Dua minggu kemudian ...
Kondisi Ran saat ini sudah baik. Ran juga sudah keluar dari rumah sakit beberapa hari lalu. Dan tentang permohonan Jay dan Reina, Shion memang terus menolak.
Tony dan Ran pun membujuk Shion agar dia mau memulai semua dari awal.
Buset, udah kayak ngisi bahan bakar aja. Dimulai dari nol, ya :v
Flashback on
"Shi, ayolah. Kamu nggak mau berbaikan sama mereka gara - gara apa, sih? Masalah kita kan udah selesai," kata Ran.
"Nggak," tegas Shion.
.
.
"Bro, lo nggak mau baikan sama mereka berdua?" tanya Tony.
"Nggak!"
.
.
"Kak Tony, berbaikan itu indah loh," kata Ran.
"Iya, Ran. Kamu bener. Bayangin aja, misalnya kita lagi berantem, terus kita baikan lagi. Rasanta tuh adem gitu," jawab Tony.
"Nggak usah nyindir. Nggak mempan," kata Shion.
.
.
Dan berpuluh - puluh bujukan lainnya sudah Ran dan Tony berikan kepada Shion :)
Jawabannya tetap 'NGGAK'.
Flashback off
Walaupun berkali - kali Shion menolak untuk berbaikan, Shion tetap tidak bisa menolak permintaan Ran-nya tercinta. Yang pada akhirnya ...
"Ran kuuu ... apa kaba--"
Set
Dengan telapak tangannya, Shion dengan sigap menahan wajah Jay yang hendak memeluk Ran.
"Nggak boleh peluk!" tegas Shion pada Jay.
Seperti yang dijelaskan diatas, Shion tidak bisa menolak permintaan Ran. Akhirnya, Shion setuju - setuju saja untuk berbaikan. Meskipun dengan setengah hati.
"Iya, iya," jawab Jay malas. "Btw, aku bawa buah dan martabak spesial untuk Ran-ku. Dimakan, ya." Jay menyerahkan bungusan plastik putih kepada Ran.
Dengan senang hati Ran menerimanya, "Makasih, Kakakku."
Jay tersenyum, "Sama - sama, adikku."
Setelah itu, Ran dan Jay mengobrol ria tanpa memedulikan Shion yang juga berada disana. Kasihan Shion. Shion yang melihat mereka hanya memutar kedua bola matanya malas.
"Terkacangi, bro?"
"HWAA.." jerit Shion sampai menaikkan kakinya ke atas sofa karena kagetnya. "Sejak kapan lo disini?"
Tony menjawab dengan menaikkan pundaknya sekilas, "Entah, maybe lima menit yang lalu."
"Buset, kok gue nggak sadar, ya, kalo lo dateng. Hawa keberadaan lo tipis banget, sih," kata Shion mengejek.
"Ya, bodo amat."
Sementara itu, Ran dan Jay masih mengobrol santai.
"Kak Reina nggak ikut?" tanya Ran.
"Err ... tadi udah aku ajak kesini, sih, tapi dia nggak mau. Dia bilang dia takut kalau Shion masih marah sama dia," jelas Jay.
"Oh, gitu."
.
.
.
"Daahh ... kapan - kapan main lagi, ya," Ran melambaikan tangannya atas kepergian Jay dan Tony. Mereka memang pamit pulang beberapa saat yang lalu.
Setelah Jay dan Tony pergi, Ran dan Shion kembali masuk ke dalam rumah.
Tiba - tiba Shion memeluk Ran dari belakang.
"Kangen ..."
Glek
Ran menelan salivanya sedikit susah. Bukan, bukannya Ran tidak suka dengan situasi ini. Hanya saja ... eum ... bagaimana menjelaskannya, ya.
'Apa Shion kumat lagi, ya?'
Kalau Shion kumat itu malah bagus. Setidaknya itu yang dipirkan Ran. Karena dia bisa sedikit merehatkan pikirannya dengan tingkah kekanak - kanakannya Shion. Ya, lucu aja gitu. Bayangkan saja, Shion saat kumat manjanya minta ampun, cengeng, baperan. Sedangkan jika tidak kumat, dia dingin, cuek, jarang senyum, (kalau sedang diluar rumah dan tidak bersama Ran).
"Kangen - kangenannya nanti aja, kamu mandi dulu sana! Bau tau," perintah Ran sambil mengibas - ibaskan tagannya didepan muka.
Shion hanya menurut. Ia pun pergi mandi dengan bibirnya yang mengerucut.
Mulai, deh, kumatnya :)
Malam harinya, Ran menyiapkan makan malam. Mungkin sekitar habis maghrib. Tiba - tiba, Shion menghampiri Ran yang berada di dapur.
Ran memperhatikan Shion yang terlihat lesu, "Hai, udah solat?" tanya Ran.
Shion mengangguk, "Udah, kok."
"Kenapa? Kok mukanya lembek gitu."
"Nggapapa," jawab Shion singkat.
Ran hanya menggelengkan kepalanya seraya tersenyum, "Di kulkas masih ada ayam. Mau aku gorengin nggak?"
"Terserah."
"Nanti sayurnya pake sayur kangkung, ya. Tadi bayamnya habis," kata Ran yang sibuk menggoreng ayam.
"Terserah."
"Shion mau minum teh?" tanya Ran.
"Terserah."
"Mau atau enggak?" Ran mencoba sabar.
"Enggak."
"Kalau gitu kopi aja gimana?"
"Enggak."
"Jus buah?"
"Enggak."
"Susu?"
"Enggak."
"Yaudah, kamu minum air putih aja sana. Air putih sehat, loh," ucap Ran.
"Terserah."
SAVAGE..!!!
Kumatnya Shion mengalahkan cewek PMS. Semoga Ran diberikan kesabaran yang lebih.
Sesudah masakan Ran matang dan tersusun rapi di meja makan, Ran duduk di kursi sebelah Shion. Ran menghadap ke samping, ke arah Shion. Sedangkan Shion menghadap ke arah meja.
"Makan, yuk!" ajak Ran.
Shion melipatkan tangannya ke atas meja dan menjatuhkan kepalanya ke atas tangannya.
"Terserah," lirih Shion.
"Aku suapin."
Shion langsung duduk tegak dan menghadap ke arah Ran.
"Aku mau makan sekarang!!" Shion bersemangat.
Ran tersenyum, "Nah, gitu, dong."
Malam itu mereka habiskan dengan Ran yang penyabar dan shion yang manja.
Tbc
Update juga akhirnya :)
Walaupun up nya lama, tapi ... gpp lah ya.
Jangan lupa vote ☆
Dan berikan komentar kalian ^_^Karena aku suka baca - baca komentar kalian :)
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Husband [SUDAH TERBIT] ✔
Romansa[SUDAH TERBIT] Lulus kuliah adalah hal paling melegakan yang Ran rasakan setelah empat tahun berjuang mati-matian. Ran meyadari bahwa ini belum seberapa. Ia masih harus mencari pekerjaan secepatnya di usianya yang menginjak 22 tahun. Semuanya baik-b...