Bab 16. Head over heels

530 61 0
                                    

Sebuah panggilan video masuk ke ponselku. Aku yang saat ini sedang duduk malas karena tidak bisa bergerak kemanapun tanpa bantuan kruk hanya bisa menunggu makan siangku yang sudah aku pesan ke OB sesaat sebelum istirahat. Setelah headset aku plugin ke ponsel, aku pun menjawab panggilan tersebut.

"Assalamualaikum Bi..."

"Waalaikumsalam.. udah sholat?"

"Udah bi.. kamu udah sholat?"

"Udah juga... kamu belom makan? Tumben..."

"Lagi nunggu mas farid bawain makanan. Tadi aku minta tolong sama dia. Kamu makan apa Bi?"

"Mas farid?"

"Mas farid itu OB di kantor."

"Ooo... Kamu tau aja ya kalo aku lagi makan. Ini aku lagi makan nasi padang aja sih. Kamu tadi pesen apa?"

"Aku juga mesen nasi padang tadi. Aku tadi pesen pake telor asin, gulai daun singkong sama rendang bi... enak banget gak tuh.."

"Ya jelas enak banget itu sayang.."

Biru mengarahkan kamera ponselnya ke piringnya yang langsung kusambut dengan dengusan. Bagaimana tidak.. kalo yang saat ini ada di piringnya ternyata menu yang tadi aku sebutin plus kerupuk udang dan sambal lado ijo yang amat sangat fenomenal.

"Biru... jahat banget sih. Aku kan belom makan."

Biru tertawa melihat reaksiku.

Mas farid pun datang membawakanku sendok dan piring serta nasi padang yang tadi aku pesan.

"Makasih ya mas farid, aku udah nyusahin banget nih."

"Gak papa mbak.. lekas sembuh ya mbak kakinya.."

"Aaminn.. makasih ya mas farid."

"Bi.. aku sambil makan ya.."

Rutinitas kami hampir seminggu ini ya itu tadi.
Semenjak kami resmi berpacaran dan resmi menjadi pejuang LDR, kami memang sering berkomunikasi. Namanya juga masih anget ya.. subuh nelpon, siang nelpon, malam sebelum tidur juga nelpon. Belum lagi chat. Ya kalo lagi senggang aja sih. Pada dasarnya kami saling memahami.

Setelah drama aku menangis karena dipanggil sayang oleh biru yang celakanya dikiranya kakiku yang sedang amat sangat kesakitan. Setelah Biru rela mengantar aku, dindin dan ofik kembali ke jakarta hanya untuk meluangkan waktunya yang lebih lama untukku.

Mama dan papa yang sangat shock melihat aku yang berjalan dengan terpincang pincang ketika sampai di depan pintu. Serta biru yang memaksaku supaya besok izin masuk kantor dan pergi ke orthopedic untuk melihat kondisi kakiku.

Luka luka sisa jatuh di lembang sudah hampir hilang. Tapi sayangnya kakiku gak bisa diajak bekerja sama. Setelah beberapa hari bolak balik ke orthopedic, kakiku tidak hanya mengalami dislokasi sepele. Karna aku memaksakan kakiku untuk bergerak. (Aku yang sedikit bandel tidak menghiraukan kakiku yang saat itu sedang sakit tapi justru malah tetap mengikuti rangkaian festival kuliner di Bandung kemarin walaupun kakiku sakitnya minta ampun. Akibatnya pergelangan kakiku menjadi semakin bengkak dan membuat cideranya semakin parah)

Setelah izin tidak masuk dari hari senin, akhirnya di hari kamis ini aku bisa ngantor juga. Pergi dengan go car dan nantinya pulang akan menumpang dengan mbak indah seniorku di department marcomm.

"Makannya di abisin ya sayang... mubazir gak boleh buang buang makanan."

"Iya bi.. ini aku makan pelan pelan tapi Insyaallah abis kok."

"Ya udah aku lanjut kerja lagi ya. Kamu jangan banyak gerak. Ntar kakinya makin lama sembuhnya."

"Siap bos..."

and The Story Goes #Wattys2019 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang