01

178 11 0
                                    

Terdengar langkah kaki sosok wanita tanpa senyuman berjalan menyusuri koridor. Tatapannya tajam kedepan. Suasana terasa dingin saat wanita ini hadir.

Dia masuk dalam ke kelasnya, lagi lagi tanpa senyuman. Duduk disisi kanan ruangan berdekatan dengan jendela yang langsung mengarah ke kantin.

Tiba tiba saja wanita dingin itu dikagetkan dengan kehadiran teman sebangkunya yang baru saja datang.

"Din." Sapa Diva yang sudah dianggap sahabatnya

"Iya." Jawabnya hambar tanpa senyuman

"Senyum napa!."

Nadien tersenyum tipis kearah sahabatnya dan dibalas dengan senyuman manis dari Diva.

Saat guru IPA terkiler datang, tak ada satu katapun terucap dari murid murid di kelas itu.

"Anak anak tolong untuk sekarang ibu kasih tugas dan harap di kerjakan. Karena ibu akan menghadiri rapat. Kalian rangkum bab yang sudah kita bahas kemarin dan buat pertanyaan dari bab itu. Mengerti?!."

"Mengerti bu." Jawab murid murid serentak.

"Baiklah sekarang ibu tinggal ya. Nanti kalau jam pelajaran ibu habis. Ibu harap buku kalian sudah ada di meja ibu." Perintah Bu. Ida tegas

"Baik bu." Serentak mereka menjawab

Tak pakai lama, Nadien langsung mengeluarkan buku dan mengerjakan tugas dibarengi dengan Diva.

Baru berlalu 15 menit, Nadien sudah selesai mengerjakan rangkuman dan sekarang ia hanya perlu menyelesaikan tugas berikutnya yaitu membuat pertanyaan.

Nadien langsung menulis apa yang ada dipikirannya saat itu dan langsung mengumpulkan buku tugasnya di meja guru.

"Belagu banget tu es batu. Mentang mentang pinter." Teriak Zaky saat Nadien mengumpulkan tugasnya.

Nadien langsung menatap sinis kearah Zaky dan kemudian duduk di sebelah Diva.

"Lirikan matamu.." Rita bernyanyi dan di sambut tawa oleh teman sekelasnya.

"Sabar aja din." Kata Diva

Nadien menjawab temannya itu dengan senyuman tipis yang jarang di keluarkan olehnya didepan teman temanya yang lain.

Setelah beberapa jam memanasi otak dengan soal dan rumus dari guru guru pembimbing. Akhirnya pendinginan otak yang paling ditunggu dengan istirahat adalah hal yang menyenangkan.

Nadien dan Diva menuju kantin dan melihat segerombol kakak kelas terhits di sekolah mereka.

"Cogan pada ngumpul tuh din." Kata Diva

"Cogan dari hongkong." Jawab Nadien sambil memutar bola mata malas.

Tiba tiba cowok cowok itu menyapa Diva dan Nadien yang lewat didepan mereka dengan nada genit dan membuat Nadien ilfil.

"Eh ya ampun ada cecan gaes.." kata Rico

"Eh duduk sini bareng kita dek." Timpal Donny sambil cengengesan

"Apaan sih kalian ini. Kasihan tau adek kelas lu godain." Kata Kevin

Nadien tetap dengan wajahnya yang datar dipenuhi ekspresi dingin, tak peduli yang ada di depannya itu adalah kakak kelasnya.

"Eh yang rambutnya digerai. Senyum napa?." Kata Alex pada Nadien

"Udah woy kasian !." Saut Kevin membela Nadien.

Nadien tak memperdulikan dan tetap berjalan menuju meja kosong.

"Ya ampun din gue gak bisa nahan kalo kek gini." Kata Diva yang terpesona dengan cogan cogan hits tadi

"Pesenin gue bakso." Sela Nadien yang semakin malas mendengar ucapan temannya

"Siyap bos." Jawab Diva yang langsung berdiri dan memesan makanan.

-------------

"Nadien udah pulang sayang." Saut mamanya yang baru pulang dari kantor

Nadien yang berada di dalam kamar segera keluar dan berbincang pada mamanya seperti biasa.

"Ma Nadien pengen home school deh."

"Kenapa sayang? Kan di sekolah banyak temen."

"Capek tau ma diledekin mulu."

"Mangkanya kamu itu ramah dikit gitu loh sama orang. Biar gak diledekin."

"Males ah ma."

"Udah nak jangan mikirin yang dulu dulu. Itu bakalan bikin kamu lebih tertekan."

Tiba tiba otak Nadien memutar satu memori di masa kecilnya bak DVD.

Flashback on

Suatu hari, gadis kecil merengek karena tak lagi melihat sosok yang selalu memeluk dan menciumnya setiap pagi.

"Ih ma, papa mana sih? Papa ga kangen kita gitu ko ga balik balik. Kesellll." Rengeknya di meja makan sambil menenggelamkan sebagian wajahnya di lipatan tangan.

"Nadien, dengerin mama." Ucap seorang ibu dengan penuh kasih sayang.

"Semua orang itu akan hilang dari muka bumi. Tak terkecuali mama dan kamu."

"Papa ga hilang ma. Papa itu adaa. Setiap hari Nadien ngerasa papa selalu liatin Nadien, perhatiin Nadien. Tapi dari jauh,, ga mau deketan sama Nadien." Lagi lagi kalimat itu yang diucap oleh Nadien. Setiap pagi dan setiap dia merindukan sosok Papa.

"Sayang.. Papa sudah tenang disana. Papa gak balik lagi, karena papa udah bahagia disana.

"Kenapa Nadien gak ikut papa aja sih. Nadien juga pengen bahagia sama Papa."

Mamanya hanya tersenyum sambil mengusap lembut rambut putrinya.

"Ututut adik kecil lagi kangen sama Papa ya."

"Diam !."

"Ya sudah nanti abang antar ke rumah Papa ya." Rumah yang di maksut Daniel adalah makam.

Flashback off

Air mata Nadien meluncur mulus tanpa jeda.











Nadien [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang