Januari #3

8.3K 1K 100
                                    

Pagi-pagi sekali Satya sudah datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi-pagi sekali Satya sudah datang. Tanpa mengetuk pintu, dia menerobos masuk rumah tempat Janu tinggal dengan satu kotak makan di tangan. Satya menepati janjinya semalam untuk datang pagi ke rumahnya dan membawakan anak itu sarapan. Satya tahu, Janu suka sekali nasi goreng. Buatan ibunya, terutama.

"Lhoh, udah di sini aja lo? Gue baru kelar mandi." Janu yang baru keluar dari kamar mandi dengan rambut basah sedikit terkejut melihat keberadaan Satya di rumahnya. Dia tahu Satya akan datang, tapi tidak menyangka akan sepagi ini.

Janu lantas mendekat, masih sambil mengeringkan rambutnya, dia duduk di depan meja makan yang sudah kumuh dan kayunya mulai lapuk. Sementara Satya hanya meliriknya sekilas, kemudian kembali sibuk menyiapkan sendok dan menuang air minum ke dalam gelas.

"Galon mau habis. Jangan lupa isi!" katanya. Arah pandang Janu bergeser sebentar pada benda yang Satya maksud, sebelum perhatiannya kembali tertuju pada sosok itu.

Samar, dia terkekeh. Kenapa justru Satya yang selalu lebih memerhatikan kebutuhannya? Padahal dia yang tinggal di sini. Dia yang seharusnya lebih mengerti kebutuhannya sendiri.

"Iya, ntar." Lalu perhatiannya segera tertuju pada wangi nasi goreng yang menguar. Dia tersenyum, tepat saat Satya menyodorkan kotak makan berwarna biru itu ke hadapannya.

"Lo nggak bangunin mama pagi-pagi banget cuma buat bikinin ini doang, kan?"

"Ya nggak lah. Kebetulan hari ini mama ada kerjaan di rumah tetangga, jadi masaknya pagi-pagi banget. Lagian om Hendra juga tiba-tiba sakit. Mama sekalian masakin buat dia."

Janu tersentak. Tangannya yang sudah menyendok nasi goreng dan siap menyuapkannya ke mulut pun seketika terhenti. "Om Hendra sakit?" tanya Janu.

Pasalnya, laki-laki yang merupakan adik kandung ibu Satya itu jarang sekali tumbang. Hampir tidak pernah. Selama Janu mengenal Satya dan keluarganya, yang ia tahu, laki-laki itu adalah yang terkuat di antara semua orang. Janu bahkan pernah berpikir om Hendra bukan manusia biasa gara-gara tidak pernah jatuh sakit. Atau manusia berkekuatan super seperti Superman dan Batman. Namun, hari ini, pemikiran konyolnya itu akhirnya patah setelah mendengar apa yang Satya katakan.

"Iya, makanya gue kesini sekalian mau bilang, hari ini gue kayaknya nggak ngamen deh. Mau jagain om Hendra di rumah. Mama nggak bisa soalnya, lagi ada kerjaan. Lo nggak papa kan ngamen sendirian?"

"Ya nggak papa, nggak masalah gue mah. Tapi om Hendra sakitnya nggak parah, kan?"

"Enggak. Paling kecapekan aja. Seminggu ini dia kerja proyek lembur terus."

Janu mengangguk, kemudian mulai menyendok nasi gorengnya.

"Lo udah makan?"

"Udah."

Setelahnya mereka diam. Menit berlalu begitu saja tanpa ada yang perlu repot-repot berbicara. Janu sibuk menikmati nasi gorengnya, sementara Satya mengamati, sambil sesekali melemparkan pandangannya ke sekeliling.

JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang