22

14 3 0
                                    

"Lo gila." Ucap Alif heran

"Abaang" isak Nadien

Tak lama Nadien terlepas dari tali yang menggulat tubuhnya. Ia berusaha keras untuk melepaskan tali sampai tangannya berdara. Nadien langsung menghampiri Daniel dan menangis memeluk sekujur tubuh abangnya yang sudah kaku.

Saat itu Bram merasa terkejut dengan kelakuannya sendiri. Membunuh seseorang. Bram tidak sengaja, karna emosi yang menggelora dalam jiwanya.

Bram menjatuhkan pistolnya, lalu mendekati Nadien dan mengetakan sesuatu di telinga Nadien.

"Maafin gua."

"Apa lo bilang? Maaf ?!"

"Din, gue emosi" kata Bram

"Tapi gak perlu ngebunuh. Ini abang gue. Lo kalo punya masalah sama gue. Bunuh gue bukan abang gue." Teriak Nadien dengan isakkan yang semakin menjadi

"Woy lo gila ya. Sini ikut gue." Perintah Alif

"Lo siapa ngatur hidup gue." Kata Bram singkat lalu meninggalkan gudang tanpa rasa bersalah

"Tapi gue lega. Dendam gue selesai." Lanjut Bram sambil berjalan keluar

Nadien menatap Bram sinis sambil menangis. Alif dan Diva mendekati temannya yang sedang depresi berat itu. Alif juga tak menyangka bahwa Daniel akan pergi secepat ini.

"He elo."

Langkah Bram terhenti saat mendengar suara Alif memanggilnya.

"Apa?!."

"Lo gak bisa kabur gitu aja setelah ngelakuin hal sebrengsek ini."

"Terus gue harus apa? Harus bunuh lo juga?!" Kata Bram sambil tertawa sinis

Tak pikir lama. Alif langsung merangkai pistol di dekat tubuh Daniel tanpa sepengatahuan Bram.

DOAR!.

Sebuah peluru melesat cepat ke arah kaki Bram. Peluru kecil itu membuat Bram tak mampu berdiri. Otot dan jaringan di kaki Bram putus dan membuat Bram ke sakitan.

Alif langsung mencari tali di sekitar gudang dan mengikatkan ke tangan Bram.

Tubuh Daniel yang terbaring tanpa nyawa akhirnya dilarikan ke rumah sakit terdekat. Sedangkan Bram langsung diserahkan ke kantor polisi karna ulahnya.

Setelah Bram diperiksa ternyata Bram mengalami stres yang berkepanjangan dan depresi yang cukup fatal. Itulah yang mengakibatkan pria itu melakukan hal yang keji.

*******

Suasana di rumah sakit.

Hening, tegang dan haru menyelimuti batin Nadien dan mamanya serta Bresy.

Alif yang notabenya adalah teman satu angkatan paskibra dengan Daniel juga sangat terpuruk. Sedangkan Diva memegang tangan Nadien dan berulang kali mengusap air mata Nadien.

'Kenapa ini semua terjadi...' batin Diva

'Nil, gue atas nama Alif Reynoter udah janji sama lo buat ngejagain adek lo ini. Lo tenang aja, dia aman sama gue.' Batin Alif

********

Semua telah usai, kisah tentang Daniel dan Nadien sudah berakhir. Menghilang secepat angin dalam hidup Nadien. Sekarang Nadien sendiri.

Benat benar sendiri, tak ada yang bisa ia ajak untuk mengukir canda. Abangnya sudah banyak memberinya warna dalam hidupnya.

Sekarang tak ada satupun laki laki dalam keluarga kecil mereka. Hanya ada mama, Bresy dan Nadien.

Ini adalah ujian untuk Nadien sebagai wanita pengganti abangnya dan mamanya yang sudah renta.

'Bang, gue gak bisa kayak lo. Jagain mama, jagain Bresy sampe lo sempet sempetin kerja buat ngebantuin mama. Andai aja lo ada disini. Bantuin gue ngerjain PR. Ngeledek gue, marahin gue, jailin gue. Sekarang gak ada cowok di rumah ini. Sepi tau bang.'

Flasback on

Hari senin adalah hari termalas untuk gadis dingin itu. Karna akan sangat melelahkan. Namun ia selalu merasa bahagia saat ada sosok pria yang ia sayangi didekatnya.

Pria ini yang selalu menguatkan gadis dingin. Yang membawa kehangatan diantara banyaknya es yang membeku dihati gadis dingin.

Tak ada tawa namun hanya senyuman dari gadis dingin.

"Nadien sayang."

"Ha?."

"Kayaknya motor lo buluk. Cuci dong."

"Abaaaang udah deh. Emang gitu."

"Hahahaha Ya ampun adek gue ini." Kata Daniel sambil menepuk ujung kepala Nadien

"Gih masuk kelas." -Daniel

"Gue takut bang"

"Takut napa lo?." -Daniel

"Oh iya pokoknya jangan cuek cuek ya." Tamba Daniel

"Bang nanti pokoknya tungguin gue kalo mau pulang."

"Siap sayangku cintaku kasihku." Ucap Daniel sambil mengecup kening Nadien.

Flashback off

Seketika memori memori tentang Daniel terlintas di kepala Nadien. Membuat air mata Nadien kambali menetes dengan derasnya.

Kamar yang hampa itu sungguh memang sangat hampa. Tanpa satu saja senyuman. Tanpa satupun tawa dan candaan.

Hanya diselimuti kenangan.

Sungguh ini adalah kehidupan baru yang tak diinginkan semua orang. Kehidupan yang suram. Sangat suram. Membuat siapapun tak akan mampu menjalaninya.

Mungkin tak semua. Namun seseorang seperti Nadien tak akan mampu.

Kejadian yang menimpa papanya saja sudah membuat ia tertekan bertahun tahun. Apalagi kepergian abangnya yang termasuk pria terdekat dengannya.

Lalu apalagi yang ingin Nadien lakukan sekarang. Rasanya, bangkit saja sudah tak mampu. Bagaimana Nadien bisa menjalani hari harinya?

Mungkin akan sulit. Namun inilah Nadien. Wanita yang mulai sadar dengan keterpurukannya berhari hari.

Semua membuat Nadien semakin tersakiti. Namuun Nadien mulai merasa ada sosok yang perlahan bisaa membuat .......

_ _ _ _ _ _ _ _ _

Hallooooo
Akhirnya udah chapter segini
Maksih yang sudah membaca cerita kegabutanku ini.
Semoga bisa mengisi kegabutan kalian semua ya
Reader sayang❤

WAJIB BACA SAMPE PART AKHIR
POKOKNYA BAKAL ADA KEJUTAN
SERIUS DEH
GA BOHONG

AUTHOR 🍁

SALAM MANIS Dari
DANIEL TRIS SOEKARNO





Nadien [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang