34 (This Night)

12 2 0
                                    

Jangan lupa vote....

                                ****

Sekitar pukul lima sore itu angin utara berhembus kencang. Pohon pohon pinus yang berada di samping rumah peninggalan wanita tua itu miring seakan terhayun oleh angin yang tiba tiba mengembus. Menerbangkan beberapa helai daun dan biji pohon ke pekarangan rumah.

Angin badai telah melewati puncaknya saat Rena, dengan enggan mengiyakan permintaan Alfa. Dia masuk ke dalam kamar bekas wanita tua yang kini kosong  untuk menutup jendela.

Sore itu cuaca redup, lembap, cahaya matahari tampak muram dan menenggelamkan diri lebih awal dari waktu yang sudah ditentukan. Namun, langit yang bebercak awan dan berkabut mengisyaratkan turunnya hujan.

Beberapa ruangan terlihat gelap. Rena baru menyadari kalau rumah tua yang masih berdiri kokoh ini tidak memiliki saluran listrik. Gadis itu disibukkan dengan mondar-mandir ke setiap laci untuk mencari lilin.

Setelah menemukan benda putih panjang bersumbu itu, Rena menyalakannya di setiap ruangan. Seperti yang pernah ia lihat saat wanita tua itu menyalakan lilin dan menaruhnya di sebuah cangkir kecil.

Kini setiap ruangan terlihat terang walaupun dengan cahaya redup. Gadis itu seperti tak pernah lupa untuk menyalakan perapian saat hawa dingin tiba. Menata setiap perabotan agar ruangan terlihat rapi dan bersih. Ia juga mempersiapkan secangkir teh hangat yang sudah dia panaskan sejak sore tadi.

Gadis itu tak merasa cemas ataupun bosan sedikitpun ditinggal sendiri di rumah antik itu. Dia lebih disibukkan dengan membereskan perabotan dan kerajinan-kerajinan antik pada tempatnya. Menata sehingga ruangan terlihat rapi dari sebelumnya.

Suara gemuruh menyusul saat senja mulai menyelimuti Desa Varky. Bak suara lava dan magma yang saling bertubrukan didalam kerak bumi, suara guncangan yang berasal dari Gunung Chimorakhy menambah suasana Desa semakin suram.

Pohon pohon besar seakan tak kuat menahan pusaran badai yang hendak menghantam satu rumah yang hanya dihuni oleh seorang gadis belia.

Lampu temaram yang berasal dari cahaya lilin berkali kali hampir redup, menari nari kecil seolah mengikuti arah gerakan angin kecil yang berhasil masuk melewati lubang-lubang kecil rumah.

Gadis itu mengaduk teh dan menyeruputnya perlahan. Suara angin dan gemuruh berputar di sekeliling rumah. Gadis itu merasa seakan hanya terjaga oleh cahaya lilin. Tak ada seorangpun yang menemaninya disini.

Rena tak berniat memasak apapun untuk makan malamnya, karena sungguh, dia takut untuk berjalan ke dapur, mengingat kejadian saat kaca jendela pecah dan hantu anak-anak itu. Membuat bulu kuduknya meremang seketika.

Rena mengambil sebuah jaket panjang yang tergantung di gantungan pakaian, sepertinya itu milik wanita tua itu. Dia memakainya dan membawa lilin ke dalam kamar yang pernah dia pakai untuk tidur.

Berkali-kali api kecil itu bergoyang seakan redup, Rena terus melingkarkan telapak tangannya untuk menjaga supaya lilin itu tidak padam. Dia menaikkan kakinya pada ranjang kayu, mengambil selimut dan menutup seluruh tubuhnya sampai batas leher, meringkuk kedinginan.

Suara keroncongan yang berasal dari perutnya berhasil membuatnya terjaga hingga larut malam. Dia sempat tidur selama satu jam sebelum akhirnya suara gemuruh membuatnya terbangun, dan semakin ketakutan.

Dia tidak tau lagi harus bagaimana selain menutupi wajahnya dengan selimut, menunggu pagi tiba untuk dia bangun dan keluar kamar.

Api lilin sudah padam sejak setengah jam yang lalu, Rena tidak dapat melihat seisi ruangan. Matanya terus terpejam tanpa menenggelamkan kesadarannya. Dia hanya menutup mata tapi dalam kondisi terjaga, hanya sesekali kilatan cahaya membuatnya tersentak dan melihat bayang bayang yang terpantul ke dinding kamar.

ANGEL ALFALHO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang