30 (She's Gone)

16 2 0
                                    

Hujan sepanjang malam berlanjut dengan pagi berselimut kabut, embun membeku dan hujan gerimis sepertinya hampir terang. Derasnya aliran air dari dataran tinggi ini menciptakan sungai dadakan, melintas di jalan kecil.

"Nyonya, nyonya bangun!!"

Suara gaduh itu berasal dari kamar yang masih gelap tertutup tirai. Pagi itu matahari belum sepenuhnya memunculkan sinarnya, namun fajar sudah berkumandang sejak lima belas menit yang lalu.

Gadis itu terbangun dari tidurnya, merasa kedinginan dan dia berkehendak mengambil air wudhu, membasuhkan ke seluruh permukaan wajah dan bagian lain yang wajib terkena air. Setelah menunaikan ibadah, dia berkunjung ke kamar sebelah. Dia mengetuknya perlahan, dia rasa wanita tua itu belum terbangun dari tidurnya.

Merasa tidak ada reaksi apapun dari kamar itu, Rena memutuskan untuk membuka pintu dan membangunkan seseorang yang masih terlelap terbungkus kain selimut.

Rena membelai tangannya sambil berucap kecil. Berupaya agar wanita tua itu segera membuka matanya. Namun, setelah berkali kali Rena memanggil wanita itu, tapi tidak ada reaksi apapun. Rena semakin panik, dia mengguncangkan tubuh wanita itu semakin keras. Namun wanita itu tidak kunjung membuka kedua matanya.

Rena terdiam sebentar, memastikan air matanya tidak akan keluar, dia yakin wanita itu hanya tidak ingin dibangunkan karena sedang bertemu dengan suaminya lewat mimpi.

Rena berdiri, membalikkan badan dan membuka tirai jendela. Membiarkan udara dingin masuk menelusuk tulang tulang wajahnya.

Rena menarik nafas dalam, merentangkan kedua tangan dan tersenyum menyambut burung burung kecil yang tengah bertengger di dahan pohon yang mendoyong masuk ke jendela.

Kedua mata gadis itu menerawang jauh ke pohon pohon yang berjajar rapi di kejauhan rumah. Dia belum pernah merasakan hawa sejuk khas hutan asli sebelumnya. Hidungnya sempat merasa gatal karena belum terbiasa menghirup udara pagi sedingin ini.

Teringat sesuatu, akhirnya dia kembali menurunkan senyumannya, berbalik memandang seseorang yang sudah terbujur kaku diatas ranjang. Wajahnya pucat pasi terkena pantulan cahaya pagi.

Rena merendahkan tubuhnya, wajahnya sejajar dengan wajah wanita tua yang belum kunjung membuka kedua matanya itu.

Rena tergugu, air mata yang sedari tadi terbendung akhirnya meluncur deras menelusuri pipinya. Jari jari kecilnya membelai pelan wajah keriput wanita tua itu. Rena tak mampu berucap apapun, mulutnya terkunci dan matanya tak kuasa menahan air mata yang terus keluar.

Desa Varky kediaman wanita tua yang belum sempat Rena tanyakan namanya itu masih berkabut. Sebuah sifat penting yang berkesan desa didaerah gunung. Tergambarkan suasana alam sekitar yang sangat keras, dimana angin kencang senantiasa berhembus.

Di tempat itu, perputaran angin dipastikan bersih dan kuat. Siapapun bisa menduga betapa perkasanya angin utara yang bertiup disana, terlihat dari kemiringan pohon pohon cemara yang berdiri di belakang rumah, serta rumput tumbuhan berduri tipis yang meregangkan ranting rantingnya ke satu arah, seakan menadahkan tangan menunggu belas kasih sinar matahari.

Setelah acara sakral pemakaman selesai. Rena memutuskan berdiam diri didekat perapian, membiarkan tubuh dinginnya hampir bersentuhan dengan api yang menari nari diatas kayu bakar, menyambut udara dingin yang berasal dari hembusan mulut Rena yang hampir kaku.

Gadis itu berjongkok hampir sepuluh menit, menggosok gosokkan kedua telapak tangan, yang akhirnya menimbulkan efek hangat didalamnya.

Suara gelas dan sendok memecahkan lamunannya. Dia menengok ke belakang, melihat pemuda yang sedari tadi menemaninya di pemakaman. Dia masih stay dengan kemeja andalannya, bau pastry menyengat dari tubuhnya. Membuat siapapun yang ada didekatnya akan merasakan sensasi berada di tempat pembuatan kue yang dipenuhi tumpukan gandum segar. Namun tidak bagi gadis itu sekarang, dia terlihat menghindari jarak dari pemuda itu. Hanya sesekali tersenyum miring saat dirinya tertangkap basah sedang melirik orang yang saat itu menerima suratnya.

ANGEL ALFALHO Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang