Pagi itu, suasana cukup hening. Hanya ada sisa sisa tetesan air hujan tadi malam yang jatuh di atas kayu kayu kropos.
Nadien menyilangkan tangannya di atas meja dan menenggelamkan kepalanya sambil memutar lagu Shawn Mendes. Tiba tiba saja ada yang menggebrak meja cukup keras. Merusak seluruh khayalan Nadien.
"Pacarnya Alif kan?." Nada judes dari mulut Sheva keluar dengan sangat epic.
"Lu ngapain disini?. Bukannya udah lulus. Eh apa lu gk lulus?." Ledek Nadien yang sudah jengkel dengan kakak kelas satu ini.
"Lu kalo ngomong dijaga. Gue bunuh juga lu lama lama."
"Anjir gue gak peduli. Coba aja bunuh dan liat siapa yang mati duluan." Skak Nadien dengan wajah datar tak berekspresi khasnya.
"Dasar bajingan. Dengerin gue ya,, lu putusin Alif sekarang atau lu bakal tau akibatnya." Kemarahan Sheva semakin melunjak tanpa rasa malu. Sepertinya wanita ini telah kehilangan urat malunya.
"Mending gue tau akibatnya deh." Jawab Nadien semakin menantang.
"Nantang lu hah?!."
"Idih dasar gak tau malu. Eh lu tu siapa sih? Sadar dong,, come on." Nadien mulai berdiri dari tempat duduknya.
"Mau kemana lu?." Sentak Sheva bersama teman temannya
"Terserah gue lah." Jawab Nadien singkat
"Enak banget main pergi pergi aja. Stop ?!." Sheva menjambak rambut Nadien. Tapi maaf, tangan Nadien langsung cekatan mencengkeram tangan Sheva dan memutarnya ke belakang punggung Sheva.
Beberapa kali Sheva teriak kesakitan tapi teman temanya malah pergi begitu saja karna ketakutan
"Jangan ganggu hidup gue! Ngerti?!." Titah Nadien yang sudah kehilangan kesabaran
"Gue bakal buat hiduplu sengsara. Gak bakal gue biyarin lu bahagia." Tegas Sheva yang masih ngotot tak mau kalah.
"Oke gue patahin tangan lo sekarang." Tangan Sheva semakin kuat di cengkeram oleh Nadien.
"Apa apaan sih lu. Lepasin gak?!." Perintah Sheva yang disambut oleh tendangan dari kaki Nadien. Yang terpaksa membuat Sheva menjadi seperti sedang berlutut.
"Gue juga bisa kok buat hidup lu sengsara." Kata Nadien tajam.
"Stop?!. Apa apaan ini??."
Suara bariton itu tiba tiba datang dan membuat mata Nadien membulat. Itu Kevin.
"Lepasin din!." Titah Kevin
Nadien masih sangat terkejut melihat laki laki itu ada disana. Laki laki yang pernah mencintainya.
"Din,, lepasin?!." Kevin menyingkirkan tangan Nadien dengan paksa.
"Berani beraninya lu gini ke senior lu. Gak habis pikir gue." Kevin langsung menatap Nadien tajam
"Kak.."
"Lu berubah din."
"Aku gak berubah kak."
"Semenjak lu jadian sama Alif. Lu udah gak kayak dulu. Lu udah banyak berubah dari diri lu yang dulu."
"Aku gak pernah berubah kak." Ulang Nadien dengan nada sedikit egois.
Laki laki berparas oriental itu hanya tersenyum licik sambil menggeleng-gelengkan kepalanya dan pergi bersama nenek lampir.
Halluuuu sobat readers semuaa
Kangen banget deh sama wattpad.
Uh udah lama banget gk updet.
Dan akhirnya aku bisa melawan ke magrran aku dan bisa nulis lagiiii.
Yuhuuu.
Oke see you readers yang masih setia baca tulisan tulisanku yang masih berantakan banget. Maaf ya..
Autor masih belajar guys. Moga aja bisa nulis yang lebih bagus lagi.Eh btw ini ceritanya udah mau ending kan.
Yah aku masih bingung gitu endingnya gimana.
Adeh..
Doain autor supaya dapet ide.See you
Thank for readBoom !
KAMU SEDANG MEMBACA
Nadien [Completed]
Teen FictionSebuah cerita mengenai berubahnya sifat seseorang karena sebuah konflik masa lalu. Konflik yang melibatkan sebuah hal di kehidupannya sekarang ini. Misteri dari kehidupan wanita dengan dendamnya. Entah akan ia balaskan atau akan terus dipendam dan...