Aku nyaris tak bisa mengatakan apa-apa, saat aku melihat kembali rumah lamaku itu. Rumah sederhana itu, kini sudah berubah banyak. Bertingkat dua, dengan design bangunannya yang persis sekali rumah-rumah di perumahan cluster.
Aku gak tahu, apakah diantara puluhan orang yang sedang sibuk berlalu lalang, ada satu sosok yang paling tidak ingin kutemui untuk sekarang ini.
"Kok masih melamun? Kapan kita turunnya?"
"Papah yakin gak ada mamah?"
Papah membelai kepalaku. "Kalaupun ada, kan ada Papah disini."
"Gak jadi aja deh.."
"Kok gak jadi? Ini kan menyambut hari penting Mbak Nova, Davi."
"Iya deh.."
Aku pun turun dengan canggung sekali. Entah sudah berapa tahun aku tidak menginjakkan kaki di rumah ini. Terakhir aku disini -- yaitu ketika Bintang dan Fajar mengantarku bersamaan, sebelum aku pindah ke rumah papah yang besar itu.
Aku melihat sesosok wanita yang sepertinya postur tubuh dan rambutnya agak berbeda itu.
"Mbak Nova...!!" Aku tidak ingin berteriak tadinya. Tapi aku malah melakukannya. Karena aku sangat rindu dengannya.
Mbak Nova menatap padaku. Mungkin, kalau aku gak dateng dengan papah, dia tidak akan bisa mengenaliku.
"Ini bukan mimpi kan?" Mata Mbak Nova berkaca-kaca. "Davi.."
Aku langsung menghambur padanya. Kupeluk dia erat sekali.
"Mbak Nova kok jadi gendut sih?! Mana rambutnya kriwil-kriwil kayak mie lagi!"
"Davi, kamu benar Davi kan?"
"Mas Rian...!!" Aku melambai pada pria itu. Pria berkaos putih polos dengan celana training biru tuanya yang baru saja melipat taplak meja.
"Davi...!!?"
"Papah -- ini --"
"Papah memang sengaja ingin memberikan kalian kejutan."
"Ya Allah, Davi...!! Kenapa kamu bisa jadi kayak gini?!!" Mbak Nova mencubiti pipiku.
"Aku makin cute kan? Hhehe,, kan aku sering perawatan lah. Mahal loh! Pake oatmeal sama timun import!"
"Kamu ini, bisa aja...!!" Mas Rian mengacak rambutku.
"Gimana persiapannya?"
"Alhamdulillah lancar pah. Tinggal tunggu hari H aja." Mbak Nova mengulas senyum. "Nanti papah yang jadi wali Nova kan?"
"Enak aja!" Kukalungkan tangaku di tangan papah. "Papah Rico ini papah kandungnya Davi. Kalau papahnya Mbak Nova kan papah yang ini.."
"Davi..."
Papah membelai kepalaku. "Davi sudah tahu semuanya, Nova."
"Davi, sudah tahu, pah..?"
"Heiii, udah deh gak usah sok pasang wajah melo gitu. Dikira lagi drama apa?"
"Kita masuk aja yuk.." Ajak Mas Rian. "Ayolah Nov. Lagipula Davi juga baik-baik aja."
"Tapi, mas.."
"Ehh nanti dulu, kita kan masih tunggu tamu istimewa lainnya.."
"Tamu istimewa?" Mbak Nova mengerinyatkan dahi. Lalu ia dan calon suaminya itu saling bertukar tatapan. "Mamah.."
"Emangnya mamah gak ada?" Tanyaku.
Mbak Nova menggeleng pelan. "Mamah..."
"Nov, bicarakan saja yang lain.." Bisik Mas Rian tapi aku masih bisa mendengarnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN MONEY TALKS -END-
Teen FictionDavi memutuskan untuk tidak jadi kuliah di University of Tokyo. Dan dia berencana akan memberikan Edwin surprise, dengan kuliah ditempat yang sama dengannya. Namun dia sama tidak tahu, kalau di kampus inilah -- dia bertemu lagi dengan Bintang, Faja...