Januari #4

6.8K 944 249
                                    

Gatra ikut meninggalkan kafe duapuluh menit setelah Nalu pamit pulang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gatra ikut meninggalkan kafe duapuluh menit setelah Nalu pamit pulang. Tadi, banyak yang mereka perbincangkan. Tentang bagaimana selama ini keduanya menempuh pendidikan, tentang kecintaan terhadap seni yang tiga tahun lalu mempertemukan mereka, serta banyak hal-hal sederhana lainnya. Hingga Gatra mulai membagi keresahan yang belakangan ini ia rasa dan untungnya, Nalu bersedia mendengarkan dengan suka rela.

Lo cuma perlu ngomong sama keluarga lo, Tra. Coba nanti, kalau waktunya pas, lo ngomong baik-baik ke mereka. Keluarin semua yang mau lo keluarin. Karena kalau lo ngerasa ada yang aneh sama hidup lo sekarang, gue rasa cuma mereka yang bisa jawab.

Itu yang Nalu katakan saat tadi Gatra mengeluhkan hidupnya yang terasa rumpang. Dia punya segalanya, tapi entah mengapa dia tidak pernah benar-benar bisa merasa tenang. Kadang dia bahkan merasa sakit tanpa alasan. Aneh. Seperti... ada yang kurang.

Kini, di bawah langit ibu kota yang kembali mendung, Gatra memacu motornya dengan kecepatan sedang. Ditemani sejuk yang membelai pelan, dia biarkan pandangannya merekam setiap jejak yang dilewati orang-orang. Lalu tanpa sadar pikirannya melayang.

Gatra ingat setiap sisi jalan yang dahulu pernah ia lalui, tempat-tempat yang dulu pernah ia kunjungi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gatra ingat setiap sisi jalan yang dahulu pernah ia lalui, tempat-tempat yang dulu pernah ia kunjungi. Walau samar, setidaknya dia masih ingat pernah berada di sini. Di kota ini. Dulu sekali. Gatra juga ingat, dia suka sekali bermain di bawah guyuran hujan. Dia suka berlarian di bawahnya, melompat, lalu tertawa. Gatra ingat semuanya. Tapi kenapa... rasanya masih saja ada yang kurang? Seperti separuh memorinya tertinggal atau bahkan telah hilang. Tapi yang mana?

Lampu merah di depan menyadarkan Gatra dari lamunan. Lelaki itu mengerjap, berusaha menangkap lagi fokusnya dengan cepat. Dia berhenti tepat di belakang barisan kendaraan lainnya, lalu tanpa sadar matanya menjelajah. Kenapa dia jadi berharap akan menemukan anak-anak itu sedang bernyanyi di depan sana?

Tapi bahkan sampai lampu kembali berganti warna, Gatra tidak menemukan siapa-siapa. Tidak ada petikan gitar. Tidak ada nyanyian. Tidak ada anak itu. Gatra mendesah keras dari balik kaca helmnya. Sedikit merasa kecewa.

Perasaan apa ini?

Kendaraan di depannya mulai bergerak maju dan Gatra buru-buru memutar gas motornya kembali. Dia biarkan sepi memeluknya, sementara pikirannya masih terus mengenang hari-hari yang telah berlalu. Sampai dia tidak sadar, di dekat pertigaan lengang di depan sana, ada langkah kecil yang baru saja memijak aspalnya. Lalu melenggang begitu saja.

JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang