Prolog

29.5K 1.9K 190
                                    

Jakarta, di hari yang kelam dengan langit penuh beban, ada langkah tegas yang kembali memijak tanahnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jakarta, di hari yang kelam dengan langit penuh beban, ada langkah tegas yang kembali memijak tanahnya. Ada kisah penuh lara yang belum usai di sana. Ada cerita yang separuhnya tertinggal di tengah pelukan kota Yogyakarta. Cerita... yang akan kembali dirajut setelah mengumpulkan kepingan-kepingannya.

Lelaki itu termangu dibalik kaca mobilnya, menatap awan kelabu yang menyambutnya sesaat setelah keluar dari bandara. Pilu... seolah di sana juga ada duka yang tak mampu terpaparkan melalui kata. Seolah angkasa pun tak mengharapkan kedatangannya.

Helaan napas panjang membelah kaku yang membentang, lalu mata lelaki itu memejam, sekadar menghalau luka atas penolakan yang baru saja dia rasakan. Lama dia terdiam, berusaha menggali kenangan yang telah lapuk dimakan detik jarum jam, namun kosong yang menghantam relungnya membuat lelaki itu segera membuka mata. Tiba-tiba saja dia merasa gelisah, entah karena apa. Hampa yang entah berasal darimana. Seperti... ada sesuatu yang telah lepas dari genggaman. Sesuatu yang membuatnya merasa kehilangan.

Lelaki itu kembali mengarahkan pandang pada lampu-lampu jalan yang mulai dinyalakan. Juga pada padatnya kendaraan yang nyaris tak menyisakan ruang. Satu hal yang tak pernah ia jumpai di kota tempatnya tinggal. Tanpa sadar manik gelap itu menerawang, mengingat Yogyakarta dengan segala kenangan yang harus ia tinggalkan. Sampai suara petikan gitar yang berpadu dengan nada-nada sumbang berhasil menariknya untuk meletakkan seluruh perhatian.

Lelaki itu menurunkan kaca mobilnya dan melongok ke depan. Matanya memincing, mengamati dua bocah lelaki dengan pakaian lusuh yang berjalan dari mobil ke mobil sambil melantunkan penggalan lirik yang sudah begitu ramah di telinga orang-orang. Tarikan nada-nadanya jelas masih jauh dari kata sempurna, namun cara mereka berkeliling di antara detikan waktu pada lampu warna merah yang terus berkurang seolah menunjukkan bahwa mereka sudah terlalu terbiasa.

Tawa itu begitu nyata. Binar tanpa beban yang menguar dari mata mereka bahkan berhasil mengunci lelaki itu sepenuhnya. Hingga tak sengaja senyum ramah satu diantara mereka menyapa tatapnya, hangat ... membuat aliran darahnya seketika berdesir hebat.

Lelaki itu membeku di posisinya. Butuh beberapa detik untuk membawanya kembali ke dunia nyata dan sadar bahwa lampu jalan telah berganti warna. Hijau mengambil alih semua, namun iris gelap itu masih berusaha menjangkau punggung kecil yang sempat mengunci fokusnya. Sampai jarak benar-benar memutus semuanya dan tatap sendu itu kembali hampa. Namun tidak dengan pikirannya.

Ada perasaan tak wajar yang sedikit mengusiknya. Getar asing yang coba dia tepis sedemikian rupa.

Perasaannya saja, atau memang dia pernah berjumpa dengan anak itu sebelumnya?

Tangan lelaki itu terangkat dan berhenti tepat di dadanya sendiri. Kenapa... melihat anak itu, dia merasa ada sesuatu yang tak biasa?

 melihat anak itu, dia merasa ada sesuatu yang tak biasa?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Date 29.04.2019

JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang