Januari #14

4.7K 736 252
                                    

Gatra masih belum beranjak dari tempatnya semenjak percakapan via telepon dengan Devina berakhir beberapa menit lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gatra masih belum beranjak dari tempatnya semenjak percakapan via telepon dengan Devina berakhir beberapa menit lalu. Dia kini diam, memandangi layar ponselnya yang telah sepenuhnya menghitam. Pikiran Gatra melayang, mengingat kembali bagaimana getar suara Devina saat menjawab pertanyaannya dari seberang. Dia juga bisa membayangkan wajah wanita itu menegang walau tanpa bertatapan. Cara wanita itu bicara sudah cukup menjelaskan apa yang sebenarnya ia sembunyikan. Pembicaraan mereka tadi bahkan belum usai, tapi wanita itu segera menutup panggilan secara sepihak dengan alasan pekerjaan.

"Maksud kamu apa, Gatra? Kamu pikir kamu anak siapa kalau bukan anaknya mama sama papa?"

"Mama nggak usah nutupin apapun lagi. Aku udah tau kok, ma. Tapi mama nggak usah khawatir. Aku nggak marah. Gimanapun juga, mama tetap mamaku. Aku sayang sama mama."

"Mama memang mama kamu, Tra. Mama yang melahirkan kamu. Kamu tau nggak, hati mama sakit banget denger kamu ngomong seperti itu."

"Mama, udah.. cukup. Aku udah tau semuanya."

"Tau apa? Kamu itu ngaco. Kamu pasti lagi capek, makanya omongan kamu ngelantur gitu. Mending sekarang kamu istirahat, makan yang cukup, tinggalin dulu urusan kamu di kafe. Mama pokoknya nggak mau denger kamu ngomong seperti ini lagi, ya. Mama nggak suka."

"Ma.."

"Mama ada kerjaan. Udah dulu, ya. Jangan lupa istirahat."

Suara helaan napas Gatra terdengar tepat setelah ingatan itu berakhir. Dia memejam, sembari menggenggam ponselnya kuat-kuat. Dia tahu, dia mungkin akan atau bahkan telah melukai Devina, tapi dia juga merasa tidak bisa diam saja di saat ia telah mengetahui semua yang selama ini menjadi rahasia.

Gatra ingat semuanya. Semua yang ia lupakan sekian lama. Insiden kecelakaan yang ia lihat beberapa hari lalu itu telah membawa seluruh memorinya pulang. Entah bagaimana, tapi hari itu, ingatan Gatra benar-benar seperti dibangkitkan. Lalu satu per satu memori usang perlahan muncul ke permukaan.

Gatra ingat dimana terakhir kali ia berada sebelum akhirnya bangun di dalam sebuah ruangan asing dengan Devina di sampingnya. Dia ingat apa yang hari itu ia lakukan di sana. Dia juga ingat bagaimana bunda tewas dalam sebuah kecelakaan. Lebih tepatnya, bunda yang hari itu memilih menyerahkan nyawanya dengan cara yang mengerikan. Gatra ingat bagaimana tubuhnya terpental ke atas aspal setelah sebuah mobil menghantamnya ketika ia berlari hendak melihat bunda. Gatra ingat namanya, Lentera. Dan terakhir, dia ingat Jingga. Adiknya.

Gatra ingat semuanya. Namun dia sengaja tidak mengatakan apa-apa, terlebih di depan Dikta. Belum waktunya. Gatra masih harus memastikan sesuatu terlebih dahulu sebelum nantinya mengaku pada anak itu kalau ia bukan lagi Gatra yang sama. Sekarang, bagi Gatra cukup seperti ini. Cukup baginya mengetahui apa yang sebenarnya terjadi, lalu pelan-pelan dia akan bicara pada Devina, berusaha membuat wanita itu mengatakan semuanya. Gatra tahu ini akan sulit karena Devina pasti tidak akan melepaskannya begitu saja. Itu sebabnya, Gatra tidak boleh tergesa-gesa.

JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang