Jangan lupa vote dan comment yaaa...
Selamat membaca!
****
Malam ini Rena tengah duduk diatas ranjang tempat tidur dengan sebuah buku gambar dan pensil yang ia gerak gerakkan diatas benda tipis putih itu.
Dia mengguratkan sebuah sketsa dengan wajah seorang lelaki yang memenuhi kepalanya malam ini.
Dia sebenarnya tidak tau mengapa lelaki itu yang saat ini ada dipikirannya.Wajah yang tidak begitu asing, yang membuatnya merindukan sebuah camilan malamnya seperti biasa. Bukan kebiasaan, tapi kesan hari pertama saat dirinya sampai di Washington yang sampai saat ini masih dia pantau orang itu.
Rena menghela nafas, menghentikan gerakan tangannya, meletakkan benda kayu itu dan matanya menerawang ke sketsa yang dia hasilkan.
Tak sadar, kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk senyuman kecil dengan mata yang masih terpejam, mengingat saat laki laki itu tersenyum malu membaca surat rahasia darinya.
Dia merindukan pastry nya, pasti enak sekali menikmati pastry saat malam malam seperti ini.Rena menggerakan lidahnya, menyapu bagian bawah bibirnya, membayangkan ada pastry dari toko Rosemary yang ia nikmati malam ini.
Tiba tiba suara dentingan notifikasi ponsel membuyarkan khayalan Rena, dia beranjak memeriksa ponsel yang tertidur diatas meja belajar.
Dan ternyata itu notifikasi wats ap dari Minsten.
Selamat malam, Sweetie!
Hm:)
Kenapa? Masih badmood ya?
Enggak:)
Kok mbalasnya singkat singkat gitu?
Kenapa?
Gapapa:)
Read
Rena meletakkan ponsel nya dengan sedikit lemparan halus, membiarkan ponselnya menyala di beranda wats ap.
Dia merebahkan pantatnya diatas kasur, membiarkan mulutnya mengerucut dengan pipi menggembung.Notifikasi wats ap berdentingan, menimbulkan suara rentetan ketukan yang membuat pemilik ponsel langsung beranjak semangat memeriksa layar ponsel mereka, salah satunya Rena. Tadinya dia berniat membiarkan wats ap nya menyala online agar membuat Minsten semakin sebal.
Dan itu sesuai ekspetasinya.Kok cuma di read? :)
Kamu masih marah ya sama aku?
Maaf ya:)
Rena!
Honey:)
Sweet:)
Read.
Rena sengaja hanya menge-read pesan dari Minsten, dia ingin Minsten merasa sangat bersalah karena membuat dirinya kesal, walaupun tanpa sebab yang jelas.
"Plis, deh Rena! Jangan lemah gitu!" ucap Rena dengan suara lirih.
Kedua tangannya mengepal, menahan agar jari jarinya tidak mengetik satu kata pun.
Saat Rena kembali merebahkan tubuhnya diatas kasur, terdengar suara ponsel berdering, membunyikan suara lonceng yang indah.
Rena terbangun, menegakkan tulang punggungnya sembari memfokuskan mata."Itu pasti Minsten. Plis, Rena jangan angkat!" supportnya dalam hati.
Tapi apa yang hatinya inginkan berbanding terbalik dengan kedua kaki dan tangannya, yang bergegas beranjak menghampiri ponsel dan mengangkatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
ANGEL ALFALHO
Teen FictionBukan sebuah mimpi, Bukan pula sebuah khayalan, Mimpi yang dialami gadis seni tersebut membuahkan khayalan yang tak lain adalah pengalaman nyata. Ini sebuah misteri, perjalanan, dan kehidupan.