Januari #2

10.9K 1.1K 191
                                    

Jakarta, Juli, 2008

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jakarta, Juli, 2008

Hari ini bunda pulang terlambat. Katanya, pekerjaannya di kantor sedang banyak. Padahal tadi pagi wanita itu sudah berjanji akan pulang cepat dan memasakkan kedua putranya makanan enak. Namun, tepat pukul dua siang tadi, tiba-tiba saja bunda mengabari kalau dia terpaksa membatalkan janji.

Jingga sempat kecewa, tapi dia tidak mengatakan apa-apa. Dia berusaha mengerti. Lagipula, bunda sudah biasa seperti ini. Pekerjaan selalu menjadi kendala mereka untuk bersama. Awalnya, Jingga pernah egois dengan keadaan. Dia pernah begitu marah, lalu merajuk setiap bunda selalu sibuk dengan pekerjaan. Dia hanya bocah lima tahun yang tidak mengerti apapun saat itu.

Beruntung, dia punya kakak yang luar biasa. Lentera. Usianya memang belum seberapa, tapi jelas dia lebih dewasa dari Jingga. Kakaknya itu mengingatkan, bahwa bunda bekerja demi memenuhi keperluan mereka. Untuk membeli susu coklat kesukaan Jingga, membelikan mereka mainan, serta membeli banyak buku cerita yang akan bunda bacakan setiap malam. Lentera juga yang memberi Jingga pengertian, sebagai anak-anak yang baik, mereka harus bisa menurut apa kata bunda tanpa menuntut banyak hal.

Dan karena Lentera yang mengatakan, Jingga akhirnya paham. Karena dari awal, dia memang hanya akan mendengarkan apa yang Lentera katakan.

"Kakak."

Sore itu, Jingga mengetuk pintu kamar kakaknya, kemudian melangkah masuk begitu saja. Dia melihat Lentera duduk di atas karpet bulu kamarnya sambil melihat-lihat buku cerita. Anak laki-laki itu menoleh sebentar, tersenyum, lalu membiarkan Jingga mendekat dan duduk tepat di hadapannya.

"Kakak lagi apa?"

"Lihat buku cerita yang minggu lalu dibeliin bunda. Nih, gambarnya bagus, ya." Lentera menjawab, sembari memperlihatkan buku bergambar tokoh fiksi kesukaannya.

"Nanti bunda bacain itu pas kita mau tidur, kan?"

Lentera tampak berpikir, sebelum akhirnya menjawab dengan senyum yang mengembang.

"Iya, tapi nanti kalau bunda lagi nggak kerja." jawabnya. Dia lalu menutup bukunya dan beralih menatap Jingga. "Kamu nyariin kakak? Kenapa? Mau main?"

Jingga menggeleng.

"Laper?"

Lagi-lagi dia menggeleng.

"Mau susu?"

Sekali lagi, anak itu menggeleng. Lentera bingung.

JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang