Hmm... trimester pertama itu memang gak pernah enak. Bawaannya mellow.. pengennya selow.. tapi kenyataannya gaspol. Kasian Biru. Suasana Bandung di pagi menjelang siang ini enak banget. Aku lagi nyantai manja di kolam renang. Kali ini aku lagi seneng senengnya ngemilin apel dan mesti gala.
"Mbak Jingga.. ini teh ada apel dikasi sama Bu Broto tadi. Tapi apelnya teh bukan yang kaya mbak Jingga biasa makan."
"Ya gak apa apa bu di makan aja apelnya mah. Ini apel aku masih banyak ini baru dibeliin lagi semalem sama Biru."
"Haredang euy."
Aku senyum senyum sendiri. Tinggal di Bandung udah terbawa gaya bahasa sini. Ya begini nih. Kami tetap bolak balik Jakarta Bandung. Kapan aja kami mau. Dua tahun yang Lalu kami memutuskan untuk menetap di Bandung dengan banyak pertimbangan. Biru dan kantornya yang sebagian besar kerjaan di Bandung. Aku yang memutuskan untuk resign, Membulatkan tekad kami untuk menetap di Bandung.
Yap.. aku resign. Tepatnya Setelah aku melahirkan anak pertamaku si cantik Ichiko Lily Pradipta. Ichiko lahir di Bandung. Tentu saja dengan amat sangat membuat si Ayah sangat kerepotan. Hormon kehamilan yang membuat aku super duper emosional dan si Ayah yang hampir kelimpungan menghadapi si Ibu. Tapi Biru ya tetap saja Biru. Biru dan segala tingkahnya yang ajaibnya selalu bikin aku kesel tapi sayang.
Ichiko sekarang sudah berusia tiga tahun. Dia sudah siap untuk menjadi kakak. Setiap malam si Ayah selalu bertanya apakah Ichiko ingin punya adik. Selalu begitu dan dieksekusi oleh Biru ketika Ichiko berkata pada Ayahnya bahwa dia ingin punya adik bayi seperti adik Syeba anaknya mas Bayu. Dan langsung diartikan secara harafiah oleh si Ayah yang notabene emang pengen punya anak lagi sebelum dia merasa dia sudah Tua.
Well.. here I am. Sedang Hamil anak kedua.
Kalo kehamilan pertama aku males banget olahraga, Hamil yang sekarang hampir tiap Hari aku berenang. At least Biru bikin kolam renang gak sia sia lah. Hamil yang kedua aku gak seoversensitif Hamil pertama. Dulu aku sebel banget sama Biru. Males banget mau deketan atau ngeliatin wajah Biru. Alhasil.. Ichiko cuma numpang lahir dari aku, tapi dia copy paste wajah Ayahnya. Ichiko si Anak Ayah.Ichiko berteman baik dengan Candy dan teddy bear. Teddy akan selalu ada dimanapun Ichiko pergi. Candy akan selalu mengantarkan Ichiko kemanapun dia ingin pergi. Yup.. Ichiko 100% copy paste Biru Pradipta Lesmana.
Dimanakah Ichiko?
Sekarang Hari Sabtu. Biru akan membawa Ichiko ke kantornya untuk bertemu dengan calon klien ataupun ke site bertemu klien. Biru adalah Ayah yang sungguh sangat telaten. Dia bisa diberi tanggung jawab 100%. Well.. dulu sewaktu Ichiko lahir. Biru menjadi orang yang sangat sentimental. Dia menangis melihat anaknya lahir. Menemani proses lahiran yang natural. Menguatkan aku yang dilanda gelombang cinta yang menyakitkan. To be honest.. aku gak pernah menyangka bahwa Biru akan menjadi semanis itu. Dia yang akan meluangkan waktunya untuk mengganti diaper Ichiko ketika sudah 4 jam. Dia yang akan membuai Ichiko ketika sedang menangis dan aku yang terlelap karena lelah. Biru.. suamiku. I love him."Bunda.. tadi kakak dibeliin permen sama Ayah."
Suara Ichiko sudah terdengar dari depan pintu hingga ke kolam renang.
Ichiko berlari kecil menghampiriku yang sedang duduk di tepian kolam renang."Hati-hati nak, nanti jatuh." Aku menyambut Ichiko dalam pelukan.
Setelah dia kupeluk aku langsung mengobrol dengan Ichiko."Tadi dibeliin permen apa sayang?"
"Ayah tadi beli permen cup cup bunda."
"Bunda gak dibeliin juga?"
"Kata ayah satu aja bunda gak boleh banyak-banyak nanti sakit gigi."
"Oh iya.. kakak Ichiko hebat nih. Nanti sikat gigi ya nak."
"Iya Bunda..."
Ichiko pun berlari masuk kedalam rumah. Biru masuk tidak lama kemudian. Dia langsung menghampiriku dan mengecup keningku.
