*******
Begitu turun dari taksi, Naruto langsung berlari menuju ruang tempat Hinata dirawat. Naruto sungguh cemas saat menerima telepon dari ibunya yang mengabarkan Hinata terpeleset jatuh saat menuruni tangga rumah dan kemudian pingsan. Naruto sangat takut Hinata mengalami luka yang membahayakan nyawa istrinya yang sedang hamil tujuh bulan itu dan juga bayi yang dikandungnya. Naruto langsung meninggalkan sekolah dan pergi ke rumah sakit saat mendapat telpon dari ibunya itu. Naruto mempercepat larinya, tidak mempedulikan para pengunjung rumah sakit dan perawat yang memperingatinya agar memelankan larinya. Di dalam pikirannya, Naruto hanya ingin segera melihat keadaan Hinata. Akhirnya setelah berlari menyusuri lorong panjang rumah sakit, Naruto tiba di kamar rawat inap Hinata.
Naruto segera memasuki ruang rawat itu dengan tergesa. Matanya langsung tertuju pada Hinata yang terbaring dengan mata terpejam di ranjang. Naruto segera menghampiri Hinata dan menggenggam telapak tangan mungil istrinya itu.
" Hinata! Bagian mana yang terasa sakit, Hinata? Aku mohon katakan padaku? " ucap Naruto sambil menangis. Dia sangat mengkhawatirkan keadaan Hinata. Apalagi wajah cantik istrinya itu terlihat begitu pucat.
" Tenanglah, Naruto. Hinata hanya tidur. Dia kelelahan setelah berjuang antara hidup dan mati untuk melahirkan anakmu. "
Ucapan suara lembut itu langsung membuat Naruto menolah ke arah sumber suara dan melihat Kushina duduk di sofa di dekat jendela. Ternyata tanpa disadarinya ibunya juga berada di ruangan itu.
" Ibu? Ibu bilang apa tadi? Melahirkan? Tapi bukankah usia kehamilan Hinata baru tujuh bulan? " tanya Naruto dengan perasaan kaget sekaligus cemas.
" Itu benar. Tapi karena air ketubannya sudah pecah akibat Hinata terjatuh, dokter memutuskan untuk menginduksi Hinata agar bayinya segera lahir sebelum air ketubannya habis dan anakmu tidak tertolong lagi. " terang Kushina.
" Jadi.. Jadi anakku sekarang sudah lahir? Benarkah? " tanya Naruto kaget bercampur senang.
" Bolehkah aku melihatnya sekarang? " tanya Naruto.
" Tentu saja.. Tapi dia masih ada di inkubator karena dia lahir dalam keadaan prematur. " jawab Kushina.
" Apakah.. Apakah anakku baik - baik saja, Ibu? " tanya Naruto dengan perasaan cemas.
Kushina tersenyum melihat wajah Naruto yang menyiratkan kecemasan itu. Kushina segera berdiri dan menghampiri Naruto lalu memeluk putranya itu.
" Dia baik - baik saja, Naruto.. Anakmu hanya perlu sedikit lebih banyak waktu beradaptasi dengan dunia di luar tubuh ibunya. Kau jangan cemas. " ucap Kushina sambil mengusap punggung Naruto itu dengan lembut.
" Apakah aku boleh melihat anakku, Ibu? " tanya Naruto.
" Aku juga ingin melihatnya, Naruto.. "
Suara lembut Hinata membuat Naruto dan Kushina menoleh ke arah ranjang tempat Hinata berbaring. Naruto tersenyum lega melihat Hinata sudah membuka matanya.
" Tentu saja. Ayo kita temui anak kita bersama - sama. " ucap Naruto sambil menghampiri Hinata.