Hati
Sinopsis: Yah, Namanya juga hati. Siapa yang tahu?
======
Akhir-akhir ini Brett merasa Eddy menjauhinya. Segala macam teori melintas dalam benak, dan setelah berjam-jam berasumsi didalam kamar mandi, Brett pun tidak kunjung menemukan solusi.
Brett mulai merasakan sesuatu yang janggal semenjak acara nonton mereka minggu kemarin. Segalanya berjalan lancer sesuai rencana—seperti minggu-minggu sebelumnya (mereka berdua selalu menyempatkan waktu untuk pergi nonton berdua.) Namun hari itu ada yang aneh dengan Eddy.
Pria satu itu tidak banyak bicara selama perjalanan—Brett kaget setengah mati. Biasanya selalu ada saja topik absurd yang Eddy bicarakan, namun tidak dengan malam itu.
Brett juga sadar ketika mereka berjalan di pusat berbelanjaan menuju bioskop, Eddy selalu berjalan lebih cepat atau lebih lambat. Tidak berjalan bersebelahan seperti biasanya.
Alis tebal mengernyit heran.
Selama film memutarpun Eddy yang duduk disebelahnya nampak terus menggeliat tidak nyaman. Membuat Brett tidak fokus mencerna cerita yang disajikan layar lebar.
Ketika ditanya kenapa, Eddy hanya menggeleng—menjauhi pertanyaan.
Sikapnya malam itu membuat Brett berasumsi; bahwa Eddy tidak menikmati malam minggu bersamanya lagi.
Hal tersebut membuat hatinya sedih. Malam minggu bersama Eddy adalah hal yang selalu ia nanti-nanti—namun tentu saja tak akan ia ucapkan blak-blakan didepan siapapun apalagi Eddy.
Brett bete seminggu penuh.
. : o O o : .
Eddy galau.
Bingung bagaimana harus mengahadapi sahabatnya—yang sekarang titel itu berubah secara alami didalam hati. Salah tingkah setiap melangkah. Takut membuat Brett risih.
Akhir-akhir ini Eddy merasakan sensasi aneh tiap kali berjarak kurang dari satu meter dengan Brett. Perutnya geli. Telinganya merasa panas. Apalagi saat Brett menatapnya—hanya dirinya seorang saat berbicara.
Eddy takut Brett memasang wajah jijik saat mengetahui hal ini. Ia takut kalau hubungan persahabatan yang telah mereka jalin selama ini kandas hanya karena sebuah perasaan aneh di dasar hatinya
Eddy bingung menamai perasaan ini. Alhasil, selama seminggu ia menghindari interaksi apapun—demi kebaikan mereka bedua.
Dan selama seminggu pula ia merasakan kekosongan dalam hati.
. : o O o : .
Brett dan Eddy sebenarnya saling peduli—saling memberi afeksi satu sama lain. Bahkan jumlahnya mungkin melebihi orang pacaran. Namun tidak ada yang sadar akan hal itu diantara mereka berdua. Tingkat kepekaan mereka cetek—berbanding terbalik dengan skill bermain biola.
Eddy menyayangi Brett dan begitu pula sebaliknya.
Akan tetapi tidak ada yang mempunyai nyali untuk mengatakannya. Tidak ada yang berani mengatakan sejujurnya. Menghasilkan perdebatan batin di hati masing-masing. Menimbulkan asumsi-asumsi yang tidak seharusnya hadir.
Pada akhirnya, sebuah pertanyaan muncul mewakili semua argumen. Akankah mereka menyampaikan perasaan ini? Atau mungkin malam menguburnya dalam-dalam.
Yah, Namanya juga hati. Siapa yang tahu?
===========
K/n:
Sejujurnya Kyuu terinspo dari salah satu ff Breddy yang di translate sama seseorang di wattpad. (Kyuu lupa judul dan authornya, tut mir leid) And... viola~ jadilah ini~
eH I MEAN, VOILA~
Tell me your kesan pesan dond X'D
Ps: Happy international labour day! <3
KAMU SEDANG MEMBACA
CRESCENDO [TwoSetViolin Oneshots]
FanfictionPrompt A-Z TwoSetViolin Oneshots. Prompt U, updated! Ucapan - "Kalau besar nanti... aku ingin menjadi soloist yang hebat!" ucap si bocah berkacamata. #RamaikanTwoSetIndonesia