12 - Putih Abu

29 12 0
                                    

"Tidak ada yang statis di hidup ini, semuanya akan segera berubah. Waktu terus berjalan dan kisah akan terus berlanjut dengan orang-orang yang tidak pernah kita duga sebelumnya."
-Meylia

Masa putih biru sudah berlalu. Usai kejadian tidak adil yang kualami lantaran hakku untuk memasuki SMK dengan jalur PMPA batal karena harus digantikan oleh Rini. Waktu itu aku berusaha move on dari kejadian menyebalkan itu. Sulit, memang. Tetapi kenyataan tetaplah harus dihadapi. Kita tidak boleh stuck hanya karena sesuatu. Hidup akan terus berjalan, dan kisah akan terus berlanjut.

Aku mencoba jalur tes ke beberapa SMA Negeri terdekat dan Madrasah Aliyah,  syukurlah aku lulus di salah satu SMA Negeri tersebut.

Meskipun rasa sesak dan kesal masih memenuhi rongga dadaku, tetapi aku harus tetap belajar ikhlas walau sebenarnya aku tak akan pernah bisa memaafkan ketidakadilan tersebut.

Bagaimana tidak, sejak SMP aku berencana akan masuk ke SMK itu. Karena kupikir jika aku masuk SMK maka aku akan mengikuti magang di perusahaan ataupun kantor pemerintahan jadi ketika lulus nanti aku akan mendapatkan pengalaman dan channel untuk mencari pekerjaan.

Saat itu aku benar-benar bertekad untuk menjadi siswa SMK agar kelak ketika lulus aku menjadi tenaga yang siap kerja. Aku ingin membantu meringankan beban ibu, itulah mengapa aku ingin segera bekerja.
Tetapi kejadian itu benar-benar telah merenggut harapanku.

Awal memasuki SMA itu aku merasa setengah hati, enggan rasanya sekolah disana, aku tidak niat dan tidak ada gairah untuk pergi kesana. Aku berpisah dengan seluruh teman-temanku semasa SMP, 3R3D, Fariz, Ulan, Dini dan Cika. Aku benar-benar sendiri, dan yang paling menyebalkan aku kembali satu sekolah dengan anak-anak famous yang sering menggangguku semasa SMP. Ah benci.

Mengapa kami harus berpisah ?
Mengapa aku harus sendiri ?
Mencari teman itu bukanlah perkara mudah, lalu apakah aku akan kembali mendapatkan teman-teman baik seperti mereka ?
Mengapa keinginanku untuk masuk SMK harus gagal ?
Mengapa ada saja yang menghalangiku untuk mendapatkan sesuatu ?
Apakah aku akan mengalami gangguan lagi seperti masa SMP ?

Pertanyaan-pertanyaan seperti ini selalu saja muncul di pikiranku waktu itu. Mungkin terkesan kurang bersyukur dan tidak mampu menerima takdir Tuhan. Ya begitulah, aku di masa lalu memang suka begitu.

Singkat cerita, aku menjalani tiga tahun itu dengan kesan terpaksa meski memang aku memiliki prestasi yang jauh lebih baik dari masa SMP.
Aku tidak terlalu care pada orang-orang disana. Ah, mencari teman itu mudah tetapi tidak dengan sahabat.

Aku berada di lingkungan dimana orang-orang lebih senang mencari perhatian pada guru, tebar pesona, berkelompok membuat suatu "geng", punya kesukaan nge-mall sepulang sekolah, dan menyontek saat ujian. Sumpah ini benar-benar lingkungan yang tidak sesuai denganku. Ahh, ingin rasanya aku pindah dari sini. Aku benar-benar tidak betah dengan kelakuan anak-anak disini.

Aku lebih memilih sendiri daripada harus berteman dengan orang-orang yang tidak sejalan denganku. Bukan karena sombong, tetapi memang rasanya aku tidak mungkin bisa menyamai life style mereka yang demikian.

Aku lebih memilih menjadi kutu buku yang kemana-kemana sendiri dan selalu membawa buku. Saat jam istirahat aku selalu ke perpustakaan untuk membaca sesuatu seusai makan di kantin. Ah, meskipun aku benar-benar muak dengan keterpaksaan ini tetapi aku mencoba mengatasinya dengan belajar.

Ya, seringkali aku stres sendiri ketika ada soal Fisika yang tidak bisa kukerjakan. Tetapi tetap saja semua itu jauh lebih baik dan lebih membuatku penasaran daripada harus mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hidupku selama ini. Ah, nampaknya aku lebih baik belajar saja, nanti kedepannya mau jadi apa itu Tuhan yang mengatur yang penting aku sudah berusaha sekuat dan semampuku.

Panggil Aku, Mey (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang