"Ayo! Kenalan aku dengan teman temanmu yang lain!" Rena mendesak Alfa setelah beberapa menit yang lalu mereka sibuk dengan lamunan masing masing.Alfa tersentak kemudian bangkit dari berbaringnya diatas batang pohon yang rubuh. Dia terlihat nyaman tiduran diatas sana.
Belum sempat Alfa menarik pergelangan tangan Rena. Gadis itu sudah menghentikan langkahnya, menatap heran ke arah langit di belakang mereka.
Teng... Teng...
Suara lonceng itu terdengar nyaring di kedua telinga mereka. Alfa ternganga mendengar itu, ditariknya tangan Rena menuju rimbunnya hutan yang berkelip kunang-kunang.
Alfa mempercepat gerakan kakinya. Berlari secepat kilat, dan Rena merasakan itu.
"Ada apa?"
"Jika suara lonceng itu berbunyi, kita harus segera kembali. Karena portal akan tertutup tidak lebih dari satu jam. Mengingat aku bukan penghuni tetap disini" ucap Alfa tergesa-gesa.
Lelaki itu menggenggam erat tangan Rena dan mereka kembali memejamkan mata.
Sebuah benda berbentuk lingkaran berputar-putar menelan mereka berdua masuk ke dalamnya.
Setelah hampir delapan detik tubuh mereka terpontang-panting didalam, portal itu memuntahkan mereka.Mereka kini berada di tempat semula. Rumah milik wanita tua.
"Aduh... Kepalaku pusing sekali! Perutku mual!" keluh Rena sembari memegangi perut bagian atasnya.
"Sanggalah kepalamu dengan bantal-bantal itu, Nona. Kita sudah membuang waktu terlalu banyak didalam portal itu. Tidak mungkin kita tinggak berdiri diam lima menit lebih lama disini. Itu akan membuat tubuhmu semakin lemas"
"Tidak sekarang!"
Rena berlari dengan gesit menuju dapur, mencari wastafel untuk memuntahkan isi perutnya. Putaran portal itu sungguh membuat seisi tubuhnya seakan membolak-balik dan berpindah tempat.
Rena berusaha mengeluarkan apapun itu yang membuat perutnya mual. Namun sialnya hanya air putih yang terlihat mengucur dari dalam bibirnya. Perutnya masih terasa sangat mual, tenggorokan-nya terasa kering, dan bagian rongga dadanya terasa sakit karena terus mendorong sesuatu untuk keluar dari mulut.
"Kau belum memakan sarapan pagimu, sampai kapanpun kau berdiri disana tidak akan ada yang keluar dari perutmu!" suara Alfa membuat Rena terbuncah.
Gadis itu menyandar pada meja dapur, memegang erat sisi meja untuk menahan tubuhnya yang seakan jatuh terkapar.
Alfa mendekati rak-rak yang menempel pada dinding dapur. Membuka tutup pintu rak dan akhirnya menemukan suatu kotak yang menimbulkan bau seperti rempah-rempah.
"Apa itu?"
"Teh" jawab Alfa singkat dan datar.
"...." Rena merasa dongkol dengan jawaban Alfa itu. Dia mendekati Alfa yang tengah duduk didekat tungku api.
Mengambil sebuah bangku kecil untuk duduk, mengamati apa yang Alfa kerjakan."Rupanya kau tidak hanya pandai dalam membuat pastry, tapi juga jamuan-jamuan alami. Dari mana kau tau tentang kegiatan dapur seperti itu?"
Asap dingin yang dihembuskan dengan kuat dan cepat, serta tatapan mata ke arah jeruji di tungku api jelas menunjukkan bahwa Alfa tidak berminat untuk menjawabnya.
"Oh... Bagaimana pun kau tetap diam aku bisa menjawab itu semua. Tapi aku tidak berniat menyinggung kejadian duka yang menimpamu kala itu" kata Rena, dia sudah menyangka Alfa terlalu akrab dengan Oma Rosemary. Kehidupan dapurnya menyeluruh ke kehidupan Alfa yang sekarang.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL ALFALHO
Teen FictionBukan sebuah mimpi, Bukan pula sebuah khayalan, Mimpi yang dialami gadis seni tersebut membuahkan khayalan yang tak lain adalah pengalaman nyata. Ini sebuah misteri, perjalanan, dan kehidupan.