~ Kau tak perlu
mencampuri kehidupanku,
tak perlu menanyai apapun
tentangku,
karena kau tau,
rasa cinta yang kau beri
tak lebih baik
dari membunuhku,
dan aku,
bukan orang baik yang pernah
memperjuangkan rasa cintamu
yang dulu ~Rena Putri
****Masih nunggu vote dari kalian 👉🏻👈🏻
****
Rena terbangun pukul satu dini hari. Dia terlihat gusar, matanya sembap, keningnya berkeringat.
Dia beringsut keluar ke balkon kamar melalui connecting door. Di luar sepi, seperti biasa.Malam ini dia memutuskan untuk tidur di kamar kosong di lantai dua. Tanpa alasan yang jelas dia ingin tidur sendirian disana.
Dia menatap langit malam, tanpa bintang kali ini. Sepertinya awan mendung menghalangi mereka.
Sambil bersandar di kursi yang ada di balkon, dia mencoba menggambar sketsa cocktail dress yang tiba tiba muncul di pikirannya.
Tidak, yang ada dipikirannya hanya ada Alfa, dia tidak tau mengapa orang itu akhr-akhir ini sering mengganggu pikirannya. Ah... Apakah ini yang dinamakan rindu?
Rena menggelengkan kepalanya saat tiba tiba bayangan mimpi buruk tadi menyelami tidurnya. Dia berharap tidak ada sesuatu buruk yang menimpa orang itu.
"Kenapa aku jadi gelisah seperti ini?"
Rena memegangi dadanya yang bergetar. Saat pikiran buruk tentang Alfa melintas dengan berbagai macam gambaran yang ada otaknya. Rena mencoba menenangkan diri dengan menatap langit malam ini.
"Walaupun bintang-bintang malam ini tidak hadir. Aku hanya bisa berharap kepadamu bulan. Tolong jaga mama, papa, dan... Dia"
Rena menghembuskan nafasnya dengan berat. Angin malam membelai lembut wajahnya. Dia menatap indah bulan purnama diatas sana, yang membuat langit di sekitarnya menjadi terang. Memberi kehangatan bagi bintang-bintang yang terselimuti awan hitam.
"Rupanya bulan sudah bersinar, aku turut bahagia. Matahari selalu setia memberi sinarnya untukmu, walaupun dia tidak dapat berada dekatmu. Aku percaya itu bulan, kau dan matahari adalah sosok yang selalu memberi kehangatan bagi semesta. Kalian hadir secara bergantian, di siang dan malam. Walaupun begitu, sinarmu bulan, berasal dari sinar matahari juga. Kalian sama." gumam Rena saat teringat dengan puisi pemberian Alfa itu.
Rena tersenyum sekilas, menatap bulan. Kemudian kembali masuk ke dalam kamarnya.
Dia berdoa, supaya diberi mimpi indah kali ini. Gadis itu kembali terlelap walaupun beberapa kali terlihat gelisah.
****
Pagi ini benar-benar menyebalkan. Kesiangan dan terjebak dalam kemacetan bukanlah hal menarik yang dapat membuat Rena tersenyum. Tidak biasanya kota Washington dipenuhi kendaraan pagi ini.
Rena mengerutkan keningnya, berharap segala kegugupannya akan hilang karena muncul disaat yang tidak tepat.
Mau tak mau, di tengah kemacetan, Rena kembali mengingat kejadian tadi malam. Dia menarik napas lelah.
Kejadian bangun telat kali ini merupakan imbas dari kejadian semalam. Dia tidak bisa tidur karena terus kepikiran Alfa. Ah... bodohnya. Hanya karena bualan perpisahan itu membuatnya benar-benar seperti remaja yang baru diputuskan pacarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL ALFALHO
Teen FictionBukan sebuah mimpi, Bukan pula sebuah khayalan, Mimpi yang dialami gadis seni tersebut membuahkan khayalan yang tak lain adalah pengalaman nyata. Ini sebuah misteri, perjalanan, dan kehidupan.