AUTHOR POV :
"Tadi beneran Davi, Bin..?" Tanya Fajar ragu.
Bintang melemparkan tubuhnya ke atas kasur. Matanya menatap langit-langit kamar kosannya. Ada sebuah gurat bahagia, rindu, dan depresi dari wajah remaja itu. Ia sendiri masih tak menyangka, kalau kembalinya ia ke kota asalnya ini, akan mempertemukan kembali ia dengan seseorang yang pernah mengisi ruang kosong di hatinya itu.
"Bin, mandi dulu gih sana.."
Bintang terhenyak. Ia menarik Fajar ke dalam pelukkannya. "Mandi bareng yuk, bey.."
"Emang lo gak bisa nyium, gue udah wangi gini?"
Bintang menciumi leher dan ketiak Fajar. "Mandi lagi deh..." Ujarnya sambil memainkan alis. "Sekalian jatah kemaren.."
"What?! Kan ---"
"Apa?! Lo berani nolak gue?! Lo lupa perjanjian kita?"
"Tck!" Fajar kelihatan agak gak terima. "Oke. Tapi ---"
"Gue tau kok bey.." Bintang menarik tubuh Fajar. Wajah mereka bertemu sesaat. "Love u, bey.."
"Sekarang gue yang jadi --"
Bintang menekan kepala Fajar. Tak ayal kedua remaja itu pun saling melumat dengan sangat liar dan ganas.
Bintang melepas kaos yang dikenakan Fajar. Pun begitu sebaliknya. Kini kedua remaja itu sudah bergulingan di lantai. Kadang Bintang yang mendominasi di atas. Dan bahkan Bintang sampai lupa dan nyaris memasukkan penisnya ke dalam lubang Fajar.
"Hei..!" Fajar memelotot tak senang.
"Oke. I'm so sorry, bey..." Bintang langsung berguling ke samping. Dia membuka kedua kakinya, dan mengangkatnya sedikit. "Rimming me, please.."
Tak pikir panjang, Fajar pun segera menenggelamkan kepalanya diantara kedua paha Bintang yang putih dan sedikit beraroma khas keringat itu.
Lidah Fajar bergerak liar di sekitar lubang anus Bintang. Sedikitpun ia tak merasa jijik. Rintihan demi rintihan yang dikeluarkan oleh mulut Bintang, malah membuat Fajar semakin bernafsu.
"Stop it!!" Bintang meminta Fajar untuk menghentikan aksinya yang kian liar itu. Tapi sayangnya, Fajar malah semakin menyedot dan menghisap lubang anus Bintang yang kemerahan dan tampak berkedut-kedut itu.
"Fajar!!"
"Apa?!"
"Come on, dude..!!"
Fajar cengengesan dengan wajah kikuk. "Sorry.."
Diambilnya sebuah bantal, dan dia letakkan dibawah pinggulnya Bintang. Hanya dengan bantuan liurnya saja, dia melumuri penisnya dan mulai melakukan penetrasi dengan pelan sekali.
"Ohhh --- shit.." Tubuh Fajar bergetar kuat. "Fuckk..." Fajar menghentak. Seluruh batang penisnya langsung amblas ditelan oleh lubang Bintang yang sempit dan hangat itu.
Menit demi menit berlalu, kedua remaja yang tengah dimabuk birahi itu makin lupa dengan dunia dan segala isinya. Mereka merasa bahwa inilah surga dunia yang sesungguhnya. Hanya milik mereka berdua.
"Gue mau keluar!" Bintang langsung melepas penis Fajar, dan bergerak menuju ke atas. Dia mengocok penisnya makin cepat dan cepat. Mengarahkan penisnya persis ke arah mulut Fajar yang sudah terbuka, seolah siap menampung cairan sari pati milik orang yang paling disayanginya itu.
"Shit...!!" Tubuh Bintang mengejang. Semburan demi semburan lahar panasnya itu mengalir masuk ke dalam mulut Fajar.
"Thank's bey..." Bintang memberikan sebuah ciuman pada Fajar, sebelum ia meninggalkan kekasihnya itu ke kamar mandi.
Fajar menyeka peluh di wajahnya. Dia mengambil beberapa lembar tisu, dan membersihkan lelehan sperma Bintang di wajah dan lehernya. Matanya menatap nanar ke arah pintu toilet yang tertutup rapat itu.
Dia agak sakit hati dengan apa yang dilakukan oleh Bintang. Tapi dia sudah maklum. Karena bukan sekali ini saja Bintang melupakannya begitu saja. Padahal Bintang tahu kalau Fajar belum mencapai klimaksnya. Tapi Bintang seolah tak peduli dengannya.
Fajar mengambil lagi beberapa tisu untuk membersihkan penisnya. Hati dan perasaannya mulai goyah terhadap orang yang dicintainya itu.
Terlebih, hari ini dia bertemu kembali dengan Davi. Teman sepermainannya waktu kecil.
Fajar meraih hapenya. Dia membuka sebuah folder rahasia yang disimpannya di cloud. Dan hanya dia seorang yang tahu letak folder itu dan juga passwordnya.
Senyumnya mengembang tipis. Jempolnya terlihat bergerak pelan menyapu layar hapenya. Dengan bibirnya yang juga bergerak, menyebutkan sebuah nama. Nama yang membuat ia ingin kembali lagi ke masa itu. Masa dimana ia dan si pemilik nama itu, bebas kemana saja dan melakukan apa saja, berduaan.
'Davi...'
$$$$$$
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN MONEY TALKS -END-
Dla nastolatkówDavi memutuskan untuk tidak jadi kuliah di University of Tokyo. Dan dia berencana akan memberikan Edwin surprise, dengan kuliah ditempat yang sama dengannya. Namun dia sama tidak tahu, kalau di kampus inilah -- dia bertemu lagi dengan Bintang, Faja...