"Hai, Dav..!"
Aku balas melambai ke Bintang. Dari jauh, aku sampai pangling kalau dia itu Bintang. Fisik dan penampilannya yang sekarang itu udah beneran berubah.
"Ternyata apartemen kamu gak jauh dari rumah kakek dan nenekku ya.."
"Oh ya??" Mataku membulat. Bukan karena dia memberitahu tentang rumah kakek dan neneknya itu. Tapi... Karena aku agak grogi dengannya.
"Papah kamu mana?"
"Lagi ngetik-ngetik laptop di kamarnya." Aku menyengir.
"Uhmmm, kamu mau kemana?"
"Lohh, kan kamu yang ngajakkin aku pergi, Bintang.."
"Jadi, terserah aku nih?"
"Yap!"
"Kalo aku culik terus aku bawa ke tempat yang jauh gimana?"
"Whaha, tidak bisa Mas Bintang!" Pak Yus muncul dari gumpalan asap. (**bercanda!)
Aku bisik-bisik ke Bintang, soal Pak Yus yang harus terus mengawalku atas perintah papah. Untungnya Bintang gak keberatan dan terima-terima aja.
Tapi bukan aku namanya, kalau dikepalaku saat ini, udah banyak ide dan rencana yang akan kugunakan untuk bisa kabur dari Pak Yus.
Sebelum aku naik ke mobilnya, Bintang udah lebih dahulu membukakanku pintu. Kesannya berlebihan banget sih? Emang dikiranya aku ini anak kecil yang gak bisa buka sendiri?
"Terus, kakek nenekmu sekarang dimana?" Aku membuka obrolan.
"Di Jakarta, Dav."
"Kirain ikut ke Bandung."
"Ya gak bisalah, Dav. Kan mereka juga harus mengurus bisnis."
Mataku berpendar. Kalau aku tidak salah ingat, mobil ini kan mobil yang sama yang waktu itu aku lihat Bintang dan Fajar turun dari dalamnya, di depan minimarket.
Aku heran, kalau mereka ini beneran udah jadian alias pacaran, kok di mobil ini gak ada satupun foto-foto mereka berdua ya?
Waktu aku pacaran kilat sama Edwin aja, dia langsung masang foto kita berdua di mobilnya. Bahkan di dompetnya pun ada foto aku dan dia lagi ciuman...
Norak..!
"Kayaknya udah lama banget ya kita gak berenang bareng." Bintang menoleh padaku. "Jangan-jangan, kamu sekarang udah lebih jago dari aku ya.." Dia mengelus tanganku.
"Kamu lihat gak, perubahan diriku?"
Dia menoleh lagi sambil mengulas senyum. "Kamu gak banyak berubah. Masih tetap cute dan ngangenin.."
"Nih liat, gara-gara aku udah gak pernah berenang, sama kebanyakan makan sate kambing, perutku jadi buncit."
Bintang tertawa pelan. "Gak masalah. Aku tetap suka kok.."
Aku terdiam lagi. Kok rasa-rasanya hawa di dalam mobilnya si Bintang ini, makin panas ya?
"Kemana nih, Dav?"
"Kemana ya..?"
Kalau bingung gini, mendingan tadi nonton aja di rumah. Bisa sambil tiduran, makan ini itu. Kalau mau pipis sama eek juga enak. Gak bingung lagi.
"Gimana kalau kita ke Kawah Putih aja?"
"Boleh-boleh. Hhehe.." Aku menyengir lebar.
Akhirnya ada juga yang ngajakkin aku jalan-jalan wisata alam. Bosen banget kan cuma jalan-jalan keluar masuk mall doang?
Aku telepon Pak Yus dan menyuruh dia untuk ngajak si hyung. Yahh, hitung-hitung biar dia gak kesepian juga. Kan kasihan juga dia sendirian selama di perjalanan nanti.
KAMU SEDANG MEMBACA
WHEN MONEY TALKS -END-
Teen FictionDavi memutuskan untuk tidak jadi kuliah di University of Tokyo. Dan dia berencana akan memberikan Edwin surprise, dengan kuliah ditempat yang sama dengannya. Namun dia sama tidak tahu, kalau di kampus inilah -- dia bertemu lagi dengan Bintang, Faja...