Kadaaan sekolah siang ini tidak jauh berbeda dari hari hari biasa. Ramai, panas, dan pastinya, penuh senyum dari siswa siswi yang menghuninya. Bagaimana tidak, saat jarum jam menunjukkan pukul 1 siang ini semua siswa bersemangat untuk meninggalkan pelajaran yang membuat unek unek kepala bocor.Bagaikan jam pasir penuh bunga, Rena harus berjalan dibawah terik matahari menuju halte bis.
"Rena!"
Rena sama sekali tak menyahut, dia hanya menolehkan wajahnya ke sumber suara.
"Bagaimana?" dia bertanya.
"Apanya, Ma?" Rena balik bertanya.
Wanita itu mengelus pundak gadis yang ada didepannya dengan penuh kasih sayang. Semburat kornea matanya yang bening memberikan kode kepada gadisnya untuk segera pergi dari sana.
****
"Aku dapat peringkat satu, Ma!" ucap Rena dengan muka datar. Sungguh ini merupakan prestasi yang pastinya akan membuat kedua orang tuanya bangga. Tidak, hanya Mama nya.
"Bagus sekali, sayang. Pertahankan prestasimu!" Jawab Mamanya dengan intonasi yang pastinya tidak dapat menyembunyikan rasa bangganya.
"..."
Keadaaan didalam mobil senyap, melengang begitu saja saat sang Mama memperhatikan gadis cantiknya menunduk sembari menampakkan roman muka seperti tak senang.
"Kalau saja Papa masih ada, dia pasti bangga memiliki anak sepertimu."
"...."
"Saatnya merintis bakatmu di Washington sayang, buat Papamu semakin bangga memiliki anak sepertimu." Mama tersenyum, matanya tak absen melirik kaca mobil untuk memastikan gadis cantiknya mengangguk pasti.
"I Miss you Papa" ucap Rena dalam hati.
****
"Kamu segera makan dan ganti pakaian. Setelah ini Mama akan mengajakmu membeli peralatan lukis. Cat lukis kamu sudah habis kan?" Mama meletakkan tas nya disamping Rena yang sedang membereskan sepatu.
"...."
Rena hanya mengangguk sebentar lalu masuk ke kamarnya untuk berganti pakaian.
Dia melemparkan tasnya begitu saja diatas kursi lalu merebahkan badannya diatas kasur yang empuk.
Menatap lukisan matahari hasil seninya yang ia torehkan di langit langit kamar."Aku belum siap pergi ke Washington"
gumamnya dengan mata berkaca kaca. Sandaran empuk kasurnya selalu menemani saat dia lelah.
Saat Rena hendak menutup matanya untuk tidur sejenak, tiba tiba sang Mama memanggilnya, membuatnya terkesiap dan tersadar dari kantuknya.
Rena bergegas mengganti seragam sekolahnya dengan T-shirt putih dan celana jeans hitam. Menuruni anak tangga menuju ruang makan.
Disana hanya ada Bibi Mina yang tengah menyiapkan Lunch untuk kedua majikannya."Mari Non, makan siangnya" Bi Mina menarik kursi ke belakang sedikit untuk diduduki Rena. Rena hanya mengangguk sembari mengibaskan tangannya sebagai pertanda.
'pergilah dan aku akan memakannya'.
Bi Mina bergegas pergi dari tempat itu untuk melanjutkan pekerjaan yang lain.
Rena menyantap hidangan makan siang nya tanpa selera. Tidak tau apa yang mengganggu pikirannya sehingga membuatnya kurang berkonsentrasi.PRANG!
"Auch!" jerit Rena.
Bi Mina bergegas menghampiri Rena.
"Ada apa Non?" Tanya Bi Mina dengan raut wajah khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL ALFALHO
Teen FictionBukan sebuah mimpi, Bukan pula sebuah khayalan, Mimpi yang dialami gadis seni tersebut membuahkan khayalan yang tak lain adalah pengalaman nyata. Ini sebuah misteri, perjalanan, dan kehidupan.