19

19 6 0
                                    

Tas merah dengan gantungan bola basket tergeletak di depan pintu kelas itu. Sampai Diva mengambilnya dan meletakkanya di kursi tempat Nadien duduk.

Namun Diva sempat bingung dengan kado kecil dan tas yang tergeletak itu. Diva menerka namun membingungkan. Diva terus berfikir kenapa tas Nadien bisa ada di depan pintu.

Kado kecil itu pun dimasukkan kedalam tas Nadien oleh Diva. Bel pelajaran dimulai namun Nadien belum juga berada di sebelah Diva.

Diva mulai panik hingga berulang kali menelpon tapi tak ada balasan dari Nadien.

********

Pria misterius itu tersenyum lega karna sasarannya sudah ada di depannya. Tatapan dingin itu pergi meninggalkan Nadien dengan tangan terikat serta kakinya.

Beberapa jam kemudian setelah pria itu pergi. Nadien membuka matanya. Mulutnya ditutup rapat oleh lakban hitam. Berulang kali ia berusaha melepaskan ikatan tali dan membuat tangannya memerah.

Air mata Nadien meluncur, ia sudah tak bisa melakukan apapun. Ia akhirnya menyerah dan merebahkan kepalanya ke tembok.

Mata Nadien mencari benda tajam untuk melepaskan ikatan tali yang telah membuatnya mengeryit kesakitan.

*********

"Aduh Nadien kemana sih. Dari pagi sampe pulang gak kelihatan. Perasaan gue jadi gak enak. Apa gue telpon bang Daniel aja ya." Pikir Diva cemas

Tak ada pilihan lain selain memberitahukan kepada Daniel. Kejadian yang membuat Diva cemas ini sampai ingin menjatuhkan air matanya.

"Bang!."

"Iya ada apa dek?."

"Nadien dari pagi gak masuk kelas dan tadi pagi gue liat tas dia ada didepan pintu. Gue takut terjadi apa apa sama dia bang."

"What?!. Oke oke gue izin ke Alif dulu buat gak ngelatih. Elo kan anak paskib, sekalian lo ikut gue cari Nadien nanti gue yang minta izin."

"Oke bang."

Merekan bergegas menuju ruangan paskib yang penuh dengan para senior.

"Lip gue gak paskib dulu sama Diva."

"Kenapa?."

"Nadien. Dari pagi gak ada, gue takut di kenapa napa."

"Nadien ilang?."

"Gue gak tau."

"Nadien bawa hp gak? Gue lacakin lokasinya."

"Bawa kayaknya bang. Soalnya ditasnya gak ada."

"Oke bentar gue lacakin posisi dia sekarang. Dan, nomernya Nadien berapa?."

Alif memang memiliki cara untuk melacak keberadaan seseorang dengan menggunakan nomer telpon yang aktif dengan map di ponsel canggihnya.

"Oke gue nemu. Sekarang gini aja, gue, daniel sama diva bakal cari Nadien. Kalian lanjut ngelatih."

Teman temannya mengangguk serta bingung dengan kepanikan yang seketika terjadi.

"Bentar bentar. Ini lokasinya di JIS" kata Alif

"Apa? Berarti Nadien ada disini? " jawab Daniel

"Iya. Posisinya nunjuki di sekitar belakang sekolah."

"Ya udah kita langsung kesana aja." Saut Diva

************

Pria dingin dengan langkah tajam membuka pintu gudang dan melihat Nadien tersiksa disana. Pria itu membuka topinya dan membuat mata Nadien melotot.

"Kenapa? Lo kaget gue ada disini?." Katanya dengan nada licik

Lakban yang dari tadi membungkam mulut Nadien akhirnya dibuka.

"Lepasin gueee?!." Teriak Nadien

"Gak akan gue lepasin lo sebelum dendam gue terbalaskan."

"Gue udah gak ada urusan sama lo."

"Haha. Gak ada urusan kata lo?." Senyum sinis mengembang di wajah pria kejam itu.

Tak pikir lama akhirnya pria itu mulai melakukan aksinya untuk membuat Nadien tersiksa seumur hidup. Dengan cara melakukan hal paling keji.

"Lo mau apa?. Jangan deket deket gue. Please ngejauh dari gue."

Baru saja Pria itu ingin melakukan aksinya, melakukan hal bejat yang akan merusak Nadien. Daniel, alif dan Diva datang mendobrak pintu gudang.

"NADIIIIEN.." teriak histeris Diva menggema

"Bram!." Ucap Daniel terkejut dengan pria yang ada disana.

Iya, itu Bram. Seorang pria yang notabenya adalah mantan teman masa kecil Nadien. Bramastya Lordie adalah pria yang memiliki masa lalu bersama Nadien.

Flashback on

Sore itu Nadien dan Bram bermain di taman rumah Bram. Mereka berlarian sambil tertawa lepas. Menikmati kebahagiaan yang tak terhitung nilainya.

Namun saat mereka bermain ayunan. Tak sengaja Nadien mendorong Bram terlalu kencang sampai terjatuh, kaki bram terkena batu hingga terkilir dan patah.

"Aaauu.. nadien kamu jahat!." Kata Bram sambil menangis merengek memanggil mamanya

"Aku gak sengaja. Maaf Bram."

"Enggak kamu jahat. Aku gk bisa jalan. Pergi kamu."

Bram dilarikan ke rumah sakit dan memang benar. Tulang inti kaki retak. Jadi Bram tidak bisa berjalan dan bermain basket lagi. Bram hanya merenung di rumah. Melamunkan banyak kisah tentang ia dan Nadien. Entah sampai kapan Bram akan ada di kamar bersama hawa yang itu itu saja.
Jika dia keluar rumah, dia akan bertemu Nadien yang ia anggap perusak masa depannya dan perusak segalanya.

Dari hari ke hari Bram semakin membenci Nadien. Sampai berulangkali meneror Nadien dengan benda yang mengerikan. Tak jarang Nadien pergi ke psikolog karna teror Bram.

Flashback off

Nadien hanya bisa membulatkan mata saat disana ikut serta kakak kelas pembully-Alif Reynoter. Tak disangka Bram mala mengeluarkan pistol dari dalam sakunya.

"Bram. Please jangan lakuin hal hal konyol kayak gini." Teriak Daniel

"Adek lo udah ngerusak masa depan gue. Jadi sekarang giliran gue yang akan ngerusak masa depan dia." Kata Bram sinis

"Bejad." Gerutu Alif dengan tangan yang mengepal

"Itu kejadian lama dan lo masih ungkit ungkit itu lagi." Kata Daniel

"Dendam udah ada di hati gue seumur hidup buat Nadien." Jawab Bram tegas

DUAR!!

"Kal Daniiiiel !?." Teriak Nadien menguncang seluruh gudang

"Daniel." Teriak Alif

Sedangkan Diva hanya membulatkan mata sambil menutup mulutnya yang ikut membulat. Air mata Diva juga tak mampu terbendung.

Nadien masih ditempat dengan tali yang menggulat tubuhnya.

Dan saat itu juga Daniel terjatuh ke lantai. Mulutnya mengucur beribuh liter darah. Nadien hanya bisa menangis sambil meneriakkan nama abangnya.

Entah apa yang membuat Bram menjadi seperti serigala buas. Bram yang dulu manis sekarang berubah menjadi buas. Mematikan.

Nadien juga tak menyangka jika Bram melakukan hal sekejam ini. SeBrengsek ini. SeBejad ini.
Sungguh hati Nadien benar benar hancur saat melihat abangnya tewas di depan matanya.



Yeah udah part 19
Thank for reading
Love you Readers

Nadien [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang