27

31 4 0
                                    

Seseorang sedang berada di ruang tengah dengan satu buku tentang cinta. Namun ada satu kendala yang membuatnya geram. Sudah berada di zona nyaman sejak tadi, tapi ada saja yg mengganggu.

"Apa?!." Gas Nadien sambil membuka pintu

"Wee santuy mbaknya."

"Ya Tuhaaan. Ngapain hujan hujan sih."

"Siapa bilang hujan hujan. Aku tak sebego itu sayang."

"Ish sayang lagi. Kesel aku tu bang."

"Halah canda kali neng."

"Ihh masuuk bang. Betah banget di luar."

"Kan tuan rumahnya belum mempersilakkan."

"Hem bentaaar?!."

"Apa?."

"Kaki abang. Kotor!."

"Hahaha ya maap. Terus abang masuknya gimana dong."

"Lewat garasi. oke?"

"Iya cantik."

Alif akhirnya masuk lewat garasi lalu menemui kamar mandi di ujung garasi itu. Barulah ia mencuci kakinya di situ setelah itu ia masuk ke ruang tengah. Duduk berdua bersama Nadien.

"Bang."

"Iya?."

"Besok abang kan udah kulia nih. Jadi gak usah antar jemput aku lagi ya."

"Lah gapapa kali. Udah tugas aku buat gantiin abang mu."

"Ya kan kita punya kesibukan masing masing. Gak seharusnya abang nganterin aku muluk kan."

"Serius gk mau aku anter jemput lagi?."

"Ya serius bang. Kalo emang abang sibuk meding gk usah."

"Yayaya terserah kamu deh."

Mereka hanyut dalam perbincangan ringan serta tawa yang berkali kali menyatu di dalamnya.

Sedangkan di luar, hujan sedang bergembira bersama teman temannya. Hujan sedang menikmati kebahagiaan di tengah tengah hati yg sedang berbunga.

Seakan hujan menambah gemercik kicauan waktu yang berlalu begitu cepat. Membuat suasana di sudut kota menjadi sangat lembab.

Sepatu vans yang tergeletak di garasi masih di penuhi air yang bercampur tanah dari halaman rumah Nadien.

"Nadien, abang kesini mau ngasih tempe sesuatu."

"Ngasih tempe apa tu bang?."

"Kalo abang cinta sama kamu."

-_- jleb diar.

"Apaan sih bang? Ih."










MAAF AUTHOR GK JELAS GES

Nadien [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang