Beberapa malam sebelumnya...
Tok-Tok-Tok
Aku mengetuk pintu itu lagi dan lagi. Meski saat ini sudah jam 23.45, aku tahu orang yang ada di balik pintu ini belumlah tidur.
"Bukalah. Ini aku, Davi."
Aku setengah berbisik. Karena aku tak mau sampai membuat berisik dan mengganggu yang lainnya.
Cklek.
Hatiku lega saat pintu di hadapanku itu terbuka, dan mereka muncul dalam keadaan baik-baik saja.
Edwin langsung menarik tanganku. Dia mengunci kembali pintu kamarnya rapat-rapat. Aku belum pernah melihat wajahnya yang begitu ketakutan sekali.
"Lo..."
"Satu -- dua -- kalian gak tahu kan, kalau aku yang menghuni kamar kosan di depan itu."
"Davi, lo serius?!" Fajar terkejut mendengarnya.
"Aku bawakan kalian makanan, cemilan, dan susu nih.."
Edwin yang paling semangat membuka plastik belanjaanku. Tapi dia menyengir sambil memegang susu kotak strawberry.
"Kenapa? Yang penting kan susu! Udah sukur aku beliin, supaya kalian gak kekurangan gizi..!"
"Dav, lo beneran..."
"Kalian gak percaya? Ayo, ikut aku..!"
"Whooaa, gue ogah!" Edwin langsung mundur. "Kalo ternyata ada Robby disana, bisa mampus gue.."
"Gak ada kok."
"Lo aja sana, Jar.."
"Hmmm.."
"Udahlah! Aku ngantuk. Sekarang aku mau tidur dulu. Kalian berdua makan yang banyak. Oke!?"
"Dav!" Fajar menahan tanganku. "Ada yang mau gue omongin sama lo.."
"Besok aja ya, Jar. Aku udah capek dan ngantuk banget.."
"Lo gak tidur disini aja?"
Aku nengepalkan tangan pada Edwin. "Aku gak mau ganggu kemesraan kalian berdua. Hhihii.. Dahhh...!!"
Cklek.
Aku terdiam sejenak. Perasaanku masih belum bisa tenang. Kejadian siang itu. Sungguh membuat perutku mual. Bagaimana bisa seorang Bintang yang santun, sopan, dan selalu kelihatan 'cool' itu, ternyata sangat bengis dan biadab sekali.
"Dav, kamu baik-baik saja?"
Aku tersentak. Aku sampai lupa dengan kehadiran orang itu. Orang yang sangat mirip sekali dengan hyung. Damien.
"Gimana hyung? Maksudku, kak..?"
"Masih agak nyeri." Dia menyengir.
Kusuruh dia rebahan, dan kutarik selimut sampai sebatas lehernya.
"Kamu, kenal sama Daniel udah lama?"
"Gak juga. Sekitaran tahun lalu." Jawabku.
Aku duduk di atas kasur gulung, menatap dia yang sekujur tubuhnya penuh luka lebam dan memar.
Kalau aku tak kembali ke kampus malam itu cuma untuk mengambil binderku yang tertinggal -- mungkin hyung, tidak akan bisa bertemu lagi dengan adiknya itu.
Kususun bantal, dan kugelar selimut tipis yang kubeli di supermarket depan. Cuma untuk sekedar tidur, lumayanlah. Tidak terlalu buruk juga kualitasnya.
"Kak Damien kok sampai senekat itu sih?"
![](https://img.wattpad.com/cover/185283509-288-k835308.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN MONEY TALKS -END-
Teen FictionDavi memutuskan untuk tidak jadi kuliah di University of Tokyo. Dan dia berencana akan memberikan Edwin surprise, dengan kuliah ditempat yang sama dengannya. Namun dia sama tidak tahu, kalau di kampus inilah -- dia bertemu lagi dengan Bintang, Faja...