"Puisi itu. Aku tidak berniat apapun untuk membujukmu. Hanya puisi, apa salahnya?""...." Rena mengedipkan mata berkali-kali. Berusaha agar tidak menangis lagi.
"Kalau kau ingin menangis. Menangis saja. Itu akan membuatmu merasa lega" ujar Alfa.
Rena menarik nafas kemudian membuangnya perlahan. Menatap Alfa dengan mata sipit.
"Ada lagi yang ingin kau ceritakan?" tawar Alfa.
Rena hanya bungkam, menutup kedua matanya sambil menunduk ke bawah.
Dia tidak bermaksud menolak tawaran Alfa untuk menceritakan masalahnya.
Tapi apa yang Alfa katakan tadi sungguh mencelus hati Rena, gadis itu menjadi semakin banyak pikiran."Aku sungguh-sungguh. Kau tak perlu memikirkan kalung itu."
Rena menarik rambut depannya. Terlihat mulai frustasi.
"Kata-katamu itu, aku merasa seakan menjadi tokoh antagonis di hidupmu yang kau kasihani. Aku menjadi lebih berat memerankan tokoh itu"
Alfa menarik tangan Rena, lalu menempelkannya didada kirinya. Rena dapat merasakan detak jantung Alfa yang teratur.
"Dengar, kau tidak perlu merasa bersalah atas apapun. Aku yang sepatutnya meminta maaf padamu atas semua yang terjadi dihidupmu. Aku tidak pernah memaksa untuk menjadi oenyelamat bangsa kami. Karena itu semua tergantung dirimu. Dan apabila kau memilih tinggal bersama Bangsa Azura, tidak masalah. Itu adalah hakmu. Kami tidak pernah memaksa."
"Berhenti berbicara seperti itu!" timpal Rena. Suaranya melemas.
"Maaf"
"....." Rena melipat kedua tangannya didepan dada. Wajahnya terlihat gusar. Dan Alfa dapat melihat itu.
"Hanya itu permasalahannya? Kau belum terlihat membaik, sepertinya kau masih memikirkan hal lain."
Rena sebenarnya ingin menceritakan masalah kekasihnya yang dekat dengan mantan pacarnya yang dulu. Tapi dia tidak ingin menceritakan itu semua kepada Alfa. Sepertinya dia lebih tepat jika menceritakan itu kepada Meline. Tapi, Meline yang sekarang bukanlah Meline yang dulu sangat dekat dengannya.
"Kau benar benar tidak ingin bercerita? Karena setelah ini aku tidak akan menjumpaimu lagi."
"Apa maksudmu?" Rena menjawab dengan cepat.
"Jika kau ingin hidup tenang tanpa sibuk memikirkan dirimu sendiri sebagai gadis wili, maka aku harus pergi dari hidupmu. Atau hubunganmu dengan mereka semua tidak akan seperti dulu." Jawab Alfa yang sontak membuat wajah Rena semakin muram.
"Sebegitu besarkah dosamu? Kau membuatku berpikir dunia semakin kejam."
Alfa menggeleng pelan. "Aku tidak tau"
"Bagaimana hidupmu nanti? Menjadi penghuni kandang kuda sepanjang hari? Atau pemilik toko pastry tanpa pembeli?"
Alfa tertawa "Tidak semiris itu juga. Beradu mulut dengan Tuan Joseph mungkin akan menjadi makananku sehari-hari."
Rena menarik sebelah alisnya. Mendekatkan wajahnya ke wajah Alfa.
"Kau sudah punya pacar?" pertanyaan yang sungguh membuat hatinya sendiri berharap Alfa mengatakan 'tidak'.
"Tidak."
Yes, hati Rena jadi tenang sekarang.
"Kenapa?" selidik Alfa. Membuat Rena gelagapan.
"Hanya bertanya." Jawabnya singkat.
"Kau ada masalah dengan pacarmu?"
Deg. Alfa menebaknya dengan tepat.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL ALFALHO
Teen FictionBukan sebuah mimpi, Bukan pula sebuah khayalan, Mimpi yang dialami gadis seni tersebut membuahkan khayalan yang tak lain adalah pengalaman nyata. Ini sebuah misteri, perjalanan, dan kehidupan.