4. Pemikiran

918 83 9
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

.
.
.
.
.

Setelah makan malam, Seokjin manghabiskan kurang lebih satu jam di ruang tengah mengobrol dengan kedua orang tuanya sambil menonton film. Karena sudah tidak bertemu lebih dari 3 minggu, kedua orang tua Seokjin memiliki banyak pengalaman untuk di ceritakan. Akhirnya selama satu jam, yang Seokjin lakukan hanya mendengarkan, mengangguk mengiyakan dan membuat beberapa komentar.

Ya, orang tuanya sangat bersemangat dalam menceritakan pengalaman liburan mereka. Seokjin tidak mau merusak kebahagiaan mereka dengan membicarakan cita-citanya. Seperti nasehat ibunya, dia membutuhkan waktu untuk berfikir. Jelas dia membutuhkannya.

Semua itu terjadi hari itu dan bahkan belum sampai 24 jam sejak kejadian pertemuan Seokjin pagi tadi. Dia bingung. Dia butuh waktu lebih. Akhirnya, setelah orang tuanya selesai dengan cerita pengalaman mereka, mereka semua bergegas menuju kamar tidur masing-masing.

Setelah orang tua Seokjin meninggalkan ruang tengah, Seokjin meletakan jjangu di kasur mininya dan menyelimuti anjing lucunya dengan selimut kecil. Dia sangat menyayangi anjingnya itu. Dia mengelus bulu halus jjangu sebelum dia memberikan ciuman selamat malam.

Lalu, dia mematikan televisi dan menuju sakelar lampu di samping pintu masuk. Dia mematikan semua lampu kecuali lampu dinding. Dia menaikan suhu ruangan agar peliharaan kesayangannya tidak kedinginan. Manusia merasakan kedinginan begitu juga anjing.

...

Seokjin menuju kamar mandi untuk melakukan aktivitas sebelum tidur. Membasuh muka, menyikat gigi dan memakai beberapa produk skincare agar kulitnya tidak kering esok pagi saat dia bangun karena udara malam yang dingin.

Dia berbaring di kasurnya, menatap langit-langit kamar. Dia tidak merasakan kantuk. Tidak ada keinginan untuk tidur malam ini sepertinya. Dia bergelung di selimutnya yang hangat, berguling-guling di atas kasur. Dia tidak bisa melupakan ucapan pria paruh baya tadi pagi.

Dia terus berguling-guling tanpa lelah di atas kasurnya, pada akhirnya dia berbaring terlentang. Ada hal-hal yang berlari-lari dipikirannya. Hal tentang mimpi dan cita-citanya. Dia takut jika dia salah mengambil keputusan dan mengarahkannya pada hal yang tidak sesuai dengan jati dirinya, bisakah dia bangkit jika dia terpuruk karena mimpinya? Siapa yang akan mengulurkan tangan padanya? Siapa yang akan menenangkannya? Di pikirannya, mimpinya sangat menakutkan.

Bisakah dia benar-benar menjadi penyanyi? Bagaimana mimpinya sebagai aktor? Bisakah dia mencapai keduanya? Apakah dia terlalu serakah? Dia berpikir lagi dan lagi. Dia bergulung malas untuk meraih ponselnya. Memilih nama di kontak ponselnya. Sahabatnya, Hyosang.

Seokjin menyentuh nama Hyosang diponselnya, lalu meletakan ponselnya di telinganya. Akhirnya setelah menunggu lama, Hyosang mengangkat panggilannya.

"Um hai, apa kau sibuk saat ini?" Tanya Seokjin.

"Hai, aku tidak sibuk. Hanya sedang berbaring santai di kasur. Kenapa?" Jawab Hyosang.

"Apa kau sibuk besok?" Tanya Seokjin, "Bisakah kita bertemu besok?"

✔️Cinta dan Penghargaan [Love And Appreciate by RosellyJin]  Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang