*****
Hinata berdiri menunggu dengan perasaan bosan. Naruto yang sudah berjanji akan mengantarkannya pulang tidak kunjung muncul setelah pamit untuk ke kamar kecil sekitar dua puluh menit yang lalu. Dia sudah lelah setelah ulangan IPA di jam terakhir tadi dan ingin segera pulang agar bisa beristirahat. Akhirnya Hinata tidak bisa bersabar lebih lama lagi dan berniat mencari keberadaan Naruto. Hinata nekad mencari Naruto di area toilet laki-laki tapi setelah menahan malu karena pandangan para cowok yang menatapnya dengan sorot mata curiga, Hinata tidak menemukan Naruto di tempat itu.
" Bisakah kau mempertimbangkan perasaanku, Naruto? "
Hinata menghentikan langkahnya saat mendengar suara yang yang sangat familier di telinganya itu menyebutkan nama Naruto itu. Hinata langsung bisa mengenali bahwa suara itu adalah suara Ino, teman sebangkunya. Setelah mencari-cari darimana suara itu berasal, Hinata menemukan Ino, sedang bicara dengan Naruto.
" Aku sudah mencintaimu sejak kecil. Aku sudah memperhatikanmu sejak kecil! Dan aku sangat mencintaimu, Naruto. "
Ucapan Ino itu mengagetkan Hinata. Ino sudah mencintai Naruto sejak kecil? Oya. Hinata ingat saat Ino bercerita dia memang berasal dari Suna seperti halnya Naruto dan Gaara. Ino juga pernah mengungkapkan kekecewaannya ketika Naruto tampak tidak mengenalinya lagi padahal dulu mereka bertetangga saat tinggal di Suna. Hinata bisa maklum jika Ino menyukai Naruto karena mereka dulu sering bersama saat di Suna. Tapi mendengar Ino menyatakan cinta pada Naruto saat ini, saat Naruto sudah menyatakan cinta padanya, tentu saja membuat Hinata merasa tidak senang dan juga cemburu. Meski Hinata belum mencintai Naruto, tapi mereka sudah berjanji untuk selalu bersama demi anak yang sedang dikandungnya.
" Kenapa kau malah memilih Hinata yang baru saja kau temui? " Ino mulai menangis.
Naruto memandang gadis cantik berambut pirang panjang di depannya dengan perasaan bersalah. Sebenarnya sejak dulu dia menyadari Ino menaruh hati padanya. Naruto juga langsung mengenali Ino saat dia baru pindah ke sekolah ini, tapi pemuda pirang itu sengaja berpura - pura tidak mengenali Ino. Naruto tahu hati seorang gadis itu sangat rapuh, lemah dan kadang terlalu sensitif hingga mudah sekali menyalah artikan perhatian dan kebaikan dari lawan jenisnya. Oleh karena itu Naruto tidak mau memberi harapan palsu pada Ino.
" Aku sangat berterima kasih atas perasaanmu. Tapi aku benar-benar tidak bisa menerima perasaanmu itu. Maafkan aku, Ino. " jawab Naruto.
" Tapi kenapa? Apakah karena aku kurang cantik? Apakah karena aku kurang pintar? Katakan apa kekuranganku agar aku bisa berubah menjadi orang yang kau inginkan? " ucap Ino menghiba.
Naruto benar-benar tidak tega melihat seorang gadis menangis. Dia lalu mengusap air mata di wajah Ino dengan lembut. Hinata merasa kesal melihatnya.
" Tidak ada yang salah dengan dirimu, Ino. Kau sempurna. " ucap Naruto dengan lembut.
" Kalau begitu terimalah aku, Naruto.. Jadikan aku milikmu.. Aku janji aku akan membuatmu bahagia.. " ucap Ino lalu memeluk Naruto.
Hinata tidak tahan lagi melihat adegan itu. Hinata memutuskan untuk pergi dari tempat itu. Rasa cemburu memenuhi dirinya hingga dadanya terasa sesak dan sakit. Hinata berlari sekencangnya menjauhi tempat itu.
Hati Hinata merasa sakit saat mendengar Naruto mengatakan Ino sempurna. Dirinya merasa sangat iri pada Ino karena kini dirinya tidak sempurna lagi. Dia sudah kotor dan ternoda. Dia bahkan hamil di luar nikah. Tiba-tiba Hinata merasa dirinya sangat rendah.
Sementara itu Naruto masih berusaha bersabar menghadapi Ino yang tiba-tiba saja menjadi sedikit pemaksa itu. Dengan perlahan dia melepaskan tangan Ino yang memeluknya agar gadis itu tidak tersinggung.