Ragu

444 85 18
                                    

Joy POV

eh... Kenapa dia? Apa dia menangis? Sungguh?

Tangan ku bergerak sendiri untuk menghapus air matanya. Tapi seketika aku ragu, jadi lah aku hanya memegang pundak nya.

"hey... Jungkookie.. Gwencanaa?" aku berusaha menatap wajahnya yang menunduk.

"jangan menangis.. Aku tidak... Maksudku.. Aku bukan orang yang tepat... Bukannya lebih baik kamu menemui yang lebih profesional?"

Jungkook tiba tiba menatap mataku dalam dalam. Membuat aku kelabakan selama beberapa detik,

"tempat rehab maksudmu?" tanya nya tidak percaya.

Aku ragu untuk mengangguk, jadi nya aku hanya menatap nya saja.

"menurut mu apa yang akan dilakukan agensi ku kalau aku ke tempat rehabilitasi?"

Ah ini bukan pertanyaan. Dia pasti menyindirku. Karena mana mungkin agensi mengijinkan itu kecuali mengeluarkan nya dari BTS.

"Noonaa.. Aku mohoon.. Semua member ku juga berusaha membantuku. Tapi mereka tidak bisa menahan nya seperti kamu menahan ku kemarin."

Matanya benar benar sendu. Aku tidak bisa menatapnya lebih lama. Jantungku rasanya ikut sakit melihatnya.

"aku dan memberku yang lain memimpikan banyak hal bersama. Aku terlalu bodoh di masa lalu. Sekarang saat mimpi mimpi kami mulai terwujud, tubuh ku mengkhianati usahaku.. Aku butuh kamu Joy.. Aku yakin hanya kamu yang bisa.."

Air mata nya mulai tertumpuk lagi di kelopak mata bagian bawah. Mataku pun mulai buram karena rasanya akupun ingin ikut menangis bersamanya.

"maafkan aku Jung.." suara ku bergetar menahan tangis.

Aku melihat dia tersenyum sebentar berbarengan dengan tetesan air mata yang tadi sudah ia tumpuk.

"ya aku mengerti. Kamu pasti aneh melihat orang yang sudah menyakitimu kemarin, malah meminta bantuan mu. Harusnya aku membalas budi bukan malah merepotkan mu."

"bukan itu Jung.."

"gwencana Joy.. Aku akan pulang sekarang. Aku tidak membawa obatku.." dia melihat jam tangannya sekilas, "ah aku harus segera pulang"

"yak! Bukan kah kamu memintaku untuk membuat mu berhenti. Lalu kenapa masih menggunakannya?"

"sebelum berhenti. Aku harus mengurangi sedikit demi sedikit dosis ku, bukan langsung tidak menggunakannya sama sekali. Aku ingin sembuh, bukan ingin mati.." ada nada sedih di suaranya.

"lalu peranku?" aku tau ekspresiku sekarang pasti seperti orang bodoh. Bahkan aku bisa melihat sekilas, hanya beberapa detik Jungkook membuat smirknya.

"aku sudah jelaskan tadi. Kamu bisa menahan ku Joy.." suaranya benar benar lembut. Aku harus menundukan kepala dan memejamkan mataku untuk fokus. Tidak lucu kan tiba tiba wajah ku me merah hanya karena suara lembut.

"apa yang terjadi kemarin saat aku tidak memberimu obat itu? Aku lihat Namjoon oppa kaget, dan aku merasa bersalah.." cicitku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"kamu tidak akan mengerti rasa sakitnya.. Seakan seluruh ototmu pecah bersamaan"

"OMO!" ah, mulutku dan mataku kenapa berekspresi nerlebihan sih!

Jungkook terkekeh, "gwencana.. Itu sudah seperti detox racun untukku, semenjak aku memutuskan untuk sembuh. Aku tau konsekuensi yang harus aku terima." dia mengelus puncak kepalaku.

Ah aku belum keramas. Dan baru ingat aku belum mandi.

"Meskipun aku masih tidak bisa mengontrol diriku saat sakau.." suaranya berubah sedih, aku menatap matanya yang sedang menatap ruam di pundaku.

SAVE ME !Where stories live. Discover now