Januari #17

5.1K 792 335
                                    

Pekat iris Janu masih belum lepas dari mata kelam Gatra yang menguncinya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pekat iris Janu masih belum lepas dari mata kelam Gatra yang menguncinya. Kalimat itu sudah berakhir, tapi udara di sekitar mereka rasanya masih belum mengalir. Sesak. Untuk pertama kali Janu merasa napasnya seperti tercekat.

Detik seolah melambat dan suara Gatra barusan kembali bergema di kepala, membuat Janu meremat jemarinya kuat, berusaha mengumpulkan kekuatan untuk tetap dapat berdiri tegak. Seingat Janu, ia hanya pernah menyebutkan namanya kepada Satya. Hanya anak itu satu-satunya yang tahu bahwa ia adalah Jingga. Selain pada Satya, Janu yakin tidak pernah memberitahu namanya kepada siapa-siapa. Lalu bagaimana Gatra tahu?

Janu melihat Gatra mendekat dan berdiri tepat di hadapannya. Mata lelaki itu sudah dipenuhi bingkai kaca yang siap pecah kapan saja, tapi Janu masih belum bisa mendapatkan ketenangannya lagi sejak terakhir kali lelaki itu bersuara. Janu masih tidak tahu harus bagaimana.

"Jawab, Nu! Kamu Jingga, 'kan?" Suara Gatra kembali terdengar disertai guncangan pelan yang Janu rasakan di kedua pundaknya. Sementara tatapan lelaki itu menusuknya, seolah memaksanya untuk bicara.

"Darimana kakak tau?" Janu balik bertanya. Suaranya masih terdengar tenang, tapi jauh di dalam relungnya, ia mulai bisa merasakan getaran tak wajar yang sebelumnya tidak pernah ia rasakan. Entah mengapa pula menunggu kalimat berikutnya dari Gatra kini terasa begitu mendebarkan.

Namun, detik itu Janu justru melihat Gatra memejam sambil menghela napas panjang. Dia juga bisa merasakan rematan di pundaknya semakin kencang. Beberapa detik, sampai suara lelaki itu kembali memecah hening yang membentang.

"Jadi bener, kamu Jingga?"

Janu bisa melihat air mata Gatra jatuh. Dan saat itu, Janu mulai dapat membaca sesuatu. Jantungnya terpacu cepat seiring dengan datangnya potongan-potongan ingatan yang berkelebat. Dia menatap mata Gatra yang sedang menguncinya, mencoba menggali sesuatu yang mungkin terpendam di sana. Dan sepertinya, Janu menemukannya.

Mata itu tidak lagi terasa asing untuknya. Cara Gatra menatapnya juga berhasil membawa ingatan Janu jatuh pada sosok yang ia kenal. Mata itu adalah milik Lentera. Semua yang ada dalam diri Gatra benar-benar terlihat sama seperti milik kakaknya. Bahkan sentuhan itu rasanya sama. Janu masih ingat betul bagaimana hangat yang menjalar di tubuhnya ketika Lentera menyentuhnya. Dan sekarang ia merasakan hal serupa.

Tiba-tiba Janu yakin sosok yang berdiri di hadapannya saat ini adalah orang yang sama seperti yang ada di dalam kepalanya. Jadi, detik itu Janu mengangguk. Pelan sekali. Tapi ia tahu Gatra melihat pergerakannya karena yang terjadi selanjutnya adalah ia merasa tubuhnya ditarik ke depan, lalu dada bidang Gatra menyambutnya.

"Kamu Jingga. Kamu beneran Jingga."

Janu bisa mendengar bisikan Gatra di samping telinganya, dia juga bisa merasakan rengkuhan Gatra yang semakin erat. Sementara aroma menenangkan milik lelaki itu memenuhi penciuman Janu, membuat tubuhnya membeku.

JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang