Tasya sudah berada di rumah Edwin. Kini Tasya sedang duduk di ruang keluarga bersama Edwin dan menatap tajam ke Edwin. Handphone Tasya terus berbunyi yang berada di genggaman Edwin.
"Kembalikan handphone saya." Pinta Tasya sinis.
"Papa tidak akan kembalikan! Jika anak gadis papa memintanya dengan kasar."
"Saya bukan anak anda! Sudah berapa kali saya bilang kepada anda." Tasya mengepalkan kedua tangannya dan menatap tajam ke Edwin.
"Dosa lo sayang marah-marah sama orang tua sendiri! Sayang mau jadi anak durhaka, tidak kan?" Balas Edwin dengan senyuman.
Tasya hanya diam tidak menanggapi omongan Edwin. Edwin mendekati Tasya dan duduk di samping Tasya. Tasya berdiri dan menjauhi Edwin.
"Sini sayang! Jangan takut." Edwin menepuk sofa yang di samping agar Tasya duduk di sampingnya.
"Saya tidak mau! Jangan paksa saya." Tasya membelakangi Edwin. Sembari melihat-lihat yang berada di sekitarnya. Tasya melihat ada handphonenya berada di meja. Tasya langsung mengambil dan langsung menelpon Billy.
Edwin langsung berdiri dan mendekati Tasya. Tapi Tasya langsung berlari sambil menelpon Billy.
📞
"Bang Billy! Tolong Tata! Tata ada di rumah bapak Edwin Nugraha."
"Baik sayang! Abang akan kesana sambil membawa pasukan! Sayang jangan takut."
📞
Telpon langsung terputus oleh Edwin, karena Edwin langsung merampas handphone Tasya.
"Tasya! Untuk apa kamu menelpon orang. Apa kamu mau meminta bantuan?" Tanya Edwin membentak Tasya. Tasya tersenyum miring.
"Jawab Tasya." Bentak Edwin. Tasya masih diam dan menunjukkan muka datar.
"Sayang." Ujarnya lembut dan mendekati Tasya dan Tasya menjauh dari Edwin.
"Papa minta maaf sayang telah membentak kamu." Tasya tersenyum miring mendengar perkataan Edwin.
"Apa anda tidak sadar dengan perkataan anda tadi. Minta maaf! Anda sering sekali membentak mama saya, tapi anda tidak pernah sekali pun minta maaf kepada mama saya." Ujar Tasya tegas sembari mengepalkan kedua tangan dan menatap tajam ke arah Edwin. Edwin tertegun mendengar perkataan Tasya. Edwin hanya diam tidak bisa berkata apa-apa.
"Kenapa anda diam? Apa anda merasa bersalah. Kamu salah Tasya dia tidak akan pernah merasa bersalah bahkan dia merasa benar dengan tindakannya. Orang jahat pasti berpikir akan selalu benar apa yang di lakukan. Tapi kalo orang baik dia pasti masih memikirkan sebelum melakukan." Cibir Tasya membelakangi Edwin.
"Tasya! Papa diam bukan karena papa takut sama kamu. Papa diam karena papa sayang sama kamu." Balas Edwin tegas.
"Sayang! Kalo sayang kenapa anda membuat masalah dan membunuh mama saya, HA?" Tanya Tasya sinis.
"Kenapa diam?" Tasya membalikkan badan menghadap dan melihat Edwin dengan tatapan tajam.
"Untung saja saya tidak memasukkan anda ke penjara." Lanjut Tasya. Edwin terus diam dan perkataan Tasya sukses terngiang di pikiran Edwin.
Tasya berlari menuju pintu keluar. Karena Taysa mendengar ada keributan di luar. Edwin mencengkram Tangan Tasya dan membawa Tasya pergi entah kemana. Tasya terus memberontak agar cengkramannya bisa terlepas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ukhty Cuek (completed ✔️)
Fiksi Remajacerita ini menceritakan seorang gadis yang cantik. Tapi sikapnya sangat cuek dan dingin dengan seorang laki-laki, bahkan sikapnya sangat dingin dan sinis terhadap ayah dan kakak laki-lakinya. karena sebuah kejadian yang selalu teringat dengan diriny...