Part 18. Wellcome Home

4.2K 260 14
                                    

*****

Hinata berdiri dengan gelisah sambil memandang altar pernikahannya dengan Naruto. Semua yang menghadiri upacara pernikahan Hinata dan Naruto yang diselenggarakan di rumah keluarga Namikaze juga mulai terlihat gelisah. Saat upacara pernikahan tinggal beberapa menit lagi, namun Naruto belum juga datang di rumahnya ini. Berkali-kali Hinata mencoba menelpon Naruto tapi tidak ada yang menjawab.

" Isshh!! Kemana anak itu?! Disaat seperti ini malah tidak menjawab telponnya!! " teriak Kushina jengkel sambil memutus sambungan telponnya.

Hinata jadi makin gelisah melihat Kushina juga tidak bisa menghubungi Naruto. Gadis itu mulai cemas terjadi sesuatu pada Naruto.

" Tuhan.. Aku mohon.. Jangan biarkan sesuatu yang buruk terjadi pada Naruto.. " doa Hinata lirih sambil menyatukan kedua telapak tangannya.

" Jangan cemas, Nak. Naruto pasti akan datang! Karena kalau sampai Naruto berani mengingkari janjinya, dia akan merasakan pukulanku! " ucap Kushina mencoba menghibur Hinata. Tapi Hinata justru ketakutan mendengar ucapan Kushina yang bernada ancaman itu.

" Saya mohon.. Jangan pukul Naruto, Ibu.. " pinta Hinata dengan wajah cemas. Bagaimana tidak? Hinata telah menyaksikan sendiri kedahsyatan pukulan Kushina yang bahkan Minato, ayah Naruto pun dibuat jatuh oleh pukulan calon ibu mertuanya itu. Hinata benar-benar tidak ingin Naruto mengalami kejadian serupa dengan calon ayah mertuanya itu.

" Aku hanya bercanda Hinata.. " jawab Kushina sambil tersenyum.

" Aku akan meminta Minato menjemput Naruto. Kau jangan cemas ya? " ucap Kushina sambil membelai wajah Hinata dengan lembut.

Kushina segera menghampiri Minato yang sedang berbicara dengan salah satu kerabat dekat mereka yang diundang di pernikahan Naruto dan Hinata. Lelaki pirang itu segera menghampiri Kushina sebelum wanita itu memanggilnya.

" Ada apa? " tanya Minato.

" Tolong kau jemput Naruto. Aku takut dia enggan datang ke sini karena takut padamu. Aku rasa ini adalah saat yang tepat untuk kalian berbaikan. Bukankah kau sudah terlalu lama memelihara kemarahanmu pada Naruto? Apakah kau tidak rindu untuk bertemu dan memeluk putramu sendiri? " ucap Kushina. Minato hanya menghela nafas mendengar ucapan Kushina.

" Aku akan segera menjemputnya. " jawab Minato tanpa banyak bicara.

Hinata memandang kepergian Minato dengan perasaan cemas. Hinata kembali berdoa dalam hati agar calon ayah mertuanya itu segera kembali bersama Naruto dalam keadaan selamat.

" Kak Cantik.. " Tiba-tiba terdengar suara lucu yang membuat Hinata tersentak dari lamunannya. Hinata segera memasang senyuman di wajahnya saat melihat Karin berjalan menghampirinya. Hinata segera berlutut untuk menyamakan tingginya dengan gadis kecil itu.

 " Benalkah cebental lagi Kak Cantik akan jadi kakakku? " tanya Karin polos.

" Kenapa? Apa kau tidak senang aku jadi kakakmu? " tanya Hinata balik.

" Kalin cenang cekali kalau Kak Cantik jadi kakaknya Kalin. Nanti Kak Cantik akan tinggal dicini belcama Kalin kan? Nanti kita bica main boneka Balbie cama-cama teluc. "

Hinata terdiam mendengar ucapan Karin itu. Dia juga ingin tinggal dirumah keluarga Namikaze yang terasa hangat dan juga penuh keceriaan ini. Suasana di rumah keluarga Namikaze sangat bertolak belakang dengan suasana mansion Keluarga Hyuga yang megah bagaikan istana tapi terkesan dingin dan juga suram yang selama ini ditempatinya. Istana dingin itu juga dihuni keluarganya yang selalu sibuk dengan urusannya masing-masing. Papanya bahkan memilih mengurusi pembukaan cabang bisnisnya di Amerika sementara mamanya dan adiknya pergi liburan ke luar negeri daripada menghadiri pernikahannya. Mereka hanya mengirim email yang berbunyi akan mengirimkan hadiah pernikahannya. Hinata benar-benar bosan hidup di istana dingin bersama keluarganya yang tidak peduli satu sama lainnya itu. Hinata sangat ingin tinggal di rumah yang dihuni keluarga normal seperti keluarga Namikaze. Tapi Hinata tidak tahu apakah Naruto akan bersedia tinggal di rumah keluarga Namikaze ini sementara hubungan Naruto dengan ayahnya masih belum membaik.

PoetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang