Part 4. Confusing

3.5K 275 8
                                    

*****

Naruto memandangi pasangan yang sedang makan siang berdua itu dengan perasaan kesal. Pasangan itu berbincang dengan akrab sambil duduk di bawah pohon mapel di pinggir lapangan basket itu. Seorang gadis cantik berambut panjang kebiruan, Hinata Hyuga, yang juga dikenal sebagai Gadis Penyair dan seorang pemuda berambut merah, Gaara Rei, Presiden OSIS SMA Konoha. Semua siswi bilang pemuda itu adalah cowok cool, cowok yang mempesona semua siswi di SMA Konoha tapi sangat susah didekati karena terlalu pendiam, terlalu pintar, terlalu berwibawa, dan semua kata terlalu lainnya yang membuat semua gadis yang menyukainya cukup puas hanya dengan memandang pemuda itu dari kejauhan. Tapi apa yang dilihatnya ini? 

Gaara terlihat berbincang akrab dengan Hinata dan bahkan beberapa kali tersenyum kecil di sela perbincangan mereka. Pasangan itu terlihat begitu akrab dan dekat. Apalagi suasana di pinggir lapangan yang sunyi karena semua orang sedang berada di kantin membuat pasangan itu terlihat seperti sedang bermesraan di dunia mereka sendiri. Dan Naruto mengakui bahwa pasangan itu memang terlihat serasi. Tapi kenapa hatinya terasa sakit melihat mereka berdua? Kenapa dirinya merasa tidak rela melihat Hinata bersama Gaara? Tanpa terasa Naruto mengepalkan tangannya erat. Naruto lalu berbalik dan meninggalkan tempat itu. Dia tidak kuat lagi melihat kedekatan kedua orang itu.

" Kenapa kau tiba-tiba mengajakku makan siang di sini, Naruto? Bukankah lebih enak makan di kantin? Di sana kan kita bisa makan bersama teman-teman yang lain? " tanya Shion heran saat Naruto memintanya membuatkan bento untuknya dan mengajaknya makan siang berdua di bawah pohon mapel di dekat lapangan basket.

" Lagi pula aku juga tidak terlalu pandai memasak.. " ucap Shion sambil menunduk malu.

Bersamaan dengan itu, Naruto hampir saja menyemburkan telur gulung yang dimakannya karena dia mengunyah gumpalan garam yang membuatnya merasa keasinan luar biasa. Cepat-cepat Naruto menelannya dan meminum air putih sebanyak-banyaknya. 

" Maaf.. Telurnya keasinan ya? Maaf.. Aku memang benar - benar tidak pandai memasak.. " Shion menatap Naruto dengan wajah cemas.

" Tidak apa-apa. Aku makan onigirinya saja. " ucap Naruto sambil memaksa dirinya untuk tersenyum. Padahal dirinya merasa dongkol setengah mati. Inginnya meniru kemesraan Hinata dan Gaara malah dirinya serasa jadi tukang icip masakan Shion yang rasanya tidak karuan itu.

Tapi perasaan dongkol Naruto itu segera terobati saat melihat wajah kecewa Hinata yang datang ke tempat itu dan bermaksud untuk membaca buku di tempat itu. Naruto benar - benar senang saat melihat Hinata pergi sambil menghentakkan kakinya. Bisa membuat Hinata yang menjengkelkan itu marah-marah benar-benar membuat Naruto sangat terhibur. Naruto bahkan langsung melupakan rasa dongkolnya akibat memakan telur gulung keasinan buatan Shion tadi. 

Naruto benar-benar membuat Hinata kesal setengah mati. Setelah Naruto menguasai perpustakaan, lalu datang seenaknya ke kelasnya, kini dia juga merebut tempatnya membaca dan makan siang dan menggunakannya untuk pacaran. Seenaknya sekali pemuda pirang itu. Apakah dia pikir sekolah ini milik kakek moyangnya apa? Dan kenapa Si Rambut Kuning itu sepertinya sengaja mengusik tempat-tempat favoritnya? Apakah dia sengaja melakukannya untuk membuatnya kesal? Hinata yakin begitu. Hinata menghentakkan kakinya kesal hingga membuat suara berdebum. Ino yang merasa terganggu menoleh ke arah teman sebangkunya itu yang terlihat sedang kesal.

" Kau ini kenapa sih? Marah-marah terus dari tadi? Kalau masih lapar, sana makan lagi di kantin. Aku rasa mereka masih mempunyai roti atau kue sisa makan siang tadi. " ucap Ino.

" Kau pikir perutku sebesar apa kau suruh makan lagi? Aku sedang kesal! Jadi jangan ganggu aku! " ucap Hinata jengkel. Dan Hinata makin jengkel melihat rambut pirang Ino yang mengingatkannya pada pemuda yang kini tengah membuatnya kesal.

PoetryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang