Ekspektasi
Sinopsis: Selama seminggu Eddy tenggelam dalam ekspektasinya, dan malam ini, ia ditampar oleh kenyataan.
==========
Sudah enam bulan semenjak Brett pindah ke Sydney. Sudah enam bulan pula Brett dan Eddy tidak membuat konten baru untuk channel mereka.
Brett selalu facetime Eddy dua kali seminggu. Sungguh jumlah yang teramat sedikit untuk sahabat yang dulunya selalu berdua kemanapun mereka pergi. Tapi Eddy mafhum. Kawannya yang satu itu memang tengah sibuk-sibuknya menata hidup di kota asing. Membuat koneksi baru dengan orang-orang. Merintis karirnya. Eddy malah bersyukur kalau Brett masih ingat untuk menghubungi.
Pukul sembilan malam adalah waktu yang Eddy khususkan untuk seseorang. Biasanya sekitar jam sembilanlah ponselnya berdering—menampilkan sebuah nama yang dirindukan. Biasanya saat Brett menelepon, mereka saling menanyakan kabar dan menceritakan tentang kesehariannya. Akan tetapi, malam ini berbeda.
"Hey Brett!" sapa Eddy dengan senyum sumringah.
Layer ponsel memperlihatkan wajah Brett yang juga tersenyum lebar.
Mereka tidak pernah kehabisan bahan untuk dibicarakan dan tidak pernah lupa untuk menyisipkan satu-dua viola jokes tiap bercengkrama. Seperti itulah rutinitas mereka.
Lima belas menit berlalu. Sesaat sebelum Eddy mematikan telepon (dikarenakan tidak lagi bisa menahan panggilan alam) Brett memanggil namanya.
"Eddy—Eddy tunggu sebentar!"
"Apa lagi??" tanya Eddy dengan wajah mengerucut ketengah—menahan dorongan ke toilet dengan sekuat tenaga.
"Aku akan kesana minggu depan.''
Interval beberapa sekon.
Air muka Eddy seketika berubah. "Serius?!"
Yang diseberang mengangguk.
Dalam hati, Eddy berteriak kencang. Akhirnya! Setelah sekian lama tidak bertemu! Bendungan emosi siap membeludah tetapi Eddy harus b natural—harus b flat!
"Oh ya, aku juga sudah melakukan reservasi di restoran perancis jam 7 malam persis minggu depan! Jangan lupa untuk memakai setelan terbaikmu, ya!"
"Hm? Ada apa ini? Tidak biasa-biasanya kau mau makan di tempat formal seperti itu?"
Alis tebal Brett naik-turun—menggoda?
"Aku punya sesuatu yang istimewa untukmu!"
Rasa penasaran menghujani Eddy. "Apa itu?"
"Ada deh! Pokoknya jangan pakai jas konsermu!"
Dan sambungan diputus.
Malam itu Eddy mengosongkan semua jadwalnya besok untuk berbelanja pakaian.
. : o O o : .
Hari ini adalah hari yang telah Eddy nanti-nanti.
Setelah menyelesaikan ritual mandi dua kali (untuk memastikan tubuhnya wangi), sikat gigi (juga dua kali) dan menyemprotkan parfum bermerek berkali-kali, Eddy mengambil jas yang sudah ia siapkan dari gantungan.
Tak sampai semenit, setelan burberry hitam serta kemeja putih telah membalutnya—tampan! Fun fact, harga pakaian ini sama dengan jumlah gajinya selama satu bulan.
Eddy tidak perlu menggunakan dasi—ia tidak menyukai sensasi tercekik saat mengenakannya dan ia pikir dasi bukanlah gayanya. Maka dari itu, ia dengan sengaja membuka kancing teratas kemejanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRESCENDO [TwoSetViolin Oneshots]
FanficPrompt A-Z TwoSetViolin Oneshots. Prompt U, updated! Ucapan - "Kalau besar nanti... aku ingin menjadi soloist yang hebat!" ucap si bocah berkacamata. #RamaikanTwoSetIndonesia