Part 12. Runaway

3.6K 277 8
                                    

*****

Hinata berlari meninggalkan Naruto untuk mencari pertolongan. Dia berlari secepatnya menuju ke kantin dimana semua siswa sedang berkumpul untuk makan siang. Tapi Hinata berbelok ke arah lapangan basket saat melihat Shikamaru yang sedang tidur di bawah pohon maple di pinggir lapangan basket. Hinata berlari menghampiri Shikamaru. Tanpa basa-basi Hinata langsung membangunkan Shikamaru dari tidurnya dengan mengguncang tubuh pemuda itu hingga akhirnya pemuda berkuncir itu membuka matanya.

" Ada apa, Hinata? Kau membangunkanku seakan ada yang sedang terancam kematiannya. " ucap Shikamaru asal.

" Naruto! Naruto pingsan di pinggir lapangan bola!! Aku tadi hanya memukulnya sedikit!! Aku tidak bermaksud melukainya!! Aku benar-benar tidak bermaksud membuatnya seperti itu!! Bagaimana ini, Shika!! " jerit Hinata panik.

Shikamaru bangun dari tidurnya lalu duduk. Sesaat Shikamaru menatap Hinata yang terlihat sangat panik sambil mencerna ucapan kacau Hinata.

" Kalau begitu ayo kita periksa, Naruto. " ucap Shikamaru sambil berdiri dari duduknya.

Shikamaru berjalan bergegas menuju tempat yang ditunjukkan oleh Hinata. Hinata mengikuti di belakang pemuda itu sambil menghapus air mata yang terus mengalir membasahi wajahnya. Saat mereka berdua sampai, Naruto masih tergeletak pingsan di tempat Hinata meninggalkannya. Shikamaru memeriksa Naruto sebentar lalu menatap Hinata.

" Kita akan membawa Naruto ke UKS. Aku akan mengangkat tubuh atasnya dan kau bantu mengangkat kakinya. " ucap Shikamaru.

Kemudian mereka berdua membawa tubuh Naruto ke UKS. Akhirnya setelah bersusah payah karena ternyata tubuh besar Naruto itu sangat berat, mereka sampai di UKS dan membaringkan pemuda pirang itu di ranjang dengan selamat. Sizune, perawat sekolah kaget melihat Naruto yang dibawa ke UKS dalam keadaan pingsan. Tapi dengan cekatan wanita itu segera memeriksa keadaan Naruto. Dia mengukur tekanan darah dan suhu Naruto dan bahkan kadar gula darahnya.

" Dia pingsan karena kelelahan dan mungkin juga kelaparan karena kadar gulanya sangat rendah. Kemungkinan dia juga stress. " ucap Sizune sambil mendekatkan bau-bauan di dekat hidung Naruto agar pemuda pirang itu sadar.

Akhirnya Naruto membuka matanya saat Sizune mendekatkan sebotol parfum ke hidungnya. Kelopak matanya perlahan membuka memperlihatkan iris birunya. Mata Naruto tampak sedikit membola kaget melihat Hinata di samping ranjang tempatnya berbaring.

" Hinata.. " panggil Naruto lirih sambil mengulurkan tangannya untuk meraih tangan Hinata.

" Maaf.. " ucap Naruto lemah lalu tangannya kembali jatuh terkulai.

" Narutoo! " jerit Hinata saat melihat Naruto kembali memejamkan matanya.

" Tenanglah.. Dia hanya tertidur. Biarkan dia istirahat dan dia akan baik - baik saja. " jawab Sizune sambil memasang infus di lengan Naruto.

Shikamaru menatap Naruto yang tertidur lelap bagaikan orang pingsan. Ada bekas luka-luka bekas pukulan yang membiru di wajah pemuda pirang itu. Bahkan luka cakaran juga ada. Pandangannya lalu beralih pada Hinata yang terlihat cemas melihat keadaan Naruto.

" Kenapa kau terlihat cemas begitu? Bukankah kau membencinya? " tanya Shikamaru pada Hinata.

Hinata tersentak kaget mendengar pertanyaan Shikamaru itu. Hinata baru ingat kalau dia memang sedang membenci Naruto, atau lebih tepatnya membenci apa yang Naruto lakukan padanya. Bagaimana dirinya tidak benci pada Naruto? Pemuda itu telah memperkosanya dengan kejam, merenggut kesuciannya, kehormatan dan harga dirinya. Sejak awal Hinata sudah tidak menyukai Naruto karena pemuda itu mengambil buku puisinya dan mengakui salah satu karyanya. Dan kini Naruto juga mengambil kehormatannya sebagai seorang wanita. Hinata sangat membecinya. Bahkan selama beberapa hari ini dia menghabiskan banyak waktu untuk memikirkan apa yang akan dia lakukan pada Naruto untuk membalas perbuatan bejat pemuda pirang itu padanya. Karena itulah, Hinata begitu emosi saat Naruto dengan begitu mudahnya meminta maaf padanya hingga dia ingin sekali membunuh pemuda itu dengan memukulnya sekuat tenaga.

PoetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang