14

30 3 0
                                    

Semuanya masih terlihat buruk dengan nama Nadien yang tercemar di JIS. Sebelum dia pergi ke Kanada ada peristiwa yang membuatnya sadar kenapa dia sangat berat meninggalkan Jakarta.

Jika soal keluarga itu pasti tapi ini berbeda. Ini tentang sebuah perasaan yang tak ia duga bahkan ia sendiri masih tak percaya dengan perasaannya.

Namun Kanada adalah pilihannya lagi pula ia akan kembali. Menemui orang yang ia sebut sebagai laki laki istimewa.

Tanpa ia sadari saat ia berada di depan Lap IPA ia sedang tersenyum melihat latihan paskibra di depannya. Ia sadar bahwa ini mungkin terakhir kali melihat abangnya yang tampan menjadi orang yang tegas. Serta orang yang sedang menggeluti wajah tajam di sebelah abangnya.

Nadien menyunggingkan senyum lalu tanpa sadar air matanya mulai jatuh. Namun Nadien tak menghapusnya entah karna tak sadar atau bagaimana. Tapi yang jelas saat ia sedang menangis tiba tiba ada seseorang menepuk pundaknya.

"Dek kenapa?."

Nadien langsung mengusap air matanya lalu menengok ke arah suara.

"Eh gpp kak cuma lagi panas aja mataku."

"Tumben senyum."

"Biasa aja siapa juga yang senyum."

"Ngapain sih pake boong segala. Gue tau kok lo mau ke Kanada kan?."

"Kakak tau dari mana?."

"Dari Kevin."

Perempuan dingin itu tiba tiba berdiri dan berlari meninggalkan Alif yang duduk di sebelahnya. Nadien menuju ke kamar mandi yang melewati kantin. Saat lewat di depan kantin, ia menabrak sosok perempuan yang membawa mangkok bakso panas.

Dia adalah Sheva yang memang sengaja menumpahkan kuah bakso ke baju Nadien. Nadien pun berteriak dan menatap sinis ke arah Sheva, sedangkan Sheva menyunggingkan senyum licik seakan merasa puas dengan yang ia lakukan.

Seketika Alif datang dan membersikan tangan serta baju Nadien dengan tisu yang ia ambil dari salah satu meja di kantin.

"Lo gapapa dek?."

Tak ada jawaban dari Nadien. Saat itu kemarahan Nadien benar benar memuncak. Ia sudah tak tahan lagi dengan apa yang di lakukan Sheva kepadanya. Ia benar benar tak terima.

"Udah kak aku gapapa. Otaknya cewek depan gue ini yang agak gesrek."

"He lo..

"Apa? Gue pelakor atau gue apa? serah lo mau ngomong apa. Yang jelas lo bakal dapet balesan yang setimpal dari gue."

"Berani banget ya lo ngomong gitu. Gue keluarin dari basket tau rasa lo."

"Keluari aja. Toh gue juga mau keluar dari sekolah ini. Sekali lagi ancaman lo itu gak mempan buat gue."

"Syukur deh kalo lo mau pergi. Seharusnya tu lo sadar dari dulu kalo gak pantes sekolah di sini."

Nadien yakin bahwa debat dengan cewek cerewet gak bakal nyelesaiin masalah. Perempuam dingin langsung meninggalkan tempat dan bergegas menuju kamar mandi.

Ia membersihkan bajunya yang sudah bau aroma bakso. Sungguh Nadien sangat jengkel dengan wanita tadi. Wanita yang tak mempunyai harga diri, tetap saja mengejar ngejar Alif padahal sudah menjadi mantan. Memalukan.

Sembari membersihkan bajunya, nadien mengingat hal yang baru saja Alif lakukan padanya. Alif membersihkan lengannya. Kemudian Nadien mendongak ke arah kaca dan tersenyum.

Minggu minggu ini Nadien lebih banyak tersenyum. Fobianya terhadap kuah bakso yang panas pun sedikit mereda.

Namun Nadien masih belum membuka mulutnya tentang orang yang sedang ia cintai. Nadien akan mengatakan semuanya pada waktu yg tepat.
Intinya sebelum ia meninggalkan Jakarta.

Nadien [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang