pun bangkit dan menyerahkan tugas menggambarnya kepada bu guru.
Dan akhirnya ...
Kelas yang tenang pun ...
Dikejutkan oleh suara tangisan dari seorang murid perempuan ...
Flashback off
Ran kaget dengan cerita Leon. Dia tidak menyangka anaknya akan seperti itu di sekolah. Sedangkan Shion, ia hanya tersenyum dan manggut - manggut.
Shion pun mengacak - acak surai lembut Leon, "Anak pintar."
Baik Ran maupun Leon kaget. Leon pikir papanya akan marah, Ran pikir Shion juga akan marah. Namun, melihat Shion yang tetap tersenyum, itu membuat Ran sedikit lega karena anaknya tidak akan mendapat amukan papanya.
"Papa nggak marah karena Leon udah bikin teman Leon menangis?" tanya Leon sambil menatap Shion dengan mata bulatnya.
"Kenapa papa harus marah? Leon berkata jujur itu sudah bagus, tapi besok Leon nggak boleh menyakiti perasaan teman - teman dengan perkataan Leon, ya. Sekalipun yang dikatakan Leon itu jujur," kata Shion.
"Tapi, Papa pernah bilang ke Leon kalau kita lebih baik mendengar kejujuran yang pahit daripada kebohongan yang manis."
"Iya, tapi nggak semua orang menyukai kejujuran yang pahit, Leon. Kadang orang - orang lebih menyukai kebohongan yang manis agar mereka merasa merasa senang. Papa yakin teman - teman kamu pasti belum bisa menerima kejujuran kamu yang pahit itu karena mereka masih anak - anak."
"Berarti Leon harus bohong?" tanya Leon.
Kali ini Ran yang angkat bicara, "Bukan begitu, sayang. Eum, intinya Leon nggak boleh berbohong, Leon juga nggak boleh menyakiti perasaan teman - teman dengan kejujuran yang pahit karena teman - teman Leon masih kecil seperti yang papa bilang tadi, mengerti?"
Leon memegang dagunya seakan berpikir, "Hmm, kayaknya Leon paham apa maksud Papa dan Mama.
Shion dan Ran pun tersenyum lega. Mereka senang karena Leon cepat memahami apa yang di nasihatkan kepadanya.
~~~
Keesokan harinya, saat di sekolah, tepatnya di dalam kelas, teman perempuan Leon membagikan kue kepada seluruh teman sekelasnya termasuk Leon. Dia pun meminta pendapat Leon tentang rasa kue yang ia buat sendiri dibimbing oleh ibunya.
"Bagaimana Leon?" tanya temannya.
Leon mulai keringat dingin. Rasa kuenya menurut Leon tidak begitu enak. Cokelatnya tidak merata, rasanya terlalu manis untuk Leon karena Leon tidak suka yang terlalu manis, dan kuenya bantet. Ya ampun.
Namun, Leon tiba - tiba ingat dengan perkataan papa dan mamanya.
" ... tapi nggak semua orang menyukai kejujuran yang pahit, Leon. Kadang orang - orang lebih menyukai kebohongan yang manis agar mereka merasa merasa senang. Papa yakin teman - teman kamu pasti belum bisa menerima kejujuran kamu yang pahit itu karena mereka masih anak - anak."
" ... intinya Leon nggak boleh berbohong, Leon juga nggak boleh menyakiti perasaan teman - teman dengan kejujuran yang pahit karena teman - teman Leon masih kecil seperti yang papa bilang tadi, mengerti?"
Leon pun akhirnya bicara, "Kuenya ... lumayan enak karena aku suka cokelat, tetapi kue kamu masih ada kekurangannya, makadari itu kamu harus belajar lagi dan jangan menyerah. Jadi, semangat lah untuk membuat kue," Leon pun tersenyum tipis selama kurang dari dua detik.
Leon kemudian menghampiri teman laki - lakinya dan bermain bola bersama mereka.
Dan akhirnya ...
Para guru dibuat kerepotan ...
Karena seluruh murid perempuan di kelas Leon ...
Mimisan berjamaah.
Sementara itu perasaan Leon tiba-tiba menjadi tidak enak karena ...
.
.
.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Husband [SUDAH TERBIT] ✔
Romance[SUDAH TERBIT] Lulus kuliah adalah hal paling melegakan yang Ran rasakan setelah empat tahun berjuang mati-matian. Ran meyadari bahwa ini belum seberapa. Ia masih harus mencari pekerjaan secepatnya di usianya yang menginjak 22 tahun. Semuanya baik-b...