"Ya Allah, kek..."
Aku melihat air mata kesedihan mengalir di wajah tua dan keriput, Nenek Argodiono. Aku bisa merasakan rasa sakit dan kesedihan mendalam yang ia rasakan, saat mengetahui apa yang sudah dilakukan cucu kesayangan satu-satunya yang mereka miliki itu.
"Saya tidak pernah mengajarkan dia untuk menyiksa orang lain!" Suara Kakek Argodiono bergetar hebat. Dia menahan tangis di depan kami semua. Meski aku tahu, dia sangat ingin menumpahkan air mata kekecewaannya itu.
"Fajar, kenapa kamu tidak bilang Nenek? Kenapa?"
"Maafin Fajar, nek. Fajar takut kalau ---"
"Ada apa, Dav?" Tanya Bu Karin
Aku menatap Bu Karin dan hyung. Lalu aku memperlihatkan pada mereka, apa yang sudah ditangkap oleh kameraku selama masih dalam keadaan menyala -- yang di taruh sembunyi-sembunyi -- di apartemennya Bintang.
"Kenapa, Dav?" Tanya Fajar.
"Kita harus segera ke atas sekarang, Jar." Tukasku.
Bu Karin pun bertindak cepat. Dia menghubugi anak buahnya, dan segera -- setelah meminta izin dari pihak pengelola, kami pun diperbolehkan menggerebek apartemennya Bintang.
"Davi, kamu mau kemana?!" Papah mencengkeram lenganku.
"Aku harus ikut ke atas, pah!"
"Tidak! Untuk kali ini, Papah tidak akan mengizinkanmu!"
"Tapi, pah.."
"Tidak!!"
Untuk kali ini, aku baru pertama kalinya melihat papah membentakku setegas itu.
Ddrrttrt...
Aku langsung menjawab panggilan masuk dari --- Kak Damien...!?
Klik..!
"Ha --- Kak Damien?!!"
Gelap. Aku tidak bisa melihat apapun di layar iPhoneku. Memang, dia melakukan sambungan video call melalui facetime. Tapi anehnya aku cuma bisa mendengar suara tidak jelas seperti -- bunyi klakson dan mesin kendaraan -- dan juga...
"Kak Damien...!!? Kakak dimana sekarang?!"
Aku bisa melihat sedikit wajah Kak Damien. Hanya saja, dia seperti dalam keadaan sedang...
"HYUNGGG...!!"
Hyung yang sudah melangkah masuk ke dalam lift, lantas mundur dan menatap bingung kepadaku.
"HYUNGGG, KAK DAMIEN DALAM BAHAYA...!!"
Hyung sontak berlari kembali ke arahku. "Damien?!! Kamu kenal Damien dimana?!! Kamu ---"
"Aku yang selama ini merawat dan menyembunyikannya, hyung!"
"Davi, kenapa kamu -- Ya Tuhan..." Papah benar-benar kelihatan cemas sekali kali ini.
Sambunganku dengan Kak Damien terputus. Aku berusaha melacak posisi handphonennya melalui gps. Tapi sia-sia saja. Kemungkin, hapenya Kak Damien tidak bisa terkoneksi internet.
"Jadi, itulah sebabnya kenapa mereka ---"
"Itu karena mereka menganggap hyung itu adalah Kak Damien!!" Tukasku.
"Dan mereka memaksamu untuk membuka mulut, untuk memberitahu dimana kamu -- maksudnya adikmu itu, menyembunyikan narkoba itu?" Bu Karin beramsumsi. "Dan ternyata barang itu, sudah diambil dan disimpan sama Davi?"
"Kamu menyimpan narkoba?!!" Papah histeris lagi.
"Tenang, Pak Rico. Barang bukti itu, saat ini sudah ada ditangan kami." Jelas Bu Karin.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN MONEY TALKS -END-
Teen FictionDavi memutuskan untuk tidak jadi kuliah di University of Tokyo. Dan dia berencana akan memberikan Edwin surprise, dengan kuliah ditempat yang sama dengannya. Namun dia sama tidak tahu, kalau di kampus inilah -- dia bertemu lagi dengan Bintang, Faja...