*****
Hinata baru saja menidurkan Himawari saat dia menerima kabar itu. Papanya menelpon dan mengabarkan mamanya dan Hanabi adiknya mengalami kecelakaaan mobil. Hinata langsung menangis histeris saat papanya mengatakan bahwa Mama dan adiknya itu tidak bisa selamat saat mobil yang mereka tumpangi menabrak pembatas jalan lalu jatuh ke jurang. Pengasuh Himawari dan para pelayan langsung berdatangan karena mendengar Hinata yang menangis keras dan Himawari yang terbangun mendengar tangisan ibunya dan ikut menangis. Mereka berusaha menenangkan majikan dan putrinya yang menangis karena sebab yang berbeda itu.
" Ada apa ini? Kenapa kalian berdua menangis? " tanya Naruto dengan perasaan kaget dan kebingungan. Bagaimana tidak? Dia baru pulang setelah menjemput Boruto di sekolahnya dan mendapati istri dan juga putrinya menangis bersamaan dengan keras. Kalau Himawari yang yang masih belum genap satu tahun itu yang menangis meraung – raung sih sudah wajar. Tapi kenapa Hinata juga ikut menangis histeris seperti itu?
" Ibu dan Hima kenapa menangis, Ayah? " tanya Boruto dengan wajah yang hampir menangis. Bocah pirang berumur lima tahun itu baru pertama kali melihat ibunya menangis dengan keras seperti itu dan hal itu sungguh membuatnya ikut sedih.
Naruto menghela nafas. Kalau dibiarkan pasti Boruto akan ikut menangis. Naruto segera meraih tubuh mungil Himawari dari pengasuhnya dan menggendongnya lalu menyuruh pengasuh Himawari itu membawa Boruto ke kamarnya. Naruto menggendong Himawari lalu menghampiri Hinata.
" Sebenarnya apa yang terjadi, Hinata? " tanya Naruto setelah duduk di samping Hinata yang masih saja menangis sambil membujuk Himawari agar berhenti menangis.
" Mama dan Hanabi.. Mereka kecelakaan, Naruto.. Mobil mereka masuk jurang dan.. Dan mereka tidak selamat.. Mereka sudah meninggal, Narutoo.. " tangis Hinata.
" Apa?! Mama dan Hanabi?! Mereka meninggal?! " teriak Naruto kaget hingga dia berdiri dari duduknya.
Naruto dan Hinata menghadiri pemakaman Mamanya dan Hanabi yang dilaksanakan dengan sangat khidmad. Makam ibu dan putrinya yang berdampingan itu dipenuhi dengan ratusan tangkai mawar putih yang diletakkan oleh relasi bisnis dan para pegawai dan karyawan Perusahaan Hyuga yang datang ke upacara pemakaman itu.
Naruto memandang seorang pemuda berambut coklat jabrik yang memandangi makam Hanabi dengan wajah sedih. Naruto segera menghampiri pemuda yang dikenalnya dengan nama Konohamaru, kekasih dari Hanabi yang pernah beberapa kali diajak Hanabi saat berkunjung ke rumahnya. Berkali – kali pemuda itu terlihat mengusap air mata yang menetes dari kedua matanya.
" Konohamaru? " sapa Naruto sambil memegang tangan pemuda itu. Pemuda itu menoleh dan langsung memeluk Naruto.
" Dia bilang hanya mau jalan – jalan keluar kota, Kak Naruto.. Tapi kenapa dia pergi begitu jauh? Hanabi tidak akan kembali lagi, Kak.. " tangis Konohamaru akhirnya pecah. Dia meluapkan kesedihan dan rasa kehilangannya dengan tangisnya.
" Menangislah.. Kau akan merasa sedikit lega.. " ucap Naruto sambil mengusap punggung Konohamaru dengan lembut. Dia tahu pemuda itu sangat mencintai Hanabi. Dia bisa membayangkan betapa sedihnya ditinggalkan orang yang sangat dicintai.
" Siapa pemuda itu? " tanya Hiashi pada Hinata saat melihat Naruto memeluk Konohamaru.
" Dia kekasih Hanabi. Apakah Papa tidak tahu? " tanya Hinata balik sambil menatap Papanya heran.
" Kekasihnya? Hanabi punya kekasih? Sejak kapan? " tanya Hiashi.
" Iya, Pa. Namanya Konohamaru Sarutobi. Mereka pacaran sejak Hanabi masuk kuliah. Apakah Hanabi tidak pernah cerita saat kalian bertemu? " tanya Hinata.