11 | Memori Kita |

140 27 52
                                    

🎶"Ada ruang hatiku yang kau temukan
Sempat aku lupakan kini kau sentuh
Aku bukan jatuh cinta
namun aku jatuh hati

Ku terpikat pada tuturmu
aku tersihir jiwamu
Terkagum pada pandangmu
caramu melihat dunia
Kuharap kau tahu bahwa ku
terinspirasi hatimu
Ku tak harus memilikimu
tapi bolehkah ku selalu di dekatmu."🎶

[On Mulmed :  Jatuh Hati - Raisa]

11 | Memori Kita |

"Kita terlalu nyaman hingga demikian. Sampai tak sadar kita ini hanyalah sebatas teman. Lalu bolehkah aku meminta ijin untuk mencintaimu?"

~Te Extraño~

Jangan lupa follow Author🎀

Budayakan meninggalkan jejak. Vomment-nya ya♥

Karena itu sangat berarti untuk Author

Happy reading :D








"Mas, nasi tahu spesialnya tiga ya?" ucap Eza memesan makanan di salah satu warung pinggir jalan yang direspon anggukan oleh si penjualnya.

"Kita duduk dulu yuk!" ajak Eza menuntun mereka duduk sembari menunggu makanan siap.

Alin terus menatap anak kecil laki-laki itu dengan tersenyum tipis. Membuat Eza yang memperhatikannya merasa baru saja menemukan suatu objek yang sangat sayang untuk dilewatkan begitu saja. Senyuman yang tipis dari bibir pink natural Alin membuat kedua sudut bibirnya mencetak senyuman. Ia hanyut dalam senyuman itu. Seperti membuatnya menjadi candu dengan senyuman manis yang Alin miliki.

"Nama kamu siapa?" tanya Alin masih sambil tersenyum.

"Aku Aldi, Kak." Anak itu tersenyum canggung. Tadi Alin dan Eza memang memutuskan untuk mencari makanan dengan sekalian mengajak anak itu pergi bersantap dengan mereka.

"Aldi mulai kapan ngemis-ngemis kayak tadi?"tanya Alin kepada anak yang berusia delapan tahunan itu dengan lembut.

"Udah lama, Kak. Mungkin dua tahunan sih. Aku pun juga nggak terlalu inget." Alin yang mendengarnya langsung merasa iba melihat kondisi anak itu. Ia benar-benar tidak bisa merasakan bagaimana jikalau ia yang berada di posisi anak itu? Pasti ia sangat mengeluh setiap waktunya. Tidak bersyukur dengan apa yang Tuhan beri saat ini. Tidak menghargai dan menjaga setiap apapun yang berharga dalam hidupnya. Teringatlah Alin pada sosok ayahnya.

"Terus tentang orang tua kamu gimana? Apa mereka pernah nemuin kamu?" Anak itu langsung menunduk dengan mata yang berkaca-kaca.

Tes..

Satu tetes mengalir begitu saja ke pipi anak itu. Membuat Alin menatap Eza yang membuat Eza balik menatapnya juga.

"Maafin Kakak ya. Kakak nggak bermaksud buat kamu sedih." Alin terbawa suasana. Membuat pandangannya seketika mengabur.

Anak itu mendongak, memperhatikan Alin dan Eza bergantian. "A-aku ditelantarin begitu aja sama o-orang tua aku. S-sampai sekarangpun, m-mereka nggak pernah lagi nemuin a-aku."

Te ExtrañoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang