Jangan lupa vote teman teman!
Selamat membacaa🤗****
Gadis berdarah wili itu keluar dari tempat yang berisi hamparan salju tersebut, meninggalkan sosok Mamanya tanpa luapan kerinduan yang menyertainya saat detik terakhir.
Kaki pendek nya dia injakkan keluar dari tanah salju, menempati ruangan gelap itu kembali.
Dia menutup pintu itu dengan Mamanya yang masih terpaku menatapnya sendu, sendu yang penuh pengharapan.
Pintu itu dia tutup perlahan, bayangan sosok Mamanya sudah tidak terlihat, Rena hanya mampu membenamkan bola matanya."Sekarang apa lagi?"
Rena berjalan mendekati pintu yang berada di pinggir kanan. Menarik nafas dalam, sambil memutar knop pintu perlahan.
...
Dia tatap langit biru yang terbentang luas diatasnya, menarik nafas dalam.
Dihembuskannya perlahan.
"Aku tau kau tidak suka kami mempermainkanmu dengan cara seperti ini, tapi segala sesuatu yang dapat menolong para Angel kami hanyalah kau!"
Ucap seorang lelaki yang sudah berdiri tepat didepannya dengan radius 4 meter.
Diam menyelimuti Rena, dia hanya menyorotkan tatapan kesal."Siapa kau?!"
"Angel Alexand." ujarnya singkat.
"Sejenis dengan makhluk semacam Andreas?" Rena bertanya sinis.
"Kami semua para Angel, dulu spesies macam kami masih banyak, sejak Abad ke 20 terakhir, bangsa Azura menyerang bangsa Aleron kami."
"Jadi?"
"Kami hanya tidak ingin para Angel yang memiliki kekuatan besar akan ikut hancur karena kedengkian bangsa Azura."
"Apa yang kalian inginkan dariku?"
"Aku tau kau hanya gadis lugu yang hanya mampu melihat dunia sekitar berdasar logika."
"Kalau kalian tau, kenapa masih memaksaku mencari kalung itu?"
Ujar Rena lancang, sebenarnya dia sangat keberatan jika harus mencari benda yang dia tidak pernah tau bentuknya.
"Karena itu satu satunya alat yang bisa membawa Angel Angel kami kembali ke Silver Vasche! Dan kau merupakan darah wili yang dapat menyelamatkan kami. "
"Silver Vasche?"
"Itu tempat kami semua menjalani kehidupan layak. Bukan dalam situasi genting seperti ini"
Rena mengerutkan kening, berjalan mendekat ke tempat Angel Alexand berdiri, ditatapnya kedua mata lelaki itu dengan lekat.
"Seperti inilah darah wili saat menolong kami!"
Alexand merundukkan kedua matanya kebawah, ditatapnya kolam air dangkal yang mantulkan bayangan wajahnya.
"Darah wili? Aku hanya masih bingung dengan kata itu!"
Ujar Rena memberi kode
"Sebenarnya aku tidak mau menjelaskannya kepadamu, melihat raut wajahmu yang memelas, aku jadi tidak tega melihat kau mati penasaran."
Ucap Alexand datar, yang ditanggapi dengan tatapan sinis dari gadis yang berada disampingnya.
"Dulu, waktu mengarah ke masa lampau, ada seorang gadis berdarah wili, sama sepertimu. Dia cerdas dan mandiri.
Dia hanya tidak sadar bahwa dirinya merupakan incaran bagi bangsa Azura, mereka semua memanfaatkan darah wili itu untuk menambah kekuatan mereka. Bangsa Azura sangat serakah, mereka mengambil darah gadis polos itu untuk kepentingan mereka sendiri.""Lalu?"
"Kesimpulannya, dia merupakan gadis yang menolongku saat diriku sedang menghadapi evakuasi di markas Azura. Dia menatapku seperti itu, lalu darah wili yang mengalir di tubuhnya mampu melumpuhkan satu per satu dari bangsa Azura." sambung Alexand.
"Lalu? Dimana dia?"
"Dia sudah menjadi bagian dari Angel kami. Hanya mereka yang berhati murni yang mampu menjadi Angel di bangsa Aleron."
Rena menatap wajah Alexand dengan seksama. Mengamati kulit pucat dan bibir merah Angel itu.
"Aku tidak tau harus bagaimana."
Rena mengalihkan pandangan ke arah lain.
"Hanya yang berhati murni yang bisa mendapatkannya, dan hanya dia yang mampu mengendalikan diri dari segala macam cobaan!"
"Kata katamu sungguh meremehkanku."
Ucap Rena sinis.
"Semoga beruntung!"
"...." Rena menoleh, menatap tajam mata Alexand yang sedang mengamatinya.
"Apa untungnya bagiku untuk menolong kalian?"
"Pertanyaan yang tidak patut dipertanyakan, kau seharusnya bertanya, Apa yang terjadi jika aku tidak menolong kalian" bantah Alexand.
"So?"
"Kau akan kehilangan satu persatu dari apa yang kau hargai selama ini."
Rena mengernyit, mencoba memahami kalimat Alexand yang penuh nalar tinggi.
"Jadi, semoga beruntung saja!"
Alexand mengedikan pundak. Berbalik meninggalkan Rena yang masih termangu di tepi kolam.
"Sialan! Permainan macam apa ini?!" gertak Rena sembari mencengkeram kuat pagar besi yang menyelubungi kolam.
Rena menengok ke tempat dimana Alexand berjalan meninggalkan dirinya. Rena tak sempat merutuk dirinya berkali kali saat sosok yang baru saja meninggalkannya kini sudah tidak tampak.
Rena bergeming, meninggalkan tempat bernuansa alam itu. Langkah kakinya terseok seok, menggapai pintu itu kembali kemudian menutupnya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL ALFALHO
Teen FictionBukan sebuah mimpi, Bukan pula sebuah khayalan, Mimpi yang dialami gadis seni tersebut membuahkan khayalan yang tak lain adalah pengalaman nyata. Ini sebuah misteri, perjalanan, dan kehidupan.