Pencet tombol ini, itu, dan ini lagi... glotak--glotak.., Dua kaleng dan satu botol minuman dingin pun udah aku dapatkan. Emang kurang asem, musim panas tahun ini. Panasnya itu poooll gak kira-kira. Mana OSPEK masih dua hari lagi. Tugas dari senior berjibun. Belum lagi, sikap papah yang makin mencurigakan sekaligus mengkhawatirkan.
Asal kalian tahu, si papah ini kalau malam suka diem-diem masuk ke kamarku. Periksa semua hape, iPad, dompet, tas ransel, sampai selipan binder dan buku aku pun gak luput dari pandangannya!!
Apa ini yang disebut kecemasan orang tua kepada anaknya?
Tapi kan, papah udah tahu luar dalemnya aku kayak gimana. Masa iya, papah masih aja curiga sama aku?
"Sorry, udah belom ya?"
Aku menoleh dan menyingkir dari depan vending machine dengan gugup sekali.
Aku ingin pergi secepatnya dan berusaha untuk tak menegurnya. Tapi entah kenapa, kakiku tak bisa digerakkan sama sekali.
"Nomer lo udah ganti ya, Dav?"
Aku mengerjap. Memperhatikan sosok itu dari dari belakang. Rasanya aku gak percaya kalau orang yang sedang memasukkan uang ke dalam vending machine itu, adalah dia.
Dia menoleh kepadaku. Tatapan matanya. Dan senyumannya. Kenapa dia terlihat berbeda sekali.
Aku tahu bagaimana keadaan dan kondisi ekonomi keluarganya. Jadi aku bisa pastikan kalau Fajar tidak mungkin operasi plastik. Karena biayanya kan mahal banget.
"Ini kartu nama cafe tempat gue gawe, Dav."
Aku menerima kartu kecil itu darinya. Dan aku juga gak percaya, kalau orang seperti dia bisa bekerja dengan orang lain?
"Gue libur gak nentu. Tapi yaa -- lo tau kan gue sama Bintang.."
"Oke. Makasih ya." Kataku segan.
Gdebukk -- klontangg..!!
"Sorry.."
"Gak papa, kak. Santai aja.."
Aku memperhatikan sesosok cowok yang sedang jalan tergesa-gesa dan kemudian menabrak Fajar.
Semakin kuperhatikan sosok itu -- aku sepertinya pernah melihat sosok itu sebelumnya. Bukan yang kemarin pas aku lagi sama Kak Ruben. Tapi...
"Hyung...?" Gumamku.
Sosok itu menoleh padaku. Wajahnya itu, kelihatan sekali seperti orang yang benar-benar bodoh, dungu, dan idiot.
Aku tarik kacamata kudanya. Dan --- gak salah lagi! Kalau sosok aneh dan culun itu, adalah Pak Polisi Daniel...!!
"Hyung lagi ngapain disini?!" Tanyaku.
Dia berusaha mengumpulkan buku-bukunya dan menyerahkan botol pocari dingin milik Fajar yang terjatuh.
"Hyung gak lucu ah!! Lagi ngapain sih sebenarnya disini?!"
Dia tak menjawab pertanyaanku. Kelewatan sekali orang itu! Awas aja ya! Nanti aku rekam aksi cabul dia sama Pak Yus di dalem mobil!
"Lo kenal sama dia?"
Aku angkat bahu. "Kayaknya salah orang. Hhehe.."
"Kirain..."
Aku dan Fajar jalan berduaan. Dulu aku lebih tinggi darinya beberapa senti. Tapi sekarang, kenapa dia bisa lebih tinggi dariku?
"Parfum lo gak pernah berubah ya, Dav?"
"Parfum apaan? Kamu nyindir aku ya?" Aku menatap tajam pada Fajar.
Kami terdiam lagi. Baik dia maupun diriku, kami sama-sama memelankan langkah kaki masing-masing.

KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN MONEY TALKS -END-
Novela JuvenilDavi memutuskan untuk tidak jadi kuliah di University of Tokyo. Dan dia berencana akan memberikan Edwin surprise, dengan kuliah ditempat yang sama dengannya. Namun dia sama tidak tahu, kalau di kampus inilah -- dia bertemu lagi dengan Bintang, Faja...