9 | Lebih dari Sahabat |

130 41 51
                                    

[On Mulmed :  Sahabat Jadi Cinta - Mike Mohede]

9 | Lebih dari Sahabat |

"Ku pikir kita ini benar-benar sahabat. Tapi nyatanya hatiku tak mau jika kita hanyalah sebatas itu. Jadi bagaimana? Siapa yang bersalah? Hatiku, atau dirimu yang membuatku nyaman bersamamu?"


~Te Extraño~

Jangan lupa vote dan comment-nya ya♥

Karena itu sangat berarti untuk Author❤

Happy reading :D










"Makasih ya, udah nganterin gue." Alin tersenyum manis setelah turun dari motor Eza saat telah tiba di halaman rumahnya. "Mau mampir dulu?"

Eza menilik jam tangan di tangan kirinya, menunjukkan pukul delapan malam. "Nggak deh, gue langsung aja. Salam buat nyokap lo ya. Gue juga titip minta maaf udah mulangin lo malem gini."

Alin tertawa sebentar, "Lo nih minta maaf melulu deh. Lagian ini nggak terlalu kemaleman kok. Masih juga jam delapan. Nyokap gue juga masih maklum kali."

Eza tersenyum menanggapinya, "Yaudah, langsung masuk. Jangan lupa belajar dan jangan tidur larut malem."

"Iya." sahut Alin gemas.

"Yaudah masuk gih sana!" perintah Eza halus.

"Lo aja dulu yang pergi!"

"Lo ngusir gue?" Alin memutar bola matanya malas. "Nggak, Za. Gue bakalan masuk kalo lo udah pergi gitu."

"Yaudah deh," Eza terlihat mengalah. Lalu ia menghidupkan mesin motornya, bersiap meninggalkan halaman rumah Alin. "Gue duluan ya."

"Hati-hati." ucap Alin dengan setengah berteriak, lalu terbit sebuah senyuman yang sangat lebar dengan pipinya yang memanas.

✨✨✨

"Baru pulang?" Nafisya bersuara saat melihat Alin baru masuk ke rumah.

"Iya, Bu." Alin langsung menggeletakkan tubuhnya duduk di sofa ruang tamu.

"Al, tadi Fian ke sini nyariin kamu. Dia barusan pindah di rumah sebelah yang dikontrakin itu. Dia tinggal sama neneknya karena orang tuanya ternyata udah meninggal."

"Apa? Orang tuanya Fian meninggal?" Alin menutup mulutnya, nampak terkejut dan tak kuasa mendengarnya.

"Iya, orang tua Fian meninggal bulan lalu karena kecelakaan. Tapi Ibu juga baru tau berita ini. Kamu tengokin gih, bawain mereka makanan juga."

"Yaudah Alin siap-siap dulu," Alin beranjak berdiri, berjalan menuju kamarnya.

✨✨✨

"Fian!" pekik Alin saat melihat Fian yang melamun di luar rumahnya. Lalu Alin agak lari untuk mendekat ke Fian.

"Alin?" Dengan sigap Fian memeluk erat tubuh Alin. Membuat Alin begitu saja membalas pelukan Fian.

"Lo yang kuat ya, Ian." bisik Alin menenangkan. Sementara Fian hanya memejamkan mata menikmati pelukan itu.

Tak lama akhirnya Fian melepas pelukannya, mengajak Alin duduk di bangku taman yang ada di rumah barunya.

Te ExtrañoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang