"Oh iya, besok temen SMA Shion ulang tahun, Shion diundang, Shion mau ngajak Ran pergi ke pesta temen Shion. Ran mau, ya, please," Shion mengeluarkan jurus andalannya. Apalagi kalau bukan puppy eyes.
"Iya, Ran mau," sorakan gembira Shion melengking setelah Ran mengatakan itu.
. . .
Mengumpat.
Tak terhitung sudah berapa kali Ran mengumpat pagi ini. Bagaimana tidak, wajar saja kalau Ran mengumpat. Sikap childish Shion yang sangat ia kagumi kini telah sirna dan berganti dengan sikap dinginnya yang menyebalkan itu. Dengan kata lain, kumatnya Shion sudah sembuh.
Sekarang ini, Ran dan Shion sedang sarapan bersama dan suasana di meja makan benar - benar canggung. Biasanya ketika sikap childish-nya Shion sedang kambuh, Shion bakal minta disuapi. Namun kali ini, hal itu tidak akan terjadi mengingat sikapnya sudah kembali normal.
"S-Shion," panggil Ran dengan gugup.
Shion melirik sekilah kearah Ran, "Apa?"
Sumpah, Sikap dinginnya Shion malah semakin menjadi - jadi.
"N-nanti jadi ke acara pesta ulang tahun teman kamu nggak?" tanya Ran hati - hati.
"Jadi," balas Shion singkat.
"Jam berapa?"
"Ntah. Lupa," jawab Shion.
Ran sudah berkali - kali memgucap istighfar, menghembuskan dan mengeluarkan nafasnya perlahan, berusaha bersabar menghadapi suami labilnya ini.
Selesai sarapan, Ran mencuci piring. Sedangkan Shion, entah kemana bocah besar itu.
"Kirann!!!" teriak Shion memanggil Ran.
Ran segera berlari menghampiri Shion, "Nggak usah teriak - teriak kali, aku juga denger kok!" jawab Ran ketus. Kalau Shion dingin padanya, jangan salahkan Ran kalau dia ikut - ikutan.
"Nggak usah ngoto gitu ngomongnya sama suami!! Sekarang cepet pasangin dasi aku buruan," kata Shion sambil menyerahkan dasinya kepada Ran.
"Nggak! Kamu punya tangan sendiri kan? Kamu juga tau cara pasang dasi kan? Kamu pake sendiri, dong. Manja banget sih!" entah keberanian darimana Ran mampu menolak permintaan Shion mentah - mentah.
"Sejak kapan kamu jadi pembantah kayak gini? Udah cepetan pasangin!" karena tidak mau dicap sebagai istri durhaka, Ran lalu menyambar dasi yang dipegang Shion dan memasangkannya.
Saat Ran memasangkan dasi kepada Shion, posisi mereka seperti orang berpelukan. Lebih tepatnya Ran seperti memeluk Shion. Ran berusaha menahan rasa groginya saat ia tahu bahwa jaraknya daj Shion begitu dekat.
Yaelah, padahal udah sah juga.
Shion juga sebisa mungkin menahan rasa gugupnya saat berdekatan dengan Ran. Sebenarnya Shion meminta Ran memasangkan dasi hanya agar ia bisa berdekat - dekatan dengan Ran. Dan Ran tidak tahu akan hal itu.
Setelah Shion berangkat ke kantor, Ran menuju ke kamarnya dan merebahkan dirinya di atas kasur yang sangat menghipnotisnya. Tetapi baru 0,9 detik ia memejamkan matanya tiba - tiba Ran teringat sesuatu.
"Eh, kampret! Sekretaris Shion, kan, si tante gatel itu! Gawat, gawat, gawat.." Ran bergegas mengganti pakaiannya dan memesan ojek online. Ran berencana menyusul Shion pergi ke kantor karena ua khawatir kalau suaminya akan di goda oleh si tante gatel.
Sesampainya di kantor Shion, Ran bergegas menuju lift dan tak peduli akan orang - orang yang menatapnya heran. Biarlah, toh mereka juga sudah tahu kalau Ran adalah istri dari CEO mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Childish Husband [SUDAH TERBIT] ✔
عاطفية[SUDAH TERBIT] Lulus kuliah adalah hal paling melegakan yang Ran rasakan setelah empat tahun berjuang mati-matian. Ran meyadari bahwa ini belum seberapa. Ia masih harus mencari pekerjaan secepatnya di usianya yang menginjak 22 tahun. Semuanya baik-b...