"Hai cantik.. habis berenang ya.. kok gak ngajak-ngajak."
Aku tersenyum mendengar gombalan Biru. Kalo dulu pasti aku langsung mood swing. Alhamdulillah sekarang gak begitu lagi.
"Kan kamu ke kantor sayang. Kemana aja tadi sama si Kakak?"
"Di kantor aja tadi. Udah janjian sama 3 klien. Alhamdulillah mereka cocok."
"Alhamdulillah.."
Aku pun memutuskan tiduran di kursi. Biru ikut duduk menemaniku. Dia pasti ingin mengelus perutku.
"Assalamualaikum anak ayah.. abis berenang ya sama bunda. Bunda gak nakal kan nak?"
Aku tersenyum mendengar perkataan Biru dan spontan menepis tangannya.
"Biru.. apaan sih."
Dia hanya tertawa menanggapi pukulan tanganku.
"Ayo masuk... Mandi nanti masuk angin."
Biru mengulurkan tangannya untuk membawaku masuk ke dalam rumah. Aku gak akan minta gendong. Absurd banget.
Aku cuma perlu sedikit bermanja. Menikmati segala hal. Menikmati menjadi seorang istri yang ingin bermanja. Menikmati menjadi istri yang kadang galak. Menikmati menjadi ibu yang ceriwis untuk anaknya. Aku mengambil waktuku untuk menikmati hidup.Setiap harinya yang aku lalui selalu aku ucapkan dengan syukur. Tidak semua orang bisa bersyukur. Definisi syukur menurut aku gak ribet kok. Memiliki Biru dan Ichiko adalah hal hal yang sungguh sangat aku syukuri.
***********************************
"Bunda.. ayah nakal."
"Ayo sini naik.. cerita sama bunda. Main apa tadi?"
"Main kuda sama Ayah Bunda.. Masa tadi ayah gendong kakak tinggi tinggi. Kan kakak takut Bunda.."
"Kakak udah bilang ayah kalo kakak takut?"
"Udah bunda.. tapi.. tapi.. Ayah angkat tinggi tinggi..."
Kalo Ichiko sudah nangis begini ribet sudah urusan. Mau gak mau bapaknya harus minta maaf.
"Ayah... Kakak kenapa nangis yah?"
"Gak tau Bunda.. tadi kan main kuda-kudaan sama Ayah."
"Kata kakak ayah gendongnya ketinggian. Kakak takut."
"Ayah kan cuma just kidding kak.."
"Tapi kakak kan takut yah.."
Kalo bapak dan anak sudah berargumen seperti ini ya gak ada jalan lain.
"Udah.. udah.. Ayah minta maaf sama kakak dulu."
"Maafin ayah ya sayangku Ichiko yang cantik."
"Iya kakak maafin. Besok jangan diulangi lagi ya Ayah."
"Oke.. siap kak."
"Berpelukan dulu ayo Ayah.. kakak.."
Mereka pun berpelukan seperti teletubbies. Dasar Biru.. jahilnya gak habis-habis.
Biru pun membawa Ichiko untuk menyikat gigi dan bersiap tidur. Ichiko tidur di kamar yang berbeda namun terhubung. Kami memang sengaja melatihnya sedari bayi. Ichiko tumbuh menjadi anak yang cukup mandiri.
Rutinitasnya sebelum tidur adalah dibacakan cerita oleh kami secara bergantian. Biasanya seputar cerita tentang binatang ataupun princess.Satu jam kemudian, Biru sudah menemaniku di tempat tidur. Aku yang masih terjaga karna membaca buku pun menghentikan bacaanku.
"Masih nyoba biar Ichiko gak takut ketinggian?"
"Masih.. aku masih penasaran banget. Kalo digendong dia histeris banget. Tapi kalo udah manjat jendela setinggi apapun dia gak ketakutan sama sekali."
"Mungkin approach kita salah kali ya.."
"Next time kita coba cara lain lagi.."
Kebiasaan pillow talk kami dimulai sejak aku pindah ke Bandung. Sejak Ichiko diperutku. Kami mendiskusikan apapun. Kami percaya bahwa komunikasi itu penting. Banyak pasangan yang bercerai karna kurangnya komunikasi ataupun komunikasi yang salah.
Pada akhirnya kami hanya mencoba menjadi orang tua yang baik bagi anak anak kami. Menjadi suami yang baik dan menjadi istri yang baik.
Doain kami ya..**************The End**************
KAMU SEDANG MEMBACA
and The Story Goes #Wattys2019 ✓
Roman d'amourJingga: After 9 years.... i meet him again. Si bocah resek yang gak mau ngaku kalo aku temannya dan setelah dengan santainya dia ngomong gitu dia pindah. Aku pikir aku gak perlu lagi ngeliatin muka reseknya dia. Why do i have to meet him right now...