Bab 18. Your Name

549 56 0
                                    

"Ngapain ke sini?"

Omelan pedas langsung saja meluncur dari mulutku.

Cowok resek bin belagu yang tadi pagi sudah membuat kesal ternyata memenuhi janjinya dengan datang di hadapanku. Yup.. Biru menepati janjinya yang katanya mau ke Jakarta demi menjemputku untuk pergi ke Bandung.

"Ya mau jemput nona manis yang kakinya lagi sakit lah. Mau ngapain lagi emangnya?"

"Kamu nyebelin banget tau gak Bi..."

"Aku nyebelin kenapa sih sayang?"

Wajahnya yang menahan senyum dan cengengesan membuatku semakin ingin marah. Ini kenapa sih? Bawaan PMS.

"Gak usah senyum senyum gitu deh Bi."

"Hehehehe.... jadi aku gak boleh masuk ya. Di luar aja ya bolehnya?"

Aku gak menjawab pertanyaannya yg absurd itu. Aku langsung membuka lebar pintu rumah. Menyuruhnya masuk tanpa perlu bicara. Inget. Aku masih ngambek.

"Masih ngambek ya Jingga?"

"Enggak."

"Kalo enggak ngambek kok mukanya sepet gitu sih? Mulutnya mancung banget. Kalah banget sama hidungnya."

Mendengar perkataannya yang semakin membuat hati membara, aku hampir aja cengengesan dan kalah.

"Biruuuuuu..... kamu nyebelin."

Mendengar keributan di depan pintu mama langsung menghampiri.

"Ada apa sih nak? Eh... Biru udah sampe? Ayo masuk makan dulu. Itu si Jingga dari tadi udah grasak grusuk bolak balik gak jelas nungguin kamu dari tadi."

"Mamaaaaa....."

Aku malu. Biru udah senyum senyum aja mendengar perkataan mama. Pintu kututup dengan segera, dengan kakiku yang masih diperban aku berjalan menuju kamarku. Menutup muka menahan malu. Kalo kaya gini kan jadi ketahuan aku galau dan baper.

***********************************

"Kalian ke Bandungnya besok subuh aja. Kasian Biru pasti capek banget kan. Kamu istirahat dulu ya.."

"Iya tante.. rencananya emang ke Bandungnya subuh kok."

"Kalo Jingga masih ngambek gak jelas kamu turunin di jalan aja Biru.."

"Mamaaaaaaa...... mama kok gitu sih ma.."

"Ya abisnya kamu itu lucu banget nak. Udah kayak setrikaan bolak balik maju mundur."

Aku memberanikan diri memandang ke arah Biru yang sedang duduk mengobrol dengan Papa di Sofa.
Sepertinya ucapan mama tadi gak di dengar sama dia.

Aku gak tau papa sama Biru ngobrolin apa. Rasa maluku karna ucapan mama tadi lebih besar ketimbang rasa ingin tahuku untuk obrolan papa dan Biru.

Daripada aku semakin merasa malu, aku melangkahkan kaki ke arah kamar tamu yang menjadi kamar tempat biru tidur. Memastikan bahwa semua perlengkapan sudah lengkap, aku pun menghampiri Biru.

"Perlengkapan di kamar tamu udah siap ya bi.. istirahat ya Bi. Pasti kamu capek banget kan abis dari Bandung."

"Oke.. makasi ya Jingga cantik. Om... Biru masuk ke kamar dulu ya. Ntar obrolannya kita lanjutin lagi ya.."

"Oke... pembicaraan kita belom kelar ya."

"Siap om.."

Dengan langkah pelan aku mengantarkan Biru ke kamar tamu. Setelah sampai di depan kamar, aku mengucapkan selamat malam ke Biru.

"Sleep tight then Biru..."

"You too dear.."

Baru saja melangkahkan kaki beberapa langkah Biru memanggilku pelan.

and The Story Goes #Wattys2019 ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang