Rena yang yang menjadi saksi atas peristiwa memilukan itu hanya bisa diam, menitikkan air mata yang perlahan jatuh ke pipinya, dia hanya menitipkan salam kepada hujan dan rumput rumput disekitarnya,betapa sakit hatinya melihat lelaki pengantar roti itu hanyut dalam luka mendalam.
Rena segera beranjak pergi dari tempat itu, dia tak ingin menyaksikan kepedihan lebih dalam. Lagipula ini sudah cukup malam, Mrs. Dietje pasti akan memarahinya.
Untungnya Rena masih ingat betul jalan yang ditempuhnya tadi, dia sedikit berlari agar segera sampai ke rumah. Jalan jalan yang dilaluinya tadi gelap dan hening, tak ada tanda tanda kehidupan di sekitarnya.
Sesampainya di depan rumah, Rena mengendap endap masuk ke dalam. Pintu berdecit kecil dan ruangan masih gelap seperti keadaan sebelum dirinya pergi.
"Dari mana saja kamu?"
"..." Rena menengok ke belakang, ternyata Mrs. Dietje sudah berdiri tepat dibelakangnya sambil membawa sekotak roti yang tadi ditaruhnya diatas meja.
"Jawab Rena! Dari mana saja kau?" Mrs. Dietje semakin tak sabaran. Dia menodongkan kotak roti tadi tepat dihadapan Rena.
Rena mundur satu langkah, dia merasa kesusahan untuk menelan salivanya.
Rena mengalihkan pandangannya ke tempat lain, mencari jawaban yang tepat untuk menjawab pertanyaan Mrs. Dietje."Tadi, Rena lupa membayar rotinya, Miss. Jadi, Rena kejar pengantar roti itu" Jawab Rena ngasal. Dari perkataannya yang terjeda jeda, Mrs. Dietje semakin yakin kalau Rena telah berbohong.
"hhh... Saya sudah membayarnya saat memesan, jadi... Alasan apa lagi yang akan kau buat?" Jawab Mrs. Dietje dengan sinis, kedua tangannya bersedekap didepan dada.
"Eum... Maafkan Rena, Miss!"
"Lihat, pukul berapa sekarang?"
Rena menengok ke jam dinding yang berada di ruang tengah, jarum jam menunjukkan pukul dua belas malam tepat.
"Kau tau kan? Tidak baik untuk seorang gadis keluar di tengah malam seperti ini. Habis dari mana saja kau dengan lelaki itu?" Tanya Mrs. Dietje dengan intens.
Rena tak mampu berkata saat kedua bola matanya menangkap bola mata milik Mrs. Dietje. Seperti tersorot kebencian pada diri Dietje.
"Re... Rena tidak kemana mana, Miss. Hanya mengejar pengantar roti itu, yakinlah, Rena tidak bohong!" pinta Rena dengan air mata yang terbendung.
"Masuk! Jangan berani keluar malam lagi!" ucap Mrs. Dietje dengan intonasi suara yang meninggi.
Baru kali ini Rena melihat Mrs. Dietje semarah itu. Rena masuk ke dalam kamarnya dan segera tidur. Tapi tetap saja, inshomnia melanda dirinya. Sampai semalaman suntuk Rena tak dapat tidur nyenyak.
****
"Sedang apa kau disini? Bukannya sangat dingin diluar dengan salju setebal ini?"
"...." Dia tetap dingin seperti yang sudah terjadi beberapa menit lalu. Hanya menunduk gusar seperti sedang mencari sesuatu.
"Hei, kau sedang mencari apa?!" Rena semakin kesal karena Andreas tetap saja diam tak menanggapi.
Karena merasa kesal, akhirnya Rena beranjak pergi meninggalkan Andreas, saat dirinya sudah berjarak beberapa meter dari bebatuan, Andreas langsung menjawab singkat.
"Kalung"
Rena menghentikan langkah kakinya, segera dia berlari kembali menyusul Andreas yang masih di tempat yang sama.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL ALFALHO
Teen FictionBukan sebuah mimpi, Bukan pula sebuah khayalan, Mimpi yang dialami gadis seni tersebut membuahkan khayalan yang tak lain adalah pengalaman nyata. Ini sebuah misteri, perjalanan, dan kehidupan.