"Apapun masalah yang kualami, satu yang terus kuyakini bahwa Tuhan lebih tahu apa yang aku butuhkan."
-MeyliaSatu tahun sudah ibu berada dalam ketidakpastian. Seperti menunggu sesuatu yang tak tahu kapan akan datangnya. Saat itu umurku sudah satu tahun lebih, mulai belajar berjalan walau masih masih tertatih-tatih.
Pernikahan tante Rina sudah berlangsung, dan ibu ikut hadir untuk memberi selamat di hari bahagia teman dekatnya itu.
Usai melaksanakan pernikahan di Palembang dan tinggal selama lebih kurang dua bulan, tante Rika kembali lagi ke Bandung untuk menetap disana bersama suaminya.
Seperti biasa, ketika momen lebaran layaknya anak pada umumnya tentu akan pulang kampung untuk menyambangi orang tua dan kerabat dekat. Begitupula yang dilakukan tante Rika.
Saat itu momen lebaran tahun 2001, ia berkunjung ke rumah setelah terakhir datang untuk menyebar undangan pernikahan.
Meskipun sudah memasuki era milenium, nyatanya alat komunikasi masih sulit dijangkau masyarakat kelas bawah seperti keluargaku. Handphone masih menjadi barang mewah yang hanya dimiliki kaum elite pada masanya.
Singkat cerita, tante Rina datang bersama sang suami dan mengabarkan bahwa ayah sudah menikah sebelum ia pulang dari Palembang satu tahun yang lalu. Pernikahannya cukup tergesa-gesa katanya, seperti ada tekanan dari pihak mempelai laki-laki.
Kabarnya, ayah terpaksa menikahi perempuan itu lantaran terikat hubungan bisnis perkebunan. Ah entahlah, sungguh rumit.
Apakah ini bisa dibilang sebagai hal yang wajar ?
Bagaimana bisa cinta menjadi bahan permainan ?
Bagaimana bisa seorang lelaki dengan mudahnya pasrah menerima kenyataan harus menikahi orang yang tidaj dicintainya ?
Mengapa ia tak melawan ?
Mengapa ia tak berlari ?
Mengapa dia mau ?
Apakah dia juga mencintai perempuan itu ?
Apakah dia tidak sayang pada ibu ?
Apakah dia tidak tahu betapa sulitnya mengandung anak selama sembilan bulan sepuluh hari ?
Mengapa ia mengkhianati janji suci pernikahan ?Aku tak tahu dimana ak harus mencari semua jawaban-jawaban atas semua ini. Sejak kabar itu, ayah benar-benar lost contact dan ibu juga tak pernah menanyakan kabarnya lagi ke tante Rina.
Terakhir ayah hanya bertanya pada tante Rina tentang diriku, seorang anak yang ditinggal ketika masih menjadi janin di dalam kandungan ibu. Ayah menanyakan keadaanku apakah terlahir dalam keadaan baik atau tidak. Selain itu, ia juga menanyakan jenis kelaminku.
Sudah, hanya itu tak lebih.Ia menanyakan itu dalam kondisi telah menikahi perempuan lain.
Tega ? Sungguh amatlah tega. Bagaimana mungkin ia rela meninggalkan istrinya sendirian, lantas mengandung dan melahirkan juga sendirian tanpa ia yang mendampingi ?
Ia pamit kerja namun tak juga kembali lalu menikah dengan perempuan di kota asalnya. Ya, aku tahu meskipun kabarnya karena terikat bisnis. Tetapi apakah ia setega dan sejahat itu ?Entahlah.
Bersambung ke bab Koma ...
KAMU SEDANG MEMBACA
Panggil Aku, Mey (Completed)
General FictionAda begitu banyak pertanyaan yang tersimpan rapi dalam pikiran dan berusaha kutemukan sendiri jawabannya. Enggan rasanya membagikan apa yang kualami pada siapapun, mereka semua menyebalkan bagiku. Sejak kecil, aku terlatih untuk melakukan segala ses...