12

2.9K 280 13
                                    

"Kalo papah marah sama aku, ya papah harusnya jujur dong! Papah itu sukanya sama cowok apa cewek?!"

Papah tetap aja diam. Dia meletakkan iPadnya. Menyeruput kopinya. Dan menatapku dengan tatapannya yang masih sama seperti kemarin.

"Pokoknya aku bakalan kabur, kalo papah cari berondong yang modelnya kayak aku gini!"

Papah menghela nafas. Ia menunjukkan layar iPhonenya padaku. Dan seketika mataku berbinar-binar melihat percakapan chat wa antara papah dan Om Sapto.

"Papah gak usah mikirin masalah seks dulu. Yang penting papah sama Om Sapto pedekate dulu. Terus jadian dulu aja."

"Ya ampun, Davi. Papah benar-benar pusing denganmu."

Aku mengambil kotak obat dari atas kulkas. "Nih ada paramex, sangobion, redoxon, sama --- viagra apaan sih pah?"

"Anak kecil gak boleh tahu!"

"Pelit!"

Aku cium pipi papah seperti biasanya sebelum aku pergi keluar, menjelajah kota Bandung yang gak pernah membosankan untukku.

"Katanya mau ikut ke tempatnya Om Septo?"

"Nanti aku nyusul. Sekarang aku mau ke tempat kerjaannya Fajar, pah."

"Jangan sendiri!"

"Sama Pak Yus, sama hyung kok..!"

Jalan-jalan sama hyung itu emang rasanya beda banget. Kemana aja kalau kita jalan berduaan, pasti orang-orang pada terpesona dengan penampilanku dan hyung.

Setibanya aku di lobi, aku tidak hanya melihat Pak Yus dan hyung aja. Tapi ada satu orang lagi yang sangat kukenal. Dan orang itu adalah, Bintang. Hanya saja keadaan wajahnya yang bengap dan memar.

"Kamu kenapa, Bin?"

"Aku --- dipukulin Fajar, Dav."

"Kamu dipukulin, Fajar?!!" Emosiku langsung meninggi. Aku ingat betul, waktu SMP dulu. Ketika Fajar juga menghajar Bintang, hanya karena masalah sepele. "Kita ke atas dulu ya, Bin. Luka kamu mesti diobatin.."

"Dav, ini -- uang kamu yang waktu itu diambil sama Fajar."

"Uangku?!!" Mataku tambah memelotot saat Bintang menyodorkan sebuah tas plastik kepadaku.

"Aku tahu waktu itu dia minjem uang kamu cuma. Dan itu cuma alasan dia aja. Dia mau kabur, Dav."

"Aku harus bikin perhitungan sama dia!! Sialan banget sih dia itu?!!"

Aku ajak Bintang ke apartemennya papah. Kuajak juga Pak Yus dan hyung, soalnya aku gak bisa mapah si Bintang sendirian. Selain dia itu lebih tinggi dariku, badannya lebih berotot dan besar dariku.

"Papah, si Bintang dipukulin sama Fajar!"

"Kok bisa?!!" Papah pun kelihatan kaget juga. "Bawa aja ke kamar tamu. Yus, kamu ambilkan air hangat, dan obat kompres buat memar."

"Baik, Pak Rico."

Berulang kali aku telepon Fajar. Tapi nomer itu dalam keadaan tidak aktif. Aku jadi kesal sendiri, dan hampir kubanting hapeku sendiri.

"Aku harus ketemu sama Fajar, sekarang juga!"

"Aku temani, Dav." Bisik hyung.

"Papah, aku mau ketempatnya Fajar dulu! Papah jagain Bintang ya!"

"Saya gimana, mas?"

"Pak Yus disini aja! Kalo ada apa-apa, cepet telepon polisi ya!?"

"Siap, mas!"

WHEN MONEY TALKS -END-Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